Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Amankan Kesepakatan Dagang dengan China, Trump Tunda Sanksi ke Xinjiang

Kompas.com - 22/06/2020, 17:50 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

BEIJING, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menunda sanksi bagi pemerintah China yang terkait dengan Xinjiang, atas penahanan massal minoritas Muslim di sana.

Penundaan itu dilakukan demi melindung negosiasi perdagangan AS-China, menurut sebuah wawancara yang diterbitkan pada Minggu (21/6/2020).

Para aktivis mengatakan, China telah mengumpulkan setidaknya 1 juta Muslim Uighur dan orang-orang Turki lainnya, untuk mengasimilasi mereka secara paksa dengan cara memusnahkan budayanya.

Baca juga: Seorang Profesor Uighur Dibebaskan, Tunjukkan China Memaksakan Loyalitas

Beijing membantah melakukan hal tersebut, tetapi masalah ini sudah kadung mengguncang hubungan AS-China yang sebelumnya sudah berselisih di sektor perdagangan.

Ketika Trump ditanya situs berita Axios mengapa dia menunda Departemen Keuangan AS jatuhkan sanksi ke pemerintah China yang terkait dengan Xinjiang, sang presiden berkata, "Kami berada di tengah-tengah kesepakatan dagang besar."

"Dan saya telah membuat kesepakatan besar, potensi pembelian senilai 250 miliar dollar AS (Rp 3,5 kuadriliun)."

"Dan ngomong-ngomomg, mereka banyak membeli, mungkin Anda sudah melihatnya."

"Dan ketika Anda berada di tengah negosiasi lalu tiba-tiba Anda menjatuhkan sanksi tambahan, kami (terlanjur) melakukan banyak hal."

"Saya mengenakan tarif ke China, yang jauh lebih buruk daripada sanksi yang dapat Anda bayangkan."

Baca juga: AS Beri Sanksi China atas Pelanggaran HAM terhadap Uighur dan Minoritas Lain

Pemerintahan Trump dikritik karena dianggap pilih-pilih dalam menghukum pelanggaran hak asasi manusia.

Padahal, pekan lalu Trump menandatangani undang-undang yang akan mengesahkan sanksi terhadap pejabat yang terlibat dalam kasus Xinjiang.

Tudingan Bolton

Wawancara dengan Axios dilakukan pada Jumat (19/6/2020), ketika pemerintahan Trump disibukkan dengan tudingan-tudingan dari sebuah buku yang diterbitkan mantan ajudannya, John Bolton.

Bolton dalam bukunya menyatakan, Trump memberi tahu Xi Jinping bahwa dia menyetujui pendirian kamp-kamp di Xinjiang. Tuduhan itu langsung dibantah Trump.

Mantan Penasihat Keamanan Nasional tersebut juga mengklaim bahwa pada 2018, Trump meminta Xi meningkatkan pembelian produk pertanian AS untuk membantunya terpilih lagi di pemilu 2020.

Baca juga: John Bolton: Trump Tak Tahu Bedanya Finlandia dan Rusia

"Tidak, tidak sama sekali," bantah Trump kepada Axios ketika ditanya tentang permintaan itu.

"Apa yang saya katakan kepada semua orang - bukan hanya Presiden Xi - saya ingin mereka berbisnis dengan negara ini. Saya ingin mereka melakukan lebih banyak bisnis dengan negara ini."

"Apa yang baik untuk negara baik untuk saya... Apa yang baik untuk negara juga baik untuk pemilihan."

Trump lalu menambahkan, "Tapi saya tidak berkeliling mengatakan 'Oh, bantu pemilihan saya'. Mengapa saya harus mengatakan itu?"

"Dan ingat, ketika saya berbincang dengannya, seluruh ruangan penuh dengan orang-orang... Saya tidak akan mengatakan hal seperti itu."

Baca juga: John Bolton: Sambil Makan Steak Salmon, Xi Jinping Puji Donald Trump

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Global
Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Internasional
Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Global
Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Internasional
India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

Global
Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Global
Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Rudal Hwasong-11 Korea Utara Dilaporkan Mendarat di Kharkiv Ukraina

Global
Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Blinken Desak Hamas Terima Kesepakatan Gencatan Senjata Israel

Global
Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Status Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia Terancam Ditangguhkan

Global
Keputusan Irak Mengkriminalisasi Hubungan Sesama Jenis Menuai Kritik

Keputusan Irak Mengkriminalisasi Hubungan Sesama Jenis Menuai Kritik

Internasional
Cerita 5 WNI Dapat Penghargaan sebagai Pekerja Teladan di Taiwan

Cerita 5 WNI Dapat Penghargaan sebagai Pekerja Teladan di Taiwan

Global
Rangkuman Hari Ke-796 Serangan Rusia ke Ukraina: Ukraina Gagalkan 55 Serangan di Donetsk | Rusia Rebut Semenivka

Rangkuman Hari Ke-796 Serangan Rusia ke Ukraina: Ukraina Gagalkan 55 Serangan di Donetsk | Rusia Rebut Semenivka

Global
Anak-anak di Gaza Tak Tahan Lagi dengan Panas, Gigitan Nyamuk, dan Gangguan Lalat...

Anak-anak di Gaza Tak Tahan Lagi dengan Panas, Gigitan Nyamuk, dan Gangguan Lalat...

Global
AS Menentang Penyelidikan ICC atas Tindakan Israel di Gaza, Apa Alasannya?

AS Menentang Penyelidikan ICC atas Tindakan Israel di Gaza, Apa Alasannya?

Global
Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskors... 

Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskors... 

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com