Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

'Suami Saya Memotong Hidung Saya, Saya Takut Mati'

Kompas.com - 06/08/2020, 19:02 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Editor

KOMPAS.com - Setelah melalui 10 minggu dalam penderitaan, Zarka akhirnya melihat secercah harapan.

"Saya senang. Hidung saya kembali... Bagus. Sangat bagus," ia berkata kepada dokter ketika mereka mengganti pakaiannya seusai operasi untuk merekonstruksi wajahnya.

Zarka bisa dengan jelas melihat hidung barunya ditutupi jahitan dan gumpalan darah di depan cermin.

Kekerasan domestik terhadap perempuan sangat umum di Afganistan.

Satu survei nasional yang dikutip Dana Penduduk PBB mengatakan 87 persen perempuan Afghanistan mengalami setidaknya satu bentuk kekerasan fisik, seksual, atau psikologis.

Dalam kasus terburuk, suami atau saudara laki-laki menyerang perempuan dengan cairan asam atau pisau.

Seperti yang dialami Zarka, dalam kekerasan terakhir yang ia alami, suami Zarka memotong hidungnya dengan pisau lipat.

Peringatan: Sebagian isi artikel ini dapat membuat Anda tak nyaman

"Suami saya curiga pada semua orang," kata Zarka. Tuduhan terhadapnya biasanya diikuti dengan pemukulan, yang menjadi ritual sehari-hari.

"Ia sebut saya orang tak bermoral. Saya bilang itu tidak benar," ujarnya.

Zarka telah menikah selama sepuluh tahun dan memiliki seorang anak berusia enam tahun.

Perempuan berusia 28 tahun itu sudah terbiasa dipukuli suaminya, tapi ia tak pernah menyangka akan menjadi separah ini.

Baca juga: Dituding Selingkuh, Perempuan Ini Dihukum Gendong Suami di Pundak

Penyembuhan

"Ketika saya melihat diri saya sendiri di cermin hari ini, hidung saya sudah sembuh banyak," kata Zarka kepada BBC.

Ia dibius selama prosedur operasi yang berlangsung tiga jam itu.

"Sebelum operasi ia tidak kelihatan bagus, ujarnya.

Dr. Zalmai merawat Zarka tanpa ongkos sepeser pun.BBC Indonesia Dr. Zalmai merawat Zarka tanpa ongkos sepeser pun.

Dr. Zalmai Khan Ahmadzai, salah satu dari sedikit dokter bedah yang mampu melakukan rekonstruksi wajah di negara yang dilanda perang itu, kagum dengan kemajuan pasiennya.

"Operasinya berjalan dengan sangat baik. Tidak ada infeksi - sedikit inflamasi tapi tidak jadi masalah," kata sang dokter.

Kurang lebih dalam satu dekade ke belakang, dr. Zalmai telah merawat puluhan perempuan Afganistan yang wajahnya dibuat cacat oleh suami, ayah, dan saudara laki-laki mereka.

Mutilasi wajah tidak diizinkan dalam hukum Islam, tapi praktik brutal ini - yang sudah ada sebelum Islam - masih bertahan.

Perjalanan jauh

Zarka berasal dari keluarga sangat miskin di distrik Khairkot, 250 kilometer dari selatan Kabul dekat perbatasan Pakistan. Ia tidak bisa membaca atau menulis.

Desanya dikuasai Taliban. Negosiasi antara politikus lokal dan militan membantunya mendapatkan perawatan di Kabul.

Pada saat itu, dr. Zalmai terinfeksi virus corona dan kehilangan istrinya karena Covid-19. Dokter berusia 49 tahun itu memakamkan istrinya di kota Jalalabad, dan kembali bekerja ketika Zarka tiba di Kabul.

"Ketika ia datang ke saya kondisinya sangat buruk. Hidungnya terinfeksi parah," kata dr, Zalmai.

Setelah memeriksa Zarka pada 15 Juni, ia memberi perempuan itu antiseptik dan pil anti-inflamasi. Ia mendapati Zarka menderita anemia parah dan meresepkan tablet multivitamin.

Setelah sekitar lima minggu, Zarka kembali ke Kabul dan menjalani operasi pada 21 Juli.

Baca juga: Ditendang Saat Tiduran, Istri Kejar Suami ke Dapur dan Bunuh dengan Pisau

Curigaan dan ringan tangan

Zarka mengizinkan BBC memvideokan proses penyembuhannya dan menceritakan KDRT yang mendahului tindakan kekerasan yang brutal itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Roket dan Drone Rusia, 2 Warga Ukraina Tewas

Serangan Roket dan Drone Rusia, 2 Warga Ukraina Tewas

Global
Gencatan Senjata di Gaza Masih Bergantung Israel

Gencatan Senjata di Gaza Masih Bergantung Israel

Global
Balita Ini Sebut Ada Monster di Dinding Kamar, Ternyata Sarang 50.000 Lebah

Balita Ini Sebut Ada Monster di Dinding Kamar, Ternyata Sarang 50.000 Lebah

Global
Serang Wilayah Ukraina, Pesawat Tempur Rusia Ditembak Jatuh

Serang Wilayah Ukraina, Pesawat Tempur Rusia Ditembak Jatuh

Global
Remaja 16 Tahun di Australia Ditembak di Tempat setelah Lakukan Serangan Pisau

Remaja 16 Tahun di Australia Ditembak di Tempat setelah Lakukan Serangan Pisau

Global
Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Global
Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Global
Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Global
Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Global
Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Global
Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Global
Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Global
Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Global
China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

Global
Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com