Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal "Manhattan Project" yang Memorakmorandakan Hiroshima dan Nagasaki

Namun Rosevelt tak bisa menyatakan perang tanpa persetujuan Capitoll Hill (parlemen) sehingga Roosevelt membutuhkan bukti konkret dan alasan kuat untuk bisa menyatakan ikut berperang. Di tahun-tahun tersebut, sebenarnya tidak banyak negara yang benar-benar mau berperang dengan AS, sebuah negara industri baru, pemenang perang dunia pertama, dengan sokongan perekonomian yang terbilang paling maju dan kekuatan industri yang sedang bangkit (fordism) kala itu.

Tak pelak, Jerman pun sebenarnya tak berani melawan AS, apalagi Jepang. AS baru saja bangkit satu dekade dari krisis ekonomi besar, Great Depression. Perekonomiannya sedang membaik, kapasitas industri sudah mulai kembali pulih (era New Deal FDR). Jadi tak mungkin ujuk-ujuk Jepang menghantam Pearl Harbour, kalau tak ada sebab.

Alasan Jepang

Secara sederhana, Jepang marah kepada AS karena pemberlakuan embargo minyak sebagai hukuman kepada Jepang yang mengekspansi kekuasaannya ke China. Karena itu, Jepang merasa perlu memberi peringatan kepada AS agar tidak macam-macam karena Jepang sedang bersiap-siap untuk mengambil beberapa tambang minyak di Hindia Belanda, terutama di Plaju (Palembang) dan Tarakan (Kalimantan).

Sebab lainya adalah Jepang sedang "terlena” kala itu sehingga tak sadar bahwa Roosevelt juga sedang memasang umpan, yang membuat Jepang memberi peringatan kepada AS melalui serangan dadakan di Pearl Harbor. Catatan tambahannya, dalam kisah resmi "perang terkahir", (begitu Jepang menyebutnya, karena Jepang kurang tertarik menyebut kata "perang dunia kedua") yang dikeluarkan lembaga ilmiah Jepang dengan judul “Invasion Dutch East India Histrory” beberapa tahun lalu, Jepang menginvasi East India bukan hanya karena faktor minyak di Plaju dan Tarakan, tetapi juga faktor penyebaran ideologi Pan Asia.

Pendeknya, pengeboman Pearl Harbor akhirnya membuat pidato Roosevelt di parlemen AS menjadi bermakna instruktif bagi Amerika, yakni perang. Parlemen AS memberi lampu hijau kepada Roosevelt untuk terlibat dalam perang dunia kedua, sekalipun dalam pidatonya Roosevelt sama sekali tidak lagi minta izin kepada punggawa Capitol Hill.

Namun sejak awal tahun 2000-an lalu, terungkap beberapa data baru bahwa diduga Roosevelt mengetahui Jepang akan menyerang Pearl Harbor. Namun dia tidak meneruskan informasinya kepada laksamana yang bertugas di pangkalan di Hawaii, agar Rosevelt punya alasan yang faktual untuk ikut terlibat perang dunia kedua membantu sohibnya, Winston Churchill, yang berkali-kali menyurati Rosevelt meminta untuk segera terlibat melibas Hitler di Eropa.

Hal itu terbukti saat Jepang ingin meluncurkan serangan kedua ke Midway Island, di mana AS yang kalah senjata berhasil menggagalkan serangan kapal-kapal lengkap Jepang lantaran AS berhasil mendapatkan informasi rencana serangan tersebut sebelumnya. Bahkan dikabarkan, di pagi sebelum Pearl Harbor diserang, informasi sudah ada di meja Laksamana Stark di New York, tetapi tak disampaikan ke Laksamana Kimmel di Hawaii.

