Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tahun ini, Separuh Warga Dunia di Lebih dari 50 Negara Ikuti Pemilu yang Berdampak Global

Penulis: VOA Indonesia

JAKARTA, KOMPAS.com - Tahun ini akan menjadi ujian besar bagi banyak pemerintahan demokratis karena diperkirakan 4 miliar orang di lebih dari 50 negara akan memberikan suara dalam pemilu. Itu adalah hampir separuh dari populasi dunia saat ini.

Hasil seluruh pemilu ini tampaknya akan membentuk politik global untuk tahun-tahun mendatang.

Pemilu Bangladesh menjadi pemilu besar pertama yang diadakan pada tahun ini.

Sheikh Hasina telah memenangi masa jabatan kelimanya sebagai perdana menteri Bangladesh pada Sabtu (6/1/2024).

Sementara, Taiwan juga akan menggelar pemilihan presiden pada 13 Januari.

Ancaman China untuk mengambil alih negara pulau itu melalui pengerahan kekuatan, membayangi proses pemungutan suara.

William Lai, adalah kandidat dari Partai Progresif Demokratik yang berkuasa yang unggul dalam jajak pendapat.

“Kita tidak hanya memilih pemimpin masa depan Taiwan untuk memutuskan tentang masa depan negara ini, tetapi juga membuat keputusan terkait perdamaian dan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik, bukankah begitu?” katanya.

Sementara, Indonesia telah dijadwalkan akan memilih presiden baru pada Februari mendatang. 

Dengan jumlah penduduk 277 juta jiwa, penyelenggaraan pemilu di Indonesia akan menjadi salah satu pemungutan suara terbesar di dunia yang diadakan serentak dalam satu hari.

Pakistan akan menggelar pemilu parlemen pada Februari. Pemilu itu akan diadakan ketika pemimpin oposisi sekaligus mantan Perdana Menteri Imran Khan, masih berada dalam penjara dalam dakwaan membocorkan rahasia negara, yang telah dia tolak.

Menginjak Maret, warga Rusia akan memberikan suara dalam pemilu presiden, dan petahana Vladimir Putin diperkirakan akan memenanginya.

"Putin memiliki kendali terhadap semua mesin administrasi yang perlu guna memastikan suara dalam jumlah besar untuk mendukung dia, akan diberikan dan kita akan menerima kenyataan enam tahun lagi masa berkuasa Putin, hingga setidaknya pada 2030,” ujaran Ian Bond, peneliti di lembaga Center for European Reform.

India, negara demokrasi terbesar di dunia, akan menggelar pemilihan parlemen antara April dan Mei, dengan Partai Bharatiya Janata atau BJP di bawah Perdana Menteri Narendra Modi memimpin dalam jajak pendapat.

Pushp Saraf adalah seorang jurnalis politik di India.

“Ini merupakan pemilu yang penting karena ada dua pendapat yang jelas-jelas ada di India saat ini. Pertama, bahwa BJP telah melakukan polarisasi masyarakat terutama di kelompok komunal. Dan di sisi lain, ada pemikiran bahwa BJP lebih berfokus pada keamanan nasional,” ujar Saraf.

Pada 2 Juni, Meksiko dijadwalkan menggelar pemilihan presiden, yang bisa menjadi sebuah tonggak baru.

Peneliti jajak pendapat, Patricio Morelos mengatakan bahwa pemilu ini juga menjadi peristiwa yang bersejarah.

“Ini sekaligus menjadi peristiwa yang bersejarah karena adanya kemungkinan bahwa, untuk pertama kalinya, seorang perempuan akan memerintah Meksiko,” kata Morelos.

Uni Eropa juga dijadwalkan akan menggelar pemilihan parlemen pada Juni, mewakili lebih dari setengah miliar orang, di tengah kebangkitan dukungan untuk partai-partai popular sayap kanan.

Inggris dijadwalkan menggelar pemilu sebelum akhir tahun ini, dengan jajak pendapat memperkirakan pemimpin oposisi dari Partai Buruh, Keir Starmer berada di jalur tepat untuk mengakhiri pemerintahan Partai Konservatif yang penug gejolak selama 14 tahun.

Pada 5 November, warga Amerika Serikat giliran menyambut pesta demokrasi.

Mereka akan memutuskan apakah akan memberikan masa jabatan kedua bagi Joe Biden dari Partai Demokrat sebagai presiden AS, atau memilih calon lain dari Partai Republik, dengan Donald Trump yang tampaknya akan menjadi musuhnya.

Hasil pemilu AS ini akan memiliki gampang secara global.

“Dalam konteks Eropa, ada berbagai macam ketakutan bahwa Donald Trump bisa sangat cepat melemahkan NATO,” kata Anand Medon adalah seorang professor dalam politik internasional di Kings College, London.

Dalam setahun mendatang, pemilih akan menggunakan kekuatan demokratis mereka dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan konsekuensinya tampaknya akan dirasakan selama beberapa dekade mendatang.

https://www.kompas.com/global/read/2024/01/10/075158370/tahun-ini-separuh-warga-dunia-di-lebih-dari-50-negara-ikuti-pemilu-yang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke