Berapa Lama Korban Terjebak Puing Gempa Dapat Bertahan Hidup?

JAKARTA, KOMPAS.com – Berapa lama orang yang terjebak puing-puing akibat gempa bumi bisa bertahan hidup?

Menurut para ahli, korban bisa bertahan sekitar sepekan. Namun, itu sangat tergantung oleh beberapa hal mulai dari cedera yang diderita, bagaimana korban terjebak, hingga kondisi cuaca.

Menurut laporan pada Kamis (9/2/2023), korban gempa bumi di Turkiye dan Suriah sudah melampaui 15.000 jiwa.

Meski demikian, masih banyak korban yang diyakini terjebak di dalam puing-puing akibat gempa bumi, sebagaimana dilansir Associated Press.

Tim pencari dari seluruh dunia diterjunkan dan ikut serta dengan personel darurat lokal di Turkiye dan Suriah untuk mencari korban gempa yang terjebak.

Sebagian besar penyelamatan terjadi dalam 24 jam pertama setelah bencana. Setelah itu, peluang bertahan para korban untuk hidup menurun seiring berlalunya hari, kata para ahli.

Banyak korban terluka parah atau terkubur oleh bebatuan yang jatuh atau puing-puing lainnya.

Suriah dan Turkiye dilanda musim dingin ketika gempa terjadi. Kondisi ini menghambat upaya penyelamatan dan suhu udara jauh di bawah titik beku.

“Biasanya, sangat jarang menemukan orang yang selamat setelah hari kelima hingga ketujuh, dan sebagian besar tim SAR akan mempertimbangkan untuk berhenti pada saat itu,” kata Jarone Lee, dokter spesialis kegawatdaruratan dan bencana di Rumah Sakit Umum Massachusetts.

“Tapi, ada banyak cerita tentang orang yang bertahan hidup melewati batas tujuh hari. Sayangnya, ini biasanya kasus yang jarang dan luar biasa,” sambungnya.

Sementara itu, orang-orang dengan cedera traumatik, termasuk cedera akibat benturan dan amputasi anggota tubuh, menghadapi jendela bertahan hidup yang paling kritis.

Hal itu disampaikan dokter spesialis kegawatdaruratan di sekolah kedokteran Feinberg Universitas Northwestern George Chiampas.

“Jika Anda tidak menarik mereka keluar dalam satu jam, di golden hour itu, peluang untuk bertahan hidup sangat rendah,” ucap Chiampas.

Selain itu, mereka yang memiliki penyakit penyerta, yang kesehatannya bergantung pada obat-obatan, juga menghadapi peluang yang suram.

Usia, kondisi fisik, dan mental juga merupakan faktor yang sangat menentukan.

“Anda melihat banyak kasus berbeda di mana kami melakukan beberapa penyelamatan yang sangat ajaib dan orang-orang selamat dalam kondisi yang mengerikan,” kata Christopher Colwell, dokter spesialis kegawatdaruratan di Universitas California, San Francisco.

“Mereka (yang selamat dengan keajaiban) cenderung orang yang lebih muda dan cukup beruntung untuk menemukan celah di reruntuhan atau cara untuk mengakses elemen yang dibutuhkan seperti udara dan air,” sambung Colwell.

Kondisi mental juga dapat memengaruhi kelangsungan hidup. Orang-orang yang terjebak di samping mayat, yang tidak memiliki kontak dengan korban atau penyelamat lainnya, berpotensi putus asa.

“Jika Anda bersama seseorang yang masih hidup, Anda bisa saling bersandar satu sama lain untuk terus berjuang,” ucap Chiampas.