Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usai Kasus Pemerkosaan Gadis 16 Tahun oleh Gangster di Israel, Mural 'Peeping Toms' Dihapus

Kompas.com - 28/08/2020, 10:07 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

TEL AVIV, KOMPAS.com - Sebuah mural berjudul 'peeping Toms' yang menggambarkan laki-laki mengintip ke jendela ruang ganti wanita di Pantai Tel Aviv, kini dihapus setelah adanya pemerkosaan terhadap seorang remaja 16 tahun di resor bagian selatan Eilat.

Melansir The Independent, seni lukis dinding yang menggambarkan 2 pemuda memakai celana renang cukup rendah sampai memperlihatkan belahan bokong itu dilukis 18 tahun lalu dan sering menuai kritik karena dianggap seksis.

Mural itu adalah tanda untuk mengenali nama pantai, Metzitzim, bahasa Ibrani untuk "peeping Toms" dan judul film komedi geng Israel tahun 1972 tentang penjaga pantai yang memata-matai petualangan seksual teman-temannya di pantai.

Baca juga: Gadis 16 Tahun Diperkosa Gangster di Israel, Netanyahu: Itu Kejahatan Kemanusiaan

Seni lukis itu telah dikritik oleh pejuang hak asasi wanita yang mengeluhkan kasus pelecehan dan kekerasan seksual di Israel yang tidak diusut secara tuntas.

Ron Huldai, wali kota Tel Aviv mengatakan ini pertama kalinya lukisan itu dihapus karena adanya kasus pemerkosaan terhadap gadis 16 tahun di Hotel Red Sea Eilat pada 12 Agustus lalu.

Melalui Twitter, Huldai mengatakan, "Kebebasan berpendapat dan seni sangat penting nilainya di kota kita namun karena lukisan itu dianggap melanggar dan kriminal maka kita harus merelakannya."

"Menghapus lukisan itu tentu tidak menghapus apa yang telah terjadi namun memastikan kejelasan bagi generasi di masa depan."

Baca juga: Vikas Dubey, Gangster India yang Terlibat Pembunuhan Mantan Menteri

Para pekerja pantai menutup lukisan itu dengan cat berwarna putih pada Minggu kemarin.

Sementara untuk kasus pemerkosaan diduga dilakukan gangster, polisi akan menginterogasi anggota-anggota gangster di penngadilan pada pekan depan dan mendapatkan 3 pelaku terduga baru yang sejauh ini baru ditangkap.

Pengacara korban mengatakan pada kepolisian bahwa sekitar 30 pria telah mengantre untuk memerkosa gadis itu.

Kemarahan nasional muncul setelah serangan itu, dan orang-orang Israel telah melakukan demonstrasi menentang kekerasan seksual untuk mendukung korban di beberapa kota sejak peristiwa tragis itu terjadi.

Kelompok hak perempuan bahkan merencanakan lebih banyak protes pada hari Minggu.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menggambarkan insiden itu sebagai "kejahatan terhadap kemanusiaan itu sendiri yang layak mendapatkan semua kecaman" melalui Twitter pada Kamis.

Baca juga: Kasus Pemerkosaan Seorang Gadis 16 Tahun oleh 30 Pria di Hotel Israel

Peristiwa itu juga dihubungkan dengan kasus seorang wanita Inggris berusia 19 tahun yang mengaku telah diperkosa oleh 12 pria Israel di Ayia Napa, Siprus tahun lalu.

Wanita itu kemudian mencabut tuduhan tersebut karena desakan aparat, mendorong penuntutannya sendiri dan menjalani hukuman percobaan empat bulan.

Para aktivis yang berkampanye untuk hak asasi manusia mengkritik penanganan kasus oleh polisi Siprus terhadap wanita Inggris tersebut karena wanita itu dipaksa untuk mencabut pernyataannya.

Pengacara pembelanya mengatakan mereka akan mengajukan banding atas hukuman tersebut di Mahkamah Agung Siprus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mungkinkah Uni Eropa Memutus Hubungan dengan Presiden Putin?

Mungkinkah Uni Eropa Memutus Hubungan dengan Presiden Putin?

Internasional
Meski Perundingan Berlangsung, Israel Tetap Serang Jalur Gaza

Meski Perundingan Berlangsung, Israel Tetap Serang Jalur Gaza

Global
Dinas Keamanan Ukraina Mengaku Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Dinas Keamanan Ukraina Mengaku Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Global
Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Global
Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Global
Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com