Kedua, Duko Popov, intel yang membelot dari Jerman ke Inggris, sekaligus tokoh yang menjadi inspirasi film James Bond, telah menyerahkan dokumen dalam bentuk micro dot kepada J Edgar Hoover, petinggi FBI (Federal Bureau of Investigation atau biro intelijen dan keamanan domestik AS) kala itu, pun kepada petinggi CIA (Central Intelligence Agency), saat itu  masih bernama OSS, yang berisi kuisioner yang harus dijawab intel Jerman untuk diberikan kepada Jepang.

Dari kuesioner tersebut tertulis jelas bahwa Jepang sedang mencari informasi tentang pangkalan AS di Hawaii serta informasi tentang segala pergerakan kapal-kapal AS. Bahkan dikabarkan, informasi dari Popov pun sempat parkir di meja Rosevelt beberapa hari sebelum Pearl Harbor di serang. Lalu dikabarkan juga, Churchil saat berbicara dengan Rosevelt via telepone pernah menyampaikan bahwa Jepang akan menyerang Pearl Harbor di suatu tanggal, yang akhirnya terbukti meleset satu hari dari perkiraannya.

Manhattan Project

Sekarang masuk ke soal bom atom yang meluluhlantakan dua kota di Jepang. Cerita bermula di tahun 1941, setelah Albert Enstein mengungsi dari Jerman ke AS (ditanggapi oleh AS dengan operasi Paperclip-operasi penyelamatan ilmuwan-ilmuwan potensial Jerman). Setelah sampai di AS, Enstein menyampaikan kepada Roosevelt bahwa Jerman sedang mengembangkan senjata nuklir.

Enstein memang sangat mengetahui rencana Jerman tersebut karena yuniornya yang menjalankan project tersebut, yakni Werner Heisenberg, fisikawan muda Jerman penerima nobel fisika 1932. Namun proyek terebut akhirnya dihentikan karena terjadi ledakan di saat uji coba terakhir, sebelum dihentikan pendanaannya oleh Nazi.

Sejak pemberitahuan tersebut, OSS (embrio CIA) mulai memantau pergerakan Haisenberg sampai diketahui bahwa proyek tersebut dihentikan.

Saat mendengar berita dari fisikawan kelas atas tersebut, Roosevelt terkejut dan segera mengambil tindakan. Brigjen Leslie Grove, yang ditunjuk memimpin project senjata nuklir untuk menandingi Jerman. Lahirlah Manhattan Project, begitu namanya.

Dari sekian banyak fisikawan briliant AS, Grove akhirnya memilih J Robert Oppenheimer sebagai chief scientist-nya. Manhattan Project dimulai seiring dengan pengembangan pesawat pengebom jarak jauh B29 superfotress yang bisa terbang lebih dari seribu km. Pesawat jenis ini sangat diperlukan untuk membawa bom atom dari Tinian Island, salah satu pulau di Kepulauan Pasifik, yang jaraknya lebih dari seribu km dari Jepang.

Oppenheimer awalnya adalah penggemar Heisenberg. Mereka pernah bertemu saat Heisenberg datang ke AS untuk konvensi ilmiah, di awal perang dunia kedua pecah. Kala itu, Oppenheimer mengajak Heisenberg bergabung melawan Nazi dan Hitler, tetapi Heisemberg menolak dan malah memberikan penawaran sebaliknya.

Setelah mendapat tanggung jawab atas Manhattan Project, Leslie Grove menentukan lokasi pengembangan project di Oak Bridge, Tenneese, Kentucky. Leslie menghabiskan sekitar 1,2 milliar dollar AS untuk membangun kota baru Oak Bridge yang tak masuk ke dalam peta AS kala itu, bagi para pekerja dan ilmuwan yang akan bekerja di proyek Manhattan.

Dananya langsung dari Presiden Rosevelt, tanpa melalui persetujuan parlemen. Di tengah jalan, proyek tersebut menemui kendala keterbatasan uranium. Opsi tersisa hanya plutonium yang membutuhkan proses reduksi kimia di tempat tersendiri. Plutonium sangat berbeda dengan uranium. Plutonium sangat tidak stabil, jika tak hati-hati bahkan bisa meledak di laboraturium.

