KOMPAS.com - Sejumlah pasien Covid-19 tiba-tiba kondisinya memburuk di minggu kedua. Salah satu kemungkinannya adalah respons kekebalan seseorang.
Contoh dari kondisi pasien virus corona yang memburuk di minggu kedua adalah PM Inggris Boris Johnson.
Ia awalnya hanya mengalami gejala ringan, tetapi di minggu kedua kondisinya memburuk dan harus dirawat intensif di ICU.
Dilansir dari ABC News, para pakar menggambarkan hal ini sebagai "ambruk di minggu kedua".
Baca juga: Laku Keras, Mainan Seks Bantu Kesehatan Mental di Australia Saat Pandemi Covid-19
Para pakar medis menyebutkan, dalam beberapa kasus terutama ketika kondisi pasien memburuk belakangan, penyebabnya bisa jadi bukan karena virusnya tetapi karena respons tubuh terhadap virus.
Reaksi kekebalan tubuh yang berlebihan ini, yang dikenal sebagai cytokine storm atau badai sitokin, dapat menyebabkan gangguan pernapasan akut.
Artinya jumlah oksigen pada aliran darah pasien menurun, sehingga organ tubuh kekurangan oksigen.
Ketika sistem kekebalan tubuh mendeteksi adanya penyerang seperti Covid-19, ia memicu serangkaian respons untuk menahan dan membasmi infeksi.
Baca juga: Kematian akibat Corona Tinggi Mungkin karena Badai Sitokin, Kok Bisa?
Salah satunya pelepasan protein pensinyalan kecil yang disebut sitokin, yang biasanya menyebabkan peradangan.
Dalam banyak kasus, respons imun bekerja dengan cara memadamkan infeksi dan respons peradangan tidak bekerja.
Namun terkadang sistem kekebalan tubuh secara keliru menjadi berlebihan dan tetap aktif lama setelah virus tak lagi menjadi ancaman.
Sangat sulit mengetahui sejauh mana sistem imun seseorang menyebabkan kerusakan dalam kasus Covid-19.
"Sistem imun pada kebanyakan orang memiliki peran yang sangat bermanfaat," kata Dr Julian Elliot, direktur klinis Satuan Tugas Covid-19 di Australia.
Orang yang mengidap penyakit Covid-19 yang lebih serius, biasanya memiliki tanda-tanda peningkatan peradangan terutama di paru-paru.
Baca juga: PM Selandia Baru Klaim Menang Pertempuran Melawan Covid-19
"Biasanya orang merasa normal saja padahal sebenarnya sudah menderita radang paru-paru dengan tingkat oksigen yang cukup rendah," kata Dr Elliot.