Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perawat Ungkap Kata-kata Terakhir Pasien Covid-19, Bicara soal Uang

Kompas.com - 19/04/2020, 16:24 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber CNN

NEW YORK CITY, KOMPAS.com - Seorang perawat mengungkapkan kata-kata terakhir salah satu korban meninggal Covid-19 yang memilukan.

Perawat anestesi bernama Derrick Smith yang telah terdaftar dan bersertifikat mengatakan, pandemi virus corona telah membawanya ke kenyataan yang benar-benar berbeda, "jauh lebih menakutkan".

Smith, yang sebagian besar merawat pasien Covid-19 di sebuah rumah sakit di New York City, menuturkan kata-kata terakhir seorang pasien pria yang sekarat dan hendak dipasangi ventilator.

Baca juga: Covid-19 Telan 540 Korban Sehari, Terendah di New York dalam 2 Minggu

"Siapa yang akan membayarnya?" tanya pasien itu di sela-sela kesulitan bernapas.

"Itu adalah kata-kata terakhir yang tidak akan pernah aku lupakan," kata Smith saat diwawancarai CNN.

"(Pasien ini) dalam kesulitan pernapasan yang parah, sulit bicara, tapi perhatian utamanya adalah siapa yang bisa membayar untuk prosedur yang akan memperpanjang hidupnya."

"Tetapi secara statistik ia tidak memiliki kemungkinan yang baik untuk bertahan hidup," ungkap Smith.

Baca juga: Trump Tanggapi Pernyataan Gubernur New York soal Raja Trump

Mengetahui pasien itu kemungkinan besar tidak akan pulih setelah diintubasi, Smith dan rekan-rekannya memanggil istri pria tersebut untuk memberinya kesempatan yang mungkin akan menjadi ucapan selamat tinggal.

Kebanyakan pasien Covid-19 akan meninggal setelah dipasangi ventilator, dengan tingkat kematian mencapai hingga 80 persen pada pasien virus corona yang diintubasi, kata Smith.

Meski Smith tidak tahu apakah pasiennya bisa selamat, ia mengatakan itu "sangat tidak mungkin."

Smith menyebut insiden tersebut "sejauh ini hal terburuk" yang telah dia saksikan dalam 12 tahun bekerja di unit perawatan kritis dan anestesi.

Baca juga: Virus Corona Buat New York Kewalahan Urusi Jenazah dan Rumah Sakit Darurat

"Aku sangat sedih, dan jujur, sedikit ngeri. Ini menunjukkan bahwa kita memiliki kegagalan besar ketika seseorang mengkhawatirkan keuangannya di saat ia sedang berhadapan dengan masalah yang jauh lebih besar yang berkaitan dengan hidup atau mati."

Tetap jadi kekhawatiran

Smith tidak memiliki jawaban untuk pertanyaan pasiennya, dan ia mengalihkan pembicaraan agar pria itu berbicara dengan pasangannya untuk terakhir kalinya.

Terlepas dari keadaan yang memilukan, menurut Smith pertanyaan itu tetap menjadi kekhawatiran.

"Pandemi telah menyoroti banyak kekurangan struktural di negara kita (AS), tidak hanya respons terhadap pandemi itu sendiri, tetapi pendekatan kita terhadap cakupan perawatan kesehatan," ujar Smith.

Baca juga: Covid-19 di AS Tembus 710.021 Kasus, 31,5 Persen dari Total Kasus di Dunia

Amerika Serikat adalah satu-satunya negara maju tanpa perawatan kesehatan universal.

CNN memberitakan, hampir 28 juta orang AS non-lansia atau 10,4 persen tidak diasuransikan pada 2018, menurut data Biro Sensus terbaru yang tersedia.

"Mengatasi virus corona dengan puluhan juta orang tanpa asuransi kesehatan atau dengan asuransi yang tidak memadai akan menjadi tantangan khas AS di antara negara-negara maju," tulis Larry Levitt di Twitter-nya.

Baca juga: Ramai Warga AS Turun ke Jalan, Minta Gubernur Cabut Lockdown

Wakil presiden eksekutif di perusahaan perawatan kesehatan Kaiser Permanente itu melanjutkan, "Dibutuhkan dana untuk merawat orang dan menangani perawatan tanpa kompensasi yang diserap oleh penyedia."

Khawatir bahwa biaya tinggi dapat menghambat orang diperiksa saat sakit, banyak perusahaan asuransi dan beberapa negara bagian meluncurkan pembayaran bersama untuk tes virus corona bagi pemegang polis tertentu.

Namun pasien masih harus membayar untuk kunjungan tersebut, pengujian lain, dan perawatan Covid-19 atau penyakit lain yang mungkin mereka alami.

Baca juga: Studi Ilmuwan AS: Obat Covid-19 Remdesivir Sukses Diuji Coba ke Monyet

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com