Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Felicien Kabuga Tersangka Penghasut Genosida Rwanda Akan Dibebaskan

Asosiasi Ibuka yang mewakili penyintas genosida Rwanda pada Selasa (8/8/2023) mengecam putusan pengadilan banding PBB tersebut.

Kabuga yang merupakan mantan taipan bisnis dituduh menyiarkan hasutan kebencian yang memicu pembantaian sekitar 800.000 orang.

"Putusan kemungkinan pembebasan Kabuga adalah penghinaan disengaja terhadap luka mendalam yang diderita para penyintas genosida," kata Naphtali Ahishakiye, sekretaris eksekutif Ibuka, kepada AFP.

Para penyintas sangat marah dan kecewa, lanjut Ahishakiye, seraya menambahkan bahwa putusan Majelis Banding menjadi preseden yang menyedihkan.

Pada Juni 2023, para hakim menetapkan Kabuga tidak cukup sehat untuk diadili tetapi harus menjalani proses hukum tanpa putusan.

Selanjutnya pada Senin (7/8/2023), hakim majelis banding menyebut pengadilan yang lebih rendah membuat kesalahan hukum, sehingga Kabuga (menurut data resmi berumur 88 tahun, tetapi dia mengaku berusia 90) harus segera dipertimbangkan untuk dibebaskan.

Felicien Kabuga ditangkap di Paris pada 2020 setelah dua dekade buron. Pria dengan kursi roda itu telah diadili pada September 2022 dan mengaku tidak bersalah.

Jaksa menuduh Kabuga--dulu salah satu orang terkaya di Rwanda--sebagai orang di balik layar Radio-Television Libre des Mille Collines (RTLM) yang mendesak etnis Hutu membunuh Tutsi dengan parang.

Akan tetapi para hakim pada Juni 2023 mengatakan, ahli medis sekarang mendapati Kabuga menderita demensia parah.

Pengadilan kali pertama menunda persidangan Kabuga pada Maret 2023 karena masalah kesehatan.

Sebelumnya, pengadilan menolak tawaran pengacara Kabuga untuk membuatnya dinyatakan tidak layak diadili.

Ahishakiye pada Senin (7/8/2023) menyampaikan, asosiasi Ibuka kini berpikir memutus hubungan dengan badan Mekanisme Residual Internasional untuk Pengadilan Pidana.

"Tidak masuk akal tetap sejalan dengan pengadilan yang terus-menerus melindungi pelaku genosida dengan mengorbankan keadilan bagi para penyintas," kecamnya.

"Kerja sama kami yang berkelanjutan dengan pengadilan ini tidak dapat dipertahankan, tidak ada gunanya," imbuh Ahishakiye.

Menurut Jaksa Penuntut Serge Brammertz, dia sudah hati-hati meninjau keputusan Majelis Banding dan keputusannya harus dihormati, bahkan jika hasilnya tidak memuaskan.

"Simpati saya kepada para korban dan orang yang selamat dari genosida," kata Brammertz, seraya mengakui bahwa hasil ini akan menyusahkan dan mengecilkan hati mereka.

Dia menyinggung penangkapan mantan inspektur polisi Fulgence Kayishema baru-baru ini yang dituduh melakukan pembantaian, sebagai bukti putusan bagi Kabuga bukan akhir dari proses peradilan secara keseluruhan.

Sementara itu, pengacara pembela Felicien Kabuga yakni Emmanuel Altit menyambut baik keputusan hakim banding.

https://www.kompas.com/global/read/2023/08/09/150000670/felicien-kabuga-tersangka-penghasut-genosida-rwanda-akan-dibebaskan

Terkini Lainnya

Fisikawan Rusia yang Kembangkan Rudal Hipersonik Dihukum 14 Tahun

Fisikawan Rusia yang Kembangkan Rudal Hipersonik Dihukum 14 Tahun

Global
Misteri Area 51: Konspirasi dan Fakta di Balik Pangkalan Militer Tersembunyi AS

Misteri Area 51: Konspirasi dan Fakta di Balik Pangkalan Militer Tersembunyi AS

Global
Kepala Politik Hamas Ucap Duka Mendalam pada Pemimpin Tertinggi Iran

Kepala Politik Hamas Ucap Duka Mendalam pada Pemimpin Tertinggi Iran

Global
Panas Ekstrem 47,4 Derajat Celcius, India Liburkan Sekolah Lebih Awal

Panas Ekstrem 47,4 Derajat Celcius, India Liburkan Sekolah Lebih Awal

Global
Israel Batal Sita Kamera Associated Press Setelah Panen Kecaman

Israel Batal Sita Kamera Associated Press Setelah Panen Kecaman

Global
Hari Ini, Irlandia dan Norwegia Akan Mengakui Negara Palestina Secara Resmi

Hari Ini, Irlandia dan Norwegia Akan Mengakui Negara Palestina Secara Resmi

Global
Pecah Rekor Lagi, Pendaki Nepal Kami Rita Sherpa Capai Puncak Everest 30 Kali

Pecah Rekor Lagi, Pendaki Nepal Kami Rita Sherpa Capai Puncak Everest 30 Kali

Global
Presiden Iran Meninggal, Puluhan Ribu Orang Hadiri Pemakaman Ebrahim Raisi

Presiden Iran Meninggal, Puluhan Ribu Orang Hadiri Pemakaman Ebrahim Raisi

Global
Rangkuman Hari Ke-818 Serangan Rusia ke Ukraina: 3.000 Napi Ukraina Ingin Gabung Militer | 14.000 Orang Mengungsi dari Kharkiv 

Rangkuman Hari Ke-818 Serangan Rusia ke Ukraina: 3.000 Napi Ukraina Ingin Gabung Militer | 14.000 Orang Mengungsi dari Kharkiv 

Global
Belum Cukup Umur, Remaja 17 Tahun di India Pilih Partai PM Modi 8 Kali di Pemilu

Belum Cukup Umur, Remaja 17 Tahun di India Pilih Partai PM Modi 8 Kali di Pemilu

Global
Menlu AS Tuding ICC Hambat Gencatan Senjata Perang Israel-Hamas

Menlu AS Tuding ICC Hambat Gencatan Senjata Perang Israel-Hamas

Global
Menteri Keamanan To Lam Resmi Terpilih Jadi Presiden Vietnam

Menteri Keamanan To Lam Resmi Terpilih Jadi Presiden Vietnam

Global
Anggota Kabinet Perang Israel Ron Dermer Sebut Tak Ada Kelaparan di Gaza, Kok Bisa? 

Anggota Kabinet Perang Israel Ron Dermer Sebut Tak Ada Kelaparan di Gaza, Kok Bisa? 

Global
Amelia Earhart, Perempuan Pertama yang Melintasi Atlantik

Amelia Earhart, Perempuan Pertama yang Melintasi Atlantik

Internasional
6 Fakta soal Helikopter Presiden Iran, Termasuk Buatan AS dan Sudah Usang

6 Fakta soal Helikopter Presiden Iran, Termasuk Buatan AS dan Sudah Usang

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke