Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dibungkam Twitter dan Snapchat, Mulut Pedas Trump Dibiarkan Facebook

Kompas.com - 04/06/2020, 18:48 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP,Fortune

Kasus kedua adalah pada Jumat (29/5/2020), Twitter menandai unggahan Trump tentang kerusuhan demonstrasi George Floyd sebagai "glorifikasi kekerasan".

"Ketika penjarahan dimulai, penembakan dimulai, Terima kasih!" tulis Trump yang mengacu pada bagaimana penegakan hukum akan menangani insiden tersebut.

"Twit ini melanggar Aturan Twitter tentang glorifikasi kekerasan. Namun, Twitter telah menentukan bahwa ini mungkin kepentingan publik sehingga twit tetap dapat diakses," demikian tanggapan Twitter.

Baca juga: Twit Trump soal George Floyd Ditandai Glorifikasi Kekerasan oleh Twitter

Menanggap hal ini, Trump lalu mengeluarkan perintah eksekutif tentang media sosial.

Setelah perintah eksekutif ini diberlakukan, platform media sosial seperti Twitter dan Facebook bisa dituntut secara hukum.

Trump mengatakan, peraturan diperlukan karena perusahaan media sosial itu bukan lagi forum netral tetapi terlibat dalam "aktivitas politik."

Baca juga: Trump Keluarkan Perintah Eksekutif Usai Ribut dengan Twitter, Ini Isinya

Facebook membiarkan Trump

Beda halnya dengan Facebook. Di saat Twitter dan Snapchat membungkam Trump, Facebook memilih untuk membiarkannya.

Dilansir dari AFP, CEO Facebook Mark Zuckerberg menegaskan kembali sikapnya dalam pertemuan dengan karyawan pekan ini, meski ada kritik terhadap kebijakan Facebook oleh aktivis hak-hak sipil.

"Saya sangat percaya bahwa Facebook seharusnya tidak menjadi penentu kebenaran dari semua yang dikatakan secara online," ujarnya pada Rabu (27/5/2020).

"Saya pikir, secara umum, perusahaan swasta, terutama perusahaan platform ini, tidak boleh melakukan itu," ucap Zuckerberg sebelumnya kepada Fox News.

Buntut dari sikap Zuckerberg ini, dua pegawai Facebook yang bekerja sebagai perancang perangkat lunak, mengundurkan diri secara terbuka pada Selasa (2/6/2020).

Baca juga: Mantan Kepala Pentagon: Trump Berusaha Memecah Belah Amerika

Timothy Aveni di LinkedIn menulis, dia mundur karena Facebook belum memegang teguh standar komunitas terkait unggahan Trump.

"Berkali-kali dia (Trump) mengunggah pesan menjijikkan, pesan bersasaran yang akan membuat pengguna Facebook lainnya ditangguhkan dari platform."

Sementara itu pegawai lainnya yakni Owen Anderson menulis di Twitter, ia dengan bangga mundur pada Selasa karena "tak lagi mendukung kebijakan dan nilai-nilai yang sangat tidak saya setujui."

Namun Anderson melanjutkan bahwa kepergiannya dari pekerjaan ini hanya sementara waktu.

Pengunduran diri terbuka ini menyusul "mogok virtual" yang dilakukan banyak pegawai Facebook pada Senin (1/6/2020).

Majalah Fortune pada Rabu (3/6/2020) menulis, pengunduran dua orang itu memang sangat kecil di Facebook yang mempekerjakan lebih dari 48.000 orang, tetapi jika eksodus terjadi akan menjadi masalah besar bagi perusahaan.

Baca juga: Demo George Floyd, Trump Bantah Diungsikan ke Bunker

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Global
Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com