Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Warga Palestina Sambut Ramadhan di Bawah Bayang-bayang Perang

JALUR GAZA, KOMPAS.com - Bulan Ramadhan kali ini terasa berbeda bagi warga Palestina. Pasalnya ibadah puasa berada di bawah bayang-bayang perang di Jalur Gaza.

Tak hanya perang, tetapi warga juga dihadapkan momok kelaparan akibat bantuan yang masuk ke Gaza masih cukup minim.

Selain itu, perundingan gencatan senjata juga terhenti atau belum menemui titik temu di antara kedua belah pihak antara Israel dan kelompok Hamas.

Meski begitu, umat Muslim di Palestina tetap menjalankan ibadah puasa yang nantinya bakal berada di kompleks Masjid Al Aqsa, salah satu situs paling suci dalam Islam.

Daerah tersebut, yang dianggap sebagai tempat paling suci oleh orang-orang Yahudi yang mengenalnya sebagai Temple Mount, telah lama menjadi titik masalah dan merupakan salah satu titik awal perang terakhir pada 2021 antara Israel dan Hamas.

Namun, konflik 2021 yang berlangsung selama 10 hari itu tidak ada apa-apanya dibanding perang Israel-Hamas yang dimulai pada 7 Oktober 2023 yang lalu.

Sebab, serangan Hamas menewaskan sekitar 1.200 warga Israel, menurut perhitungan Israel.

Sedangkan serangan balasan Israel telah menewaskan lebih dari 31.000 orang yang ada di Jalur Gaza Palestina.

Setelah beberapa kebingungan bulan lalu ketika Menteri Keamanan sayap kanan Itamar Ben Gvir mengatakan dia menginginkan pembatasan terhadap jamaah di Al Aqsa, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan jumlah yang diterima akan sama dengan tahun lalu.

"Ini adalah masjid kami dan kami harus menjaganya," kata Azzam Al-Khatib, direktur jenderal Wakaf Yerusalem, yayasan keagamaan yang menaungi Al Aqsa.

"Kita harus melindungi kehadiran umat Islam di masjid ini, yang seharusnya bisa masuk dalam jumlah besar dengan damai dan aman," imbuh dia, dikutip dari Reuters pada Senin (11/3/2024).

Awal Ramadhan bergantung pada pengamatan bulan. Bagi warga Palestina, Ramadhan akan dimulai pada hari Senin, sedangkan di beberapa negara Arab dan Muslim akan dimulai pada hari Selasa.

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, dekorasi yang biasa di sekitar Kota Tua belum dipasang dan suasana suram serupa terjadi di kota-kota di Tepi Barat yang diduduki Israel.

Di mana sekitar 400 warga Palestina tewas dalam bentrokan dengan pasukan keamanan atau pemukim Yahudi sejak peristiwa dimulainya perang Gaza.

"Kami memutuskan tahun ini bahwa Kota Tua Yerusalem tidak akan didekorasi untuk menghormati darah anak-anak kami, orang tua, dan para martir," kata Ammar Sider, seorang tokoh masyarakat di Kota Tua.

Polisi mengatakan mereka berupaya memastikan Ramadhan yang damai dan telah mengambil tindakan ekstra untuk menindak apa yang mereka gambarkan sebagai informasi yang provokatif dan menyimpang di jaringan media sosial dan telah menangkap 20 orang yang dicurigai menghasut terorisme.

"Polisi Israel akan terus bertindak dan mengizinkan pelaksanaan shalat Ramadhan dengan aman di Bukit Bait Suci, sambil menjaga keamanan dan keselamatan di daerah tersebut," kata polisi dalam sebuah pernyataan.

Sedangkan bagi negara-negara Muslim lainnya, kebijakan Israel di Al Aqsa telah lama menjadi salah satu isu yang paling dibenci dan bulan lalu, pemimpin Hamas Ismail Haniyeh meminta warga Palestina untuk berjalan ke masjid pada awal Ramadhan.

Tahun lalu, bentrokan yang terjadi ketika polisi memasuki kompleks masjid mendapat kecaman dari Liga Arab dan Arab Saudi.

Sebab, Israel berusaha menormalisasi hubungan diplomatik, memperluas upayanya untuk membangun hubungan dengan kekuatan regional termasuk Uni Emirat Arab.

https://www.kompas.com/global/read/2024/03/11/080700470/warga-palestina-sambut-ramadhan-di-bawah-bayang-bayang-perang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke