Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menganggur di Tengah Krisis Wabah, Pekerja Migran India Pulang Kampung Jalan Kaki

Kompas.com - 18/05/2020, 15:30 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

NEW DELHI, KOMPAS.com -  Puluhan ribu pekerja migran miskin di India, berjalan di jalan raya dan rel kereta api atau naik truk, bus, dan kereta api yang penuh sesak di bawah terik panas matahari di tengah pandemi virus corona.

Beberapa di antara mereka ditemani oleh istri yang sedang hamil dan anak-anak yang masih kecil, kesemuanya rentan terhadap ancaman virus corona.

Dilansir The Associated Press, mereka mengatakan bahwa mereka terpaksa meninggalkan kota-kota di mana mereka telah bekerja keras selama bertahun-tahun membangun rumah dan jalan setelah mereka ditelantarkan oleh pihak yang mempekerjakan mereka, akibat lockdown nasional untuk menghentikan penyebaran virus.

Baca juga: 16 Pekerja Migran di India Tewas Terlindas Kereta Api Saat Pulang Kampung

Pemerintah dan badan amal telah mencoba untuk mendirikan tempat berlindung bagi mereka, tetapi jumlah mereka sangat banyak. Mau tak mau mereka pulang ke kampung halaman dengan menerjang bahaya.

Pekan lalu, sebuah kereta menabrak sekelompok pekerja migran yang lelah dan tertidur di atas rel saat melakukan perjalanan ke kampung halaman mereka di negara bagian Maharashtra Barat dan menewaskan 16 pekerja.

Pada Sabtu, setidaknya 23 buruh tewas di India Utara ketika sebuah truk yang mereka tumpangi menabrak truk stasioner di jalan raya.

Baca juga: Ini Sanksi bagi Perusahaan Pengiriman Pekerja Migran yang Tak Taat Aturan

"Saya tidak tahu bagaimana masa depan saya," kata Hari Ram (28), seorang tukang batu yang berangkat ke desanya di India pertengahan pekan ini dengan berjalan kaki, berharap dapat mencari tumpangan dalam perjalanan.

“Satu hal yang pasti, jika saya mati, saya akan mati di rumah saya. Saya tidak akan pernah menginjakkan kaki di New Delhi lagi,” katanya.

Dasrath (32) pekerja migran lainnya mengatakan, “Politisi India hanya mendatangi kami untuk memberikan suara selama pemilihan. Kami menghadapi situasi yang sangat sulit sekarang, tidak ada yang membantu kami. "

Sementara itu, diketahui bahwa setengah dari populasi India berpenghasilan kurang dari 3 dolar sehari.

Baca juga: Gadis Ini Dipanggil Corona, Dipukuli di Gurugram, India

 

Lebih dari 90 persen tenaga kerja dipekerjakan di sektor informal, tanpa akses untuk memiliki tabungan yang signifikan atau mendapat perlindungan sosial seperti cuti sakit dan asuransi, menurut catatan Bank Dunia.

Para pekerja migran mengatakan mereka dapat kembali ke pertanian dan juga mengambil pekerjaan seperti membangun jalan, memanen air di daerah yang dilanda kekeringan dan membangun tempat penampungan hewan di bawah program pemerintah yang menjamin 100 hari kerja setahun di pedesaan India untuk 200 rupee India atau 2,65 dolar AS (sekitar Rp 39.000) per orang setiap harinya.

Keluarnya para pekerja migran dari kota menyebabkan kekhawatiran bagi perusahaan-perusahaan barang konsumen terkemuka di India, yang takut akan kekurangan tenaga kerja saat mereka melanjutkan produksinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Polisi AS Tangkapi Pedemo Pro-Palestina di Universitas Columbia

Polisi AS Tangkapi Pedemo Pro-Palestina di Universitas Columbia

Global
Abu Vulkanik Erupsi Gunung Ruang Sampai ke Malaysia

Abu Vulkanik Erupsi Gunung Ruang Sampai ke Malaysia

Global
Saat Tentara Ukraina Kecanduan Judi Online, Terlilit Utang, dan Jual Drone Militer...

Saat Tentara Ukraina Kecanduan Judi Online, Terlilit Utang, dan Jual Drone Militer...

Global
Rangkuman Hari Ke-979 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Jatuhkan Rudal ATACMS | Norwegia Percepat Bantuan ke Ukraina

Rangkuman Hari Ke-979 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Jatuhkan Rudal ATACMS | Norwegia Percepat Bantuan ke Ukraina

Global
China Kirim 2 Panda Zhu Yu dan Jin Xi ke Kebun Binatang Madrid

China Kirim 2 Panda Zhu Yu dan Jin Xi ke Kebun Binatang Madrid

Global
Mengapa Rencana Serangan Darat Israel ke Rafah di Gaza Begitu Dikecam?

Mengapa Rencana Serangan Darat Israel ke Rafah di Gaza Begitu Dikecam?

Global
Jerman Sambut Baik Keputusan Ekspor Senjata ke Israel

Jerman Sambut Baik Keputusan Ekspor Senjata ke Israel

Global
AS Disebut Akan Turunkan Ganja ke Golongan Obat Berisiko Rendah

AS Disebut Akan Turunkan Ganja ke Golongan Obat Berisiko Rendah

Global
Trump Didenda Rp 146 Juta dan Diancam Dipenjara karena Langgar Perintah Pembungkaman dalam Kasus Uang Tutup Mulut

Trump Didenda Rp 146 Juta dan Diancam Dipenjara karena Langgar Perintah Pembungkaman dalam Kasus Uang Tutup Mulut

Global
[POPULER GLOBAL] Rudal Korea Utara di Ukraina | Mahasiswa New York Rela Diskors demi Bela Palestina

[POPULER GLOBAL] Rudal Korea Utara di Ukraina | Mahasiswa New York Rela Diskors demi Bela Palestina

Global
Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Global
Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Global
Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Global
Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Global
Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com