Apa boleh buat, akhirnya Leslie Grove setuju membangun lokasi baru di pinggiran Washington, yakni di Hanford, untuk lokasi reaktor nuklir pereduksi kimia plutonium. Untuk menghilangkan keraguan, Leslie meminta tim untuk membuat dua bom atom, satu dari uranium dan satu lagi dari plutonium.

Setelah kedua persoalan tersebut teratasi, dibutuhkan lokasi ketiga untuk uji coba. Lokasinya ditentukan Oppenheimer, yakni di Los Alamos, New Mexico, sebuah daerah terpencil di mana beberapa keluarga Oppenheimer tinggal tidak terlalu jauh dari lokasi uji coba. Inilah lokasi akhir bagi dua bom atom yang akan "dihadiahkan" kepada Jepang.

Bom atom dari uranium diberi nama Little Boy dan yang dari Plutonium dinamai Fat Man.

Pilot yang akan menerbangkannya dengan pesawat Enola Gay dari Tinian Island adalah Paul Tibbet. Tilbbet sudah memiliki jam terbang cukup dan dianggap layak untuk misi tersebut. Perintah dari Leslie Grove, operasi pengeboman harus menggunakan penglihatan mata pilot, bukan dengan radar. Maka latihan-latihan Paul Tibbet dan tim dilakukan atas standar tersebut.

Untuk jaga-jaga jika dibutuhkan pemboman kedua, Charles Sweeney disiapkan untuk menjadi pilot pesawat B29 Superfortress.

Namun pada 12 April 1945, Roosevelt meninggal dunia. Harry B Truman yang semula menjadi wakilnya didaulat sebagai pengganti.

Sebelumnya, Manhattan Project hanya diketahui oleh presiden seorang (sangat dirahasiakan). Truman sebagai wakil bahkan tak mengetahuinya. Barulah setelah beliau menggantikan Roosevelt, Truman mendapat briefing soal proyek pengembangan bom atom.

Leslie Grove mendapat lampu hijau dari Truman untuk melanjutkan. Bom dijatuhkan pada 6 Agustus 1945, di saat Truman dalam perjalanan menuju AS dari Postdam, Jerman, setelah mengikuti pertemuan sekutu antara Churchil, Stalin, dan Truman beberapa saat setelah Berlin bertekuk lutut.

Di pertemuan tersebut, Truman meminta Stalin untuk menyatakan perang terhadap Jepang sembari menceritakan bahwa AS telah menyiapkan bom atom untuk Jepang jika tidak segera menyatakan menyerah tanpa syarat kepada AS. Dengan senyum Stalin menjawab bahwa ia telah mengetahui rencana bom atom seminggu sebelum diceritakan oleh Truman. KGB gitu loh! Ya, setahun setelah itu diketahui bahwa Manhattan Project ternyata berhasil disusupi agen KGB. Informasi itulah yang menjadi bahan dasar Soviet ikut mengembangkan proyek yang sama beberapa tahun kemudian.

Sebenarnya, setelah Pulau Okinawa dan Saipan ditaklukan AS, begitu pula dengan pulau-pulau utama di Pasifik, Jepang telah menyatakan menyerah, tetapi dengan syarat, terutama setelah Tokyo dibombardir AS yang menyebabkan ribuan korban jiwa. Namun AS menginginkan lebih, yakni penyerahan tanpa syarat.

Jepang belum bersedia untuk menyerah tanpa syarat.

Secara politik, AS tak ingin berbagi Jepang dengan Uni Soviet. Dengan kata lain, permintaan Truman kepada Stalin nyatanya hanya basa-basi. Permintaan tersebut pernah diutarakan oleh Roosevelt kepada Stalin di pertemuan Malta sebagai pengalihan isu agar Stalin tidak merangsek ke China setelah Jerman kalah.

