Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pernyataan Dubes China Bikin Heboh Eropa, lalu Diklarifikasi

BEIJING, KOMPAS.com - Pernyataan Dubes China untuk Perancis, Lu Shaye, baru-baru ini memicu kehebohan di Eropa.

Berbicara di saluran berita LCI pada Jumat (21/4/2023), Lu Shaye mengatakan, negara-negara yang lahir setelah jatuhnya Uni Soviet tidak memiliki status efektif di bawah hukum internasional.

Sebab, kata dia, tidak ada perjanjian internasional yang menegaskan status mereka sebagai negara berdaulat.

Komentar tersebut nyatanya menimbulkan keresahan bukan hanya di Ukraina yang telah diinvasi Rusia sejak Februari tahun lalu, melainkan semua bekas republik Soviet yang muncul sebagai negara merdeka setelah jatuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, termasuk banyak anggota Uni Eropa.

Ajudan Presiden Ukraina, Mykhaylo Podolyak menegaskan pada Minggu (23/4/2023), bahwa status negara-negara pasca-Soviet diabadikan dalam hukum internasional.

"Aneh rasanya mendengar versi absurd dari 'sejarah Crimea' dari perwakilan negara yang sangat teliti tentang sejarah seribu tahunnya," kata Podolyak, mengacu pada China, dikutip dari AFP.

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa (UE), Josep Borrell, pun menyebut pernyataan Lu Shaye itu tidak dapat diterima.

Dalam sebuah tweet, dia menyatakan, UE hanya dapat menganggap deklarasi ini tidak mewakili kebijakan resmi China.

Negara Baltik panggil utusan China

Sebagai respons atas pernyataan Lu Shaye, tiga negara Baltik Uni Eropa dilaporkan telah memanggil utusan China di negara masing-masing untuk dimintai penjelasan pada Senin (24/4/2023) ini.

Ketiga negara itu, yakni Lithuania, Estonia, dan Latvia.

Menteri Luar Negeri Lithuania, Gabrielius Landsbergis, mengatakan para diplomat China akan diminta untuk menjelaskan terkait posisi China tentang kemerdekaan negaranya.

"Selain itu, untuk mengingatkan mereka bahwa kami bukan negara pasca-Soviet, melainkan negara yang secara ilegal diduduki oleh Uni Soviet," jelas dia.

Menteri Luar Negeri Estonia, Margus Tsahkna, mengatakan dirinya sedang mencari tahu mengapa China memiliki posisi atau komentar seperti itu tentang negara-negara Baltik.

Berbicara pada pertemuan menteri luar negeri UE di Luksemburg, Tsahkna menegaskan bahwa negara-negara Baltik adalah negara berdaulat independen yang tergabung dalam Uni Eropa dan NATO.

"Tapi saya harap ada penjelasannya. Kami tidak puas dengan penyataan (Lu Shaye) itu," ujarnya.

Kemenlu China klarifikasi

Setelah pernyataan Lu Shaye beredar dan memicu kemarahan di Eropa, Pemerintah China lantas memberikan semacam klarifikasi.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, mengatakan pada Senin, bahwa pihaknya menghormati status negara berdaulat dari semua negara bekas Soviet.

"China menghormati status negara berdaulat dari republik yang berpartisipasi setelah pembubaran Uni Soviet," kata dia kepada wartawan.

Mao Ning menegaskan, China menghormati kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas wilayah semua negara dan menjunjung tinggi tujuan dan prinsip Piagam PBB.

“Setelah runtuhnya Uni Soviet, China adalah salah satu negara pertama yang menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara terkait. Sejak menjalin hubungan diplomatik, China selalu berpegang pada prinsip saling menghormati dan kesetaraan untuk mengembangkan hubungan persahabatan dan kerja sama bilateral," jelas dia.

https://www.kompas.com/global/read/2023/04/24/165800670/pernyataan-dubes-china-bikin-heboh-eropa-lalu-diklarifikasi

Terkini Lainnya

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Global
Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Global
Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Global
Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Global
Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Global
Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Global
Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke