Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akibat Lockdown, Bumi Lebih Sedikit Bergetar

Kompas.com - 08/04/2020, 17:10 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Editor

KOMPAS.com - Pembatasan yang diberlakukan untuk melawan Covid-19 menyebabkan semakin sedikit orang yang bepergian dengan mobil dan kereta api. Pabrik-pabrik juga berhenti beroperasi.

Ketika miliaran orang melakukan hal itu, cara planet kita bergerak juga berubah. Bahkan, faktanya, getaran pada kerak bumi menurun.

Hal ini cukup luar biasa mengingat planet kita berbobot enam miliar triliun ton.

Baca juga: Stok Kondom Global Menipis di Tengah Wabah Corona, PBB Beri Peringatan

Penurunan dramatis

Para ilmuwan di Royal Observatory of Belgium adalah yang pertama memperhatikan penurunan tersebut.

Dia mengatakan bahwa "gerakan tanah pada frekuensi 1-20 Hz [lebih dalam daripada suara bass ganda, mirip dengan organ besar] jauh lebih rendah sejak pemerintah-pemerintah melakukan pembatasan pergerakan masyarakat'.

Perubahan juga disadari di berbagai tempat lain di seluruh dunia.

Ahli gempa di Nepal melihat penurunan aktivitas, seorang pekerja di Paris Institute of Earth Physics mengatakan pengurangan pergerakan di ibu kota Prancis itu "dramatis", dan sebuah penelitian di universitas Cal Tech di AS menggambarkan penurunan di Los Angeles sebagai "sangat liar".

Baca juga: Menkes Israel Positif Covid-19 Diduga karena Langgar Sendiri Aturan Lockdown

Penurunan dramatis dalam aktivitas seismik di Nepal dapat dilihat pada grafik ini.

Udara lebih bersih, laut lebih tenang

Ini bukan satu-satunya cara virus corona - dengan caranya memengaruhi hidup kita - mengubah dunia secara alami.

Satelit telah mendeteksi penurunan nitrogen dioksida dari gas yang berpolusi, yang dipancarkan oleh mobil, truk, bus, dan pembangkit listrik.

Wabah virus corona yang melanda sejumlah kapal pesiar membuat kapal-kapal lainnya memilih merapat di pelabuhan sehingga lalu lintas di laut berkurang.GETTY Wabah virus corona yang melanda sejumlah kapal pesiar membuat kapal-kapal lainnya memilih merapat di pelabuhan sehingga lalu lintas di laut berkurang.

 

Dunia juga lebih tenang.

Ilmuwan yang mengukur kebisingan suara sehari-hari di kota-kota dan mereka yang mempelajari kedalaman lautan telah melihat polusi suara menurun.

Baca juga: Covid-19, Ulama di Inggris dan AS Imbau Muslim Siapkan Adaptasi Terkait Proses Kremasi

Sinyal lebih jelas

Penelitian seismologis yang baru tidak berarti bahwa Bumi telah berhenti berguncang sepenuhnya, tetapi perbedaannya tak hanya terlihat bagi para ilmuwan, tapi juga akan menguntungkan manusia.

Aktivitas manusia seperti kebisingan membuat khalayak lebih sulit untuk mendengarkan apa yang dilakukan Bumi secara alami.

Tebal lapisan kerak bumi mencapai 70km dan bergetar karena aktivitas manusia.GETTY Tebal lapisan kerak bumi mencapai 70km dan bergetar karena aktivitas manusia.

"Anda akan mendapatkan sinyal dengan kebisingan lebih sedikit , memungkinkan Anda memeras lebih banyak informasi dari peristiwa-peristiwa itu," ujar Andy Frassetto, seorang seismolog di laman Lembaga Penelitian Seismologi Incorporated di Washington.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mungkinkah Uni Eropa Memutus Hubungan dengan Presiden Putin?

Mungkinkah Uni Eropa Memutus Hubungan dengan Presiden Putin?

Internasional
Meski Perundingan Berlangsung, Israel Tetap Serang Jalur Gaza

Meski Perundingan Berlangsung, Israel Tetap Serang Jalur Gaza

Global
Dinas Keamanan Ukraina Mengaku Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Dinas Keamanan Ukraina Mengaku Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Global
Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Global
Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Global
Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com