Jika saja AS tak menjatuhkan bom atom, maka perang akan terus berlanjut dan Uni Soviet yang akhirnya menyatakan perang terhadap Jepang akan ikut masuk ke Kepulauan Jepang. Artinya, Jepang akan seperti Jerman dan Korea, terbelah dua (Korea terbelah dua karena pasukan merah berhasil merangsek sampai Korea sebelum bom atom dijatuhkan). Sementara, AS menginginkan hak penuh untuk merekonstruksi ekonomi dan membangun institusi demokrasi di Jepang.

Di sisi lain, yang menentang dan mempersoalkannya, menyatakan bahwa Jerman telah kalah, bom atom tak dibutuhkan lagi. Toh Jepang telah menyatakan diri menyerah bersyarat. Hanya dibutuhkan diplomasi dan sejenisnya. Bahkan setelah Jerman kalah, sekitar seratus ilmuwan yang terlibat dalam Proyek Manhattan menandatangani surat yang dikirim ke Truman, yang berisi permintaan untuk tidak menjatuhkan bom atom di Jepang.

Namun Truman bergeming. Karena pada awalnya, Truman hanya fokus pada misi untuk membuat Jepang menyerah tanpa syarat, dan memerintahkan misi bom atom ke lokasi strategis yang kurang berisiko terhadap penduduk setempat. Tapi apa lacur, kenyataannya kemudian tak demikian.

Bom pertama dibawa dan dijatuhkan Paul Tibbet di Hirosima tanggal 6 Agustus 1945. Kota tersebut luluh lantak dengan lebih dari seratus ribu penduduk meninggal, hilang, dan terkontaminasi. Jepang masih belum menyatakan diri menyerah tanpa syarat. Di media-media Tokyo kala itu, diberitakan bahwa AS telah menyerang Hiroshima dengan bom jenis baru, tanpa menyebutkan spesifikasinya.

Karena tak ada pernyataan menyerah, tanggal 9 Agustus, Charless Sweeny meluncur ke Kota Kekura. Namun cuaca sangat tidak bersahabat, berkabut, sehingga sasaran tak terlihat.

Sweeney pun beralih ke opsi kedua, Nagasaki. Kota ini pun luluh lantak dengan korban yang sangat besar, sedikit di bawah jumlah korban Hiroshima.

Pada 14 Agustus, meskipun ditentang banyak jenderalnya, Hirohito menyatakan penyerahan Jepang tanpa syarat, 3 hari sebelum Soekarno-Hatta mendeklarasikan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Tak ada pernyataan menyesal secara resmi dari Truman soal bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Bahkan ketika bertemu dengan Oppenheimer setelah itu, saat sang ilmuwan menyatakan dirinya sangat menyesal. "Blood in my hands," kata Oppenheimer. Namun Truman membalas dengan tegas bahwa semua itu ada di bawah tanggung jawabnya. Openheimer tak perlu merasa risih.

Meski demikian, dari kebijakan Truman selanjutnya, terlihat bahwa dia tak sembarangan lagi dalam menggunakan bom atom. Saat perang Korea pecah, 1951-1953, Douglas McArthur mengancam akan menjatuhkan bom atom di Pyongyang. Namun Truman menentang, lalu beberapa waktu setelah itu, Truman justru menarik McArthur dari perang Korea sebelum perang usai.

Di perang Korea, bom atom sudah masuk kategori “nuclear taboo” bagi Truman. Sementara, sang ilmuwan genius, Oppenheimer, berkeliling dunia untuk memberi ceramah di panggung-panggung ilmiah, terkait bahayanya bom atom. Ceramah yang sangat kontras, yang mengutuk kreasi penceramahnya sendiri.

https://www.kompas.com/global/read/2022/06/17/093459770/mengenal-manhattan-project-yang-memorakmorandakan-hiroshima-dan-nagasaki

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke