KOMPAS.com - Pemerintah Arab Saudi kini melirik umrah setelah menuai sukses dalam menggelar ibadah haji 2020 di tengah pandemi virus corona.
Saudi melaksanakan haji ini dalam keadaan sangat terbatas untuk mencegah penularan, dengan sebelumnya jemaah diminta melakukan pemeriksaan suhu tubuh.
Kemudian dari isu penjualan TikTok, Presiden Donald Trump menyatakan bahwa pemerintah harus mendapatkan bagian jika Microsoft jadi mengakuisisi.
Kedua artikel itu masuk ke dalam kumpulan kabar populer Global yang terjadi sepanjang Selasa (4/8/2020) hingga Rabu pagi (5/8/2020).
1. Haji 2020 Sukses, Arab Saudi Mulai Lirik Umrah
Pemerintah Arab Saudi dilaporkan akan mengevaluasi pelaksanaan ibadah haji 2020 yang sudah berakhr, sebagai bahan jika mereka menggeber umrah.
Evaluasi tersebut sedianya akan berlangsung selama dua pekan mendatang. Ibadah haji 2020 sendiri telah selesai dilaksanakan pada Minggu (2/8/2020).
Riyadh akan mengompilasi berbagai pelajaran yang bisa mereka petik, termasuk protokol apa aja yang akan mereka genjot di tengah wabah vurus corona.
Seperti apa poin-poin evaluasi yang bisa mereka ambil, Anda bisa menyimaknya secara lengkap di sini.
2. TikTok Hendak Diblokir AS, 20 Influencer Marah-marah ke Trump
Ifluencer TikTok di Amerika Serikat (AS) menyatakan kemarahannya, buntut rencana Presiden Donald Trump untuk membeli aplikasi itu dari ByteDance.
Pada Senin (3/8/2020), akun @maya2960 itu mengunggah video dengan judul "Trump Freestyle", dan sudah ditonton lebih dari satu juta kali.
Dalam unggahannya, si influencer menegaskan para kreator TikTok lainnya tidak akan tinggal diam jika Trump berusaha mengakuisisi aplikasi itu.
Seperti apa pernyataan lengkap @maya2960? Anda bisa membacanya secara lengkap di tautan ini.
3. Media Asing Sorot Buruknya Penanganan Covid-19 di Indonesia: Dari Kalung Anti Corona sampai Ucapan Influencer
Sejumlah media asing menyoroti buruknya penanganan Covid-19, yang saat ini sudah menginfeksi lebih dari 105.000 orang.
Antara lain media terkemuka AS, New York Times, yang mengulas bagaimana misinformasi mengenai pandemi itu bisa tersebar di Indonesia.
Kemudian harian Inggris, The Guardian, mengulas pemberitaan yang pada intinya mengutip keterangan pakar bagaimana Indonesia gagal menangani wabah.