Seorang direktur rumah sakit mengatakan kepada TV pemerintah bahwa jumlah korban meninggal bisa mencapai seperti apa yang ditimbulkan dalam 8 tahun perang berdarah dengan Irak pada 1980-an, konflik yang menewaskan total 1 juta orang di kedua sisi.
Wakil Menteri Kesehatan Iraj Harirchi, yang dites positif Covid-19 pada Maret setelah menepis laporan kematian sebagai hype, pekan ini menyatakan bahwa jumlah kematian sebenarnya di Iran kemungkinan 2 kali lipat dari jumlah resmi.
Virus corona ini terus menyerang para pejabat tinggi Iran. Terbaru adalah Wakil Presiden dan Kepala Organisasi Energi Atom Iran, Ali Akbar Salehi, yang bertanggung jawab atas anggaran dan perencanaan.
Baca juga: Ini Balasan Iran, Setelah Diancam Kasar Trump Dont F... With Us
Kemudian, pada musim semi, virus tersebut membunuh salah satu penasihat senior Khamenei, Ali Akbar Velayati.
Namun, pemerintah terus menentang lockdown nasional, berusaha menyelamatkan ekonomi yang tertekan di bawah sanksi AS yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang diberlakukan setelah Presiden Donald Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir Teheran dengan kekuatan dunia.
Saat pemerintah berputar-putar, "Orang Iran semakin bingung tentang apa yang benar dan apa yang salah," kata Kamiar Alaei, pakar kebijakan kesehatan Iran di California State University, Long Beach.
Orang-orang Iran yang terbiasa dengan bencana dan sangat skeptis terhadap berita serta klaim resmi yang dikelola negara, tetap membuka kafe, bazar, dan restoran.
Reza Ghasemi, seorang penjual ponsel berusia 31 tahun yang duduk di kafe yang ramai di ibu kota, mengatakan dia yakin virus corona itu adalah konspirasi untuk "menakut-nakuti orang miskin."
Namun, di Teheran, kota berpenduduk 10 juta orang, virus telah menyebar luas. Hanya meninggalkan sedikit yang tidak tersentuh, sehingga ada tanda-tanda bahwa ketakutan mulai muncul di sana.
Baca juga: Bahas Soal Nuklir, Trump Ancam Iran: Dont F*** With Us
Dikejutkan oleh angka kematian yang melonjak, semakin banyak penduduk Teheran datang untuk mendukung pembatasan pandemi yang lebih ketat dan mematuhi mandat penggunaan masker yang diberlakukan pada Oktober.
Di kedai teh yang populer di kalangan buruh di ibu kota, menurut laporan Associated Press, terlihat hanya 13 dari 57 pelanggan yang masuk tanpa masker.
Di kafe pinggiran kota, hanya 6 dari 79 pelanggan yang melanggar aturan penggunaan masker, peningkatan yang nyata setelah berbulan-bulan ketidakpedulian publik terhadap pandemi virus corona.
“Kami kehilangan banyak nyawa setiap hari,” kata Saeed Mianji, seorang dealer mobil berusia 27 tahun di sebuah kafe Teheran.
Menurutnya, masker "menyelamatkan lebih banyak nyawa dan memungkinkan orang merasa lega."
Pihak berwenang, mencoba mengambil tindakan lebih keras, menutup sejumlah tempat umum di Teheran pada awal Oktober.