Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Tengah Latihan Perang Menghalau "Invasi China", Helikopter Taiwan Jatuh

Kompas.com - 16/07/2020, 19:36 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

TAICHUNG, KOMPAS.com - Sebuah helikopter Taiwan jatuh dan menewaskan dua pilot, di tengah latihan perang untuk menghalau "invasi yang dilakukan China".

Agenda Kamis (16/7/2020) merupakan klimaks dari latihan selama lima hari, untuk mengetes sejauh apa Taipei bisa menangkal serangan dari tetangga raksasa mereka.

Saat ini, China masih menganggap Taiwan sebagai wilayahnya yang harus segera disatukan kembali, bahkan menggunakan kekerasan jika perlu.

Baca juga: Jaga-jaga Diserang China, Taiwan Adakan Latihan Perang Besar di Pantai

Dalam latihan perang pamungkas, skenarionya adalah Taipei mencoba untuk menghalau militer Negeri "Panda" yang mencoba mendarat di pantai kota Taichung.

Dilansir AFP, selain melibatkan 8.000 tentara, Taiwan juga mengerahkan jet tempur, kapal perang, hingga berbagai persenjataan darat.

Dalam keterangan militer, helikopter jenis Bell 0H-58D jatuh ketika hendak kembali ke pangkalan Hsinchu, membunuh baik pilot dan kopilot.

Sejak dua wilayah terpisah buntut perang saudara yang terjadi pada 1949, Taipei masih terus menerima ancaman invasi dari Negeri "Panda".

Dalam beberapa dekade terakhir, Taipei terdesak dengan semakin masifnya pengembangan angkatan bersenjata Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA).

Baca juga: China Kirim 2 Kapal Mata-mata ke Taiwan di Tengah Latihan Militer

Beijing semakin meningkatkan tekanan diplomasi, militer, dan ekonomi setelah Presiden Tsai Ing-wen, yang tak mengakui prinsip "satu China", menjabat pada 2016.

Tsai kemudian terpilih pagi dalam pemilihan Januari lalu, yang dianggap sebagai sinyal perlawanan atas taktik tekanan yang dilakukan Beijing.

Tahun lalu, Presiden Xi Jinping dalam pidatonya membahas tentang Taiwan, di mana dia menegaskan bahwa unifikasi akan segera datang.

"Saya kira tak terelakkan lagi momen bersatunya Republik Rakyat China akan melakukan penyatuan tanah air," ujar juru bicara kementerian luar negeri Hua Chunying.

Dalam beberapa bulan terakhir, pesawat China makin berdesing semakin sering, membuat Taipei harus mengerahkan jet tempurnya.

Baca juga: Jual Komponen Rudal ke Taiwan, China Beri Sanksi Lockheed Martin

Piranti keras terbaru

Tekanan yang dilakukan China diperparah semakin siaganya negara Barat untuk menjual persenjataannya ke Taipei, karena takut membuat marah Beijing.

Karena itu, Taipei kemudian berusaha menyiasatinya dengan mengembangkan piranti keras, termasuk membangun kapal hingga jet latihan.

Taipei sudah menunjukkan sebagian alat utama sistem persenjataan karya anak bangsa dalam latihan tersebut, termasuk rudal hipersonik.

Baca juga: Hadapi Ancaman China, Taiwan akan Perbarui Rudal Patriot

Meski begitu, semakin masifnya tekanan yang diberikan China, sejumlah negara kemudian memperkuat kerjasamanya dengan pemerintahan Tsai.

Di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump, AS semakin sering menjual alat perangnya kepada Taipei, termasuk jet tempur F-16.

Pada awal pekan ini, pemerintahan Presiden Xi mengancam bakal menjatuhkan sanksi kepada Lockheed Martin karena menjual sistem pertahanan Patriot.

Perancis juga membuat marah Negeri "Panda" dengan menyetujui penjualan sistem pencegat rudal kepada kapal fregat Taiwan, yang dibeli pada 1990-an.

Selain itu, Washington masih menjadi sekutu tidak resmi untuk Taiwan meski mereka mengalihkan pengakuan kepada China pada 1979.

Baca juga: Uni Eropa, Inggris, Taiwan, Kecewa China Sahkan UU Keamanan Nasional Hong Kong

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Global
Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Global
Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Global
Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Global
Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Internasional
Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Global
Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Internasional
India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

Global
Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Global
Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Global
Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Global
Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Global
Keputusan Irak Mengkriminalisasi Hubungan Sesama Jenis Menuai Kritik

Keputusan Irak Mengkriminalisasi Hubungan Sesama Jenis Menuai Kritik

Internasional
Cerita 5 WNI Dapat Penghargaan sebagai Pekerja Teladan di Taiwan

Cerita 5 WNI Dapat Penghargaan sebagai Pekerja Teladan di Taiwan

Global
Rangkuman Hari Ke-796 Serangan Rusia ke Ukraina: Ukraina Gagalkan 55 Serangan di Donetsk | Rusia Rebut Semenivka

Rangkuman Hari Ke-796 Serangan Rusia ke Ukraina: Ukraina Gagalkan 55 Serangan di Donetsk | Rusia Rebut Semenivka

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com