Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Wakil Pemimpin Hamas Tewas di Lebanon, Apakah Perang di Gaza Akan Meluas?

Arouri, wakil pemimpin Hamas, tewas terbunuh oleh serangan drone di Beirut selatan.

Dia adalah tokoh kunci di Brigade Ezzedine Al Qassam--kelompok sayap militer Hamas--dan orang dekat pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh.

Dia berada di Lebanon sebagai perantara antara Hamas dengan Hezbollah--kelompok bersenjata di Lebanon.

Bahkan sebelum pertikaian antara Israel dan Hamas bermula pada 7 Oktober lalu, pemimpin Hezbollah di Lebanon, Hassan Nasrallah, telah memperingatkan bahwa serangan apa pun di wilayah Lebanon akan memicu sebuah “respons yang kuat”.

Namun, Hezbollah dan sekutunya di Iran memahami bahwa bentuk dari balasan mereka, di tengah kemelut pertikaian yang terjadi saat ini, dapat mengubah bentuk dari perang yang saat ini terjadi--dan nasib Hezbollah.

Bukan rahasia lagi bahwa hanya masalah waktu kapan pemimpin Hamas yang berada di luar Palestina akan menjadi target pembunuhan.

Israel akan “beroperasi melawan pemimpin Hamas di mana pun mereka berada”. Itulah peringatan Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu, pada November.

Beberapa bulan sebelumnya, dia secara terang-terangan menyebut Arouri.

Israel biasanya tidak mengonfirmasi atau membantah suatu pembunuhan, tapi konflik yang telah terjadi lama ini tak hanya rangkaian pembunuhan berencana, tetapi juga sejarah yang berisi retaliasi dan pembalasan dendam.

Israel kini bersiap akan aksi balasan. Pemimpin Hamas dan sekutunya telah menyerukan pembalasan dari jalanan Tepi Barat dan sekitarnya.

Pernyataan pertama Hezbollah adalah menyerukan semua pihak untuk bersabar.

Sebelum peristiwa pembunuhan Saleh Al Arouri, kelompok dengan kekuatan militer dan politik yang bersenjata lengkap ini telah mencoba membatasi keterlibatannya dalam perang kata-kata.

Hezbollah juga membatasi serangan mereka di perbatasan dengan Israel untuk menghindari keterlibatan Lebanon dalam konflik yang memakan biaya besar.

Pembunuhan pejabat Hamas--yang merupakan penghubung penting antara Hezbollah dan Iran--di salah satu basis mereka di pinggiran selatan Beirut, telah mengejutkan Hezbollah dan kemungkinan akan mengubah perhitungan mereka dalam peta konflik yang terjadi saat ini.

Kendati begitu, mereka harus mempertimbangkan untuk memilih serangan-serangan yang spektakuler, atau pertempuran jangka panjang.

Dukungan Hezbollah di sepanjang perbatasan selatan Lebanon yang bergejolak sangat kuat.

Namun, di Beirut dan sekitarnya, kenangan akan perang Israel-Lebanon pada tahun 2006 masih membekas di negara yang kini belum pulih dari berbagai krisis yang terjadi di dalam negeri.

Bukan rahasia lagi bahwa tokoh-tokoh senior Israel telah lama berusaha memaksimalkan peluang ini untuk memberantas ancaman Hezbollah terhadap komunitas mereka di utara.

Sekutu Israel, Amerika Serikat, telah beberapa kali memperingatkan tentang risiko memicu perang dengan Hezbollah, yang bisa menimbulkan dampak yang luas.

Krisis terbaru yang dipicu oleh pembunuhan Arouri dan enam anggota Hamas lain--termasuk dua komandan militer Hamas--terjadi ketika tensi sedang memanas di front lain, termasuk yang terjadi di Laut Merah, lokasi di mana kelompok milisi Houthi yang didukung Iran menyerang kapal-kapal yang diduga terkait dengan Israel.

Kini muncul seruan yang lebih keras untuk menahan diri, dari negara-negara Barat hingga politisi Lebanon dan pasukan penjaga perdamaian PBB, di tengah meningkatnya kekhawatiran akan perang yang lebih luas.

Tapi Israel telah menentukan tujuannya secara pasti sejak awal.

Tujuan perang ini adalah “menghancurkan Hamas“. Itu berarti menyasar infrastruktur, pemimpin militer dan politik serta keuangan kelompok itu.

Hampir tiga bulan perang berlangsung, Israel mengaku masih jauh dari tujuannya.

Banyak musuh Israel, begitu juga sekutunya, mempertanyakan apakah Hamas dapat dihancurkan melalui kekuatan militer yang menyebabkan kematian warga sipil dalam jumlah yang sangat besar, dan bencana kemanusiaan yang mengerikan yang menimbulkan rasa sakit yang mendalam serta kemarahan yang mendalam.

Dalang dari serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober silam, termasuk Yahya Sinwar, diyakini masih bersembunyi di suatu tempat di Gaza, terlepas dari upaya Israel untuk memburu mereka.

Itu juga membebani warga Israel yang kerabatnya masih disandera di suatu tempat di Gaza oleh Hamas.

Salah satu akibat dari pembunuhan Saleh Al Arouri adalah ditundanya pembicaraan di Kairo terkait pertukaran sandera Israel dengan warga Palestina yang ditahan Israel.

Perdana Menteri Netanyahu berkukuh bahwa "hanya tekanan yang akan berhasil".

Israel kini semakin memperketat kebijakannya.

https://www.kompas.com/global/read/2024/01/07/200000070/wakil-pemimpin-hamas-tewas-di-lebanon-apakah-perang-di-gaza-akan-meluas-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke