Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Haiti Dilanda Kerusuhan Parah, Kanada Akan Kirim Kapal Perang

OTTAWA, KOMPAS.com – Kanada akan mengirim kapal perangnya ke pantai Haiti untuk mengumpulkan informasi intelijen saat negara Karibia tersebut dilanda kekerasan.

Haiti masih terus diguncang kerusuhan buntut dari ketidakstabilan ekonomi serta politik. Kekerasan di negara tersebut sebagian besar didorong oleh kelompok kriminal terorganisasi.

Pengumuman pengerahan kapal perang Kanada ke pantai Haiti disampaikan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau dalam pertemuan CARICOM, blok perdagangan yang beranggotakan 15 negara Karibia, di Bahama pada Kamis (16/2/2023).

Di antara topik yang dibahas dalam pertemuan itu adalah geng-geng bersenjata kuat yang beroperasi di Haiti, yang menyebabkan semakin banyaknya pembunuhan, penculikan, dan kekerasan seksual.

“Saat ini, Haiti dihadapkan pada kekerasan geng yang tak henti-hentinya, gejolak politik, dan korupsi. Sekarang adalah saatnya untuk bersama-sama menghadapi parahnya situasi ini,” kata Trudeau.

Dilansir dari Al Jazeera, Trudeau tidak merinci berapa banyak kapal perang dari Angkatan Laut Kanada yang akan dikirim ke pantai Haiti.

Sebelumnya, sejumlah pemimpin Haiti termasuk Perdana Menteri Haiti Ariel Henry telah meminta bantuan militer dari dunia internasional untuk membantu meredam kekerasan yang meningkat.

Pada Jumat (10/2/2023) pekan lalu, kepala hak asasi manusia PBB Volker Turk juga menyerukan pasukan internasional untuk membantu mengakhiri “mimpi buruk” di Haiti.

Sejak mantan Presiden Haiti Jovenel Moise dibunuh pada Juli 2021, geng-geng bersenjata di Haiti semakin berkembang dan kuat.

PBB memperkirakan pada Desember 2022, 60 persen wilayah ibu kota Haiti, Port-au-Prince, berada di bawah kendali geng bersenjata yang kuat.

Selama lebih dari sebulan pada September 2022, aliansi geng yang kuat yang dikenal sebagai G9 Family and Allies juga memblokade terminal bahan bakar utama di Port-au-Prince.

Blokade tersebut secara otomatis menutup perdagangan di sebagian besar kota dan memicu krisis kemanusiaan.

Karena sampah yang menumpuk dan kelangkaan air bersih akibat blokade, Haiti melaporkan kasus pertama kolera dalam hampir tiga tahun. Sejak itu, infeksi melonjak.

Bagi banyak warga Haiti, kondisi di tengah kekerasan menjadi tak tertahankan. Banyak dari mereka yang akhirnya memutuskan mengungsi ke luar negeri.

Pada Januari 2023, AS meluncurkan aturan baru yang memungkinkan hingga 30.000 orang per bulan untuk tiba dari Nikaragua, Haiti, Venezuela, dan Kuba selama mereka memenuhi persyaratan yang ketat, termasuk pemeriksaan ekstensif.

Namun di bawah aturan terbaru itu, warga Haiti yang mencoba menyeberang ke AS dari Meksiko akan ditolak.

PBB mendesak berbagai negara untuk tidak mendeportasi pengungsi dan migran kembali ke Haiti, dengan alasan kondisi berbahaya di sana.

https://www.kompas.com/global/read/2023/02/17/120100470/haiti-dilanda-kerusuhan-parah-kanada-akan-kirim-kapal-perang

Terkini Lainnya

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

Global
PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

Global
Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Global
13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

Global
Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Global
Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Global
Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Global
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Global
2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

Global
AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

Global
Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Global
Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Global
China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke