Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Yahudi di Inggris Menolak Keras Aneksasi Israel atas Tepi Barat

Kompas.com - 14/07/2020, 06:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

LONDON, KOMPAS.com - Lebih dari 800 orang Yahudi di Inggris menandatangani surat terbuka penolakan pencaplokan Tepi Barat oleh Israel.

Mereka memperingatkan bahwa rencana Israel untuk mencaplok Tepi Barat di Palestina akan menyebabkan perpecahan mendasar antara Israel dan para Yahudi di Inggris.

"Kami sangat khawatir bahwa rencana pemerintah Israel untuk melakukan aneksasi wilayah secara sepihak akan menghasilkan perpecahan mendasar antara Israel dan komunitas kami," bunyi surat yang diorganisasikan oleh kelompok advokasi Yachad.

Surat tersebut diharapkan dapat dikirim kepada Menteri Urusan Diaspora Israel Omer Yankelevich secepatnya sebagaimana dilansir dari Jewish News, Senin (13/7/2020).

Baca juga: Kemenlu RI Sebut Israel Tunda Rencana Aneksasi Tepi Barat Palestina

Elemen masyarakat yang menandatangani surat tersebut meliputi 16 rabi, puluhan akademisi, tokoh organisasi buruh Jeremy Beecham, dan Ketua Nasional Gerakan Buruh Yahudi Mike Katz.

Surat tersebut juga berisi peringatan bahwa aneksasi unilateral akan semakin merapuhkan kesepakatan politik antara Israel dan Palestina.

Di dalam surat tersebut juga tertulis konsekuensi bagi rakyat Palestina akan berlipat ganda dan status internasional Israel akan sangat rusak.

“Lebih jauh, jika Israel mencaplok wilayah tanpa memberikan hak penuh dan setara kepada warga Palestina yang tinggal di wilayah itu, maka Israel akan mengkhianati karakter demokrasinya sendiri,” bunyi surat tersebut.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebelumnya berencana untuk bergerak maju dengan rencana aneksasi pada 1 Juli. Tetapi tanggal tersebut telah terlewati tanpa aksi dari Israel.

Baca juga: Jika Israel Caplok Tepi Barat, Palestina Peringatkan Bakal Ada Intifada

Sebelumnya, empat negara yakni Jerman, Perancis, Yordania, dan Mesir menentang rencana Israel untuk mencaplok bagian-bagian wilayah Palestina di Tepi Barat.

Pernyataan tersebut terlontar saat konferensi video para menteri luar negeri dari keempat negara tersebut bersama pada Selasa (7/7/2020).

Sebuah pers rilis yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri Jerman menyatakan setiap aneksasi wilayah Palestina akan menjadi pelanggaran hukum internasional dan membahayakan pondasi perdamaian.

Mereka lantas memperingatkan bahwa rencana Israel dalam mencaplok bagian-bagian Tepi Barat sarat dengan konsekuensi.

Jika rencana tersebut terealisasi, keempat negara tersebut juga mengancam akan memengaruhi hubungan mereka dengan Israel sebagaimana dilansir dari Anadolu Agency.

Baca juga: Sebut Ilegal, Jerman Tolak Rencana Aneksasi Israel di Tepi Barat

"Kami tidak akan mengakui adanya perubahan pada perbatasan 1967 yang tidak disetujui oleh kedua belah pihak dalam konflik. Kami juga setuju bahwa langkah seperti itu akan memiliki konsekuensi serius bagi keamanan dan stabilitas kawasan," tambah pernyataan itu.

Para menteri luar negeri juga menegaskan komitmen mereka terhadap solusi dua negara yang dinegosiasikan berdasarkan hukum internasional dan resolusi PBB yang relevan.

Para menteri juga membahas bagaimana memulai kembali keterlibatan yang bermanfaat antara pihak Israel dan Palestina, sambil menawarkan dukungan mereka untuk memfasilitasi negosiasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Global
Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Global
Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Global
Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Global
Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Global
Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Global
Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Global
Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Internasional
Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Global
Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Internasional
India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

Global
Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Global
Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Global
Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Global
Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com