Bantahan ini dilontarkan beberapa minggu setelah Amerika Serikat (AS) mengatakan, Moskwa melirik ke Pyongyang untuk mengisi kembali stok senjatanya yang habis karena menginvasi Ukraina.
"Kami belum pernah mengekspor senjata atau amunisi ke Rusia sebelumnya dan kami tidak berencana untuk mengekspornya," kata seorang pejabat di Biro Umum Peralatan Kementerian Pertahanan dalam pernyataan yang disiarkan KCNA.
Pernyataan itu keluar setelah Gedung Putih pada bulan ini berkata, Rusia membeli peluru artileri dan roket dari Korea Utara untuk mendukung perangnya di Ukraina.
Dikutip dari kantor berita AFP, juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby berujar bahwa AS yakin pembelian-pembelian tersebut dapat mencakup jutaan peluru, roket, dan artileri.
Namun, mengutip data intelijen AS yang tidak dirahasiakan, dia saat itu menekankan bahwa pembelian belum selesai dan tidak ada indikasi senjatanya digunakan di Ukraina.
Sebagai sekutu Moskwa, Pyongyang mengecam AS dengan menyatakan, Washington dan kekuatan musuh lainnya sedang menyebarkan rumor kesepakatan senjata antara DPRK dan Rusia. DPRK adalah akronim resmi untuk Korea Utara.
"Kami memperingatkan AS untuk berhenti membuat pernyataan sembrono," katanya sambil menekankan Korea Utara mempertahankan hak untuk mengekspor peralatan militer.
Gedung Putih mengindikasikan bahwa pembelian amunisi artileri dari Korea Utara, serta kesepakatan membeli drone militer dari Iran, menunjukkan Rusia berada dalam kesulitan setelah berbulan-bulan terkena sanksi ekonomi dan teknologi oleh Barat yang bertujuan melumpuhkan mesin perangnya.
https://www.kompas.com/global/read/2022/09/22/073000870/korea-utara-bantah-kirim-senjata-ke-rusia-yang-kehabisan-stok