Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Ibu dengan 7 Anak Berkebutuhan Khusus, Sempat Jenuh tapi Tak Menyerah

Anak sulung Tahirah, Huzaifah, mengidap ASD yang diketahui saat berusia sekitar delapan tahun.

ASD merupakan gangguan neurologis dan tumbuh kembang, memengaruhi cara orang berinteraksi, berkomunikasi, belajar, dan berperilaku.

Huzaifa diketahui mengidap ASD ketika suatu hari naik MRT bersama ibunya. Gadis itu mulai panik dan berteriak, lalu menarik tatapan dari penumpang lain.

Setelah kejadian itu, Tahirah membawa Huzaifa ke dokter spesialis dan saat itulah sang anak didiagnosis menderita ASD.

Huzaifah juga didiagnosis mengalami depresi dan OCD selama bertahun-tahun.

Depresi secara negatif memengaruhi bagaimana seseorang merasa, berpikir, dan bertindak, sementara OCD menyebabkan seseorang menjadi terpaku pada dorongan tertentu seperti pikiran, sensasi, atau tindakan negatif.

Anak kedua dan keempat Tahirah, Mu'az (18) dan Rumaisa (13) didiagnosis ADHD. Anak kelimanya, Talhah (10), didiagnosis ASD.

Oleh karena mengidap ADHD, Mu'az dan Rumaisa memiliki perbedaan aktivitas otak yang memengaruhi perhatian, kemampuan duduk diam, dan pengendalian diri.

Anak kembarnya yang berusia delapan tahun, Ziyad dan Zayid, serta putranya yang berusia empat tahun, Abbas, juga mengalami keterlambatan perkembangan (Global Developmental Delay/GDD).

Anak-anak yang didiagnosis dengan GDD memiliki fungsi intelektual yang jauh lebih rendah daripada teman sebayanya.

“Serasa Anda adalah kapten kapal Anda sendiri, dan kemudian Anda harus berlayar. Anda ingin mencapai titik A ke titik B, lalu tiba-tiba ada angin kencang. Embusan angin benar-benar mengubah arah Anda."

"Jadi apa yang harus Anda lakukan? Anda masih harus menuju titik B Anda. Anda harus mengubah layar Anda dan itulah yang saya lakukan,” terangnya dikutip dari Mothership, Minggu (1/5/2022).

Dengan tujuh anak berkebutuhan khusus, hari-hari Tahirah dihabiskan untuk mengajari anak-anaknya mata pelajaran yang dia kenal seperti Bahasa Inggris atau Matematika.

Secara khusus, Tahirah memastikan anak-anaknya mampu beradaptasi dengan lingkungan sekolahnya. Dia membangun hubungan yang baik dengan guru anak-anaknya dan menyampaikan kebutuhan mereka kepada para pengajar.

Tahirah mengirimkan salinan diagnosis anak-anaknya kepada guru mereka dan berdiskusi tentang cara terbaik untuk berkomunikasi anak-anaknya.

Tahirah ingin anak-anaknya menjadi mandiri dan siap menjalani hidup di masa depan.

“Ketika saatnya tiba ketika mereka tidak dapat mengandalkan saya lagi atau saya meninggal, saya tahu bahwa saya meninggalkan anak-anak saya dengan keterampilan yang dapat membantu mereka mengurangi stres, kecemasan, dan kesedihan yang mungkin mereka alami,” ungkap Tahirah.

Sejak usia dua tahun, anak-anak Tahirah mulai melakukan beberapa pekerjaan rumah tangga seperti mengelap meja setelah makan. Kemudian ketika mereka bertambah usia, akan ditugasi dengan lebih banyak pekerjaan rumah tangga.

Pada usia 12 tahun, mereka belajar berbelanja bahan makanan dan belajar cara membelanjakan uang.

Apalagi pada pengujung 2017, dia kehilangan ayah, paman, sepupu, dan ibu mertuanya yang meninggal.

Beberapa saat berselang taman kanak-kanak Talhah menyarankan Tahirah menariknya dari prasekolah. Dia kemudian didiagnosis dengan ASD.

Pada saat itu, Tahirah sendiri tidak dapat merawat dirinya dengan baik.

“Saya juga berpuasa dan menyusui anak kedelapan saya,” kenangnya,

Ketegangan itu membebani fisik dan mentalnya, dan Tahirah jatuh sakit parah, mengalami demam yang tidak kunjung reda.

Suaminya membawanya ke rumah sakit. Dokter menemukan bahwa Tahirah mengalami dehidrasi dan dua batu ginjalnya berdiameter hampir satu inci.

Itu adalah salah satu pengalaman terburuk yang pernah dia hadapi.

Peristiwa malang itu menyadarkannya untuk membangun sistem pendukung yang tangguh di rumah.

Sebagai ibu, dia juga perlu mendapat dukungan dari keluarganya. Dia memberitahu anggota keluarganya dukungan apa yang dia butuhkan dengan memberitahu mereka apa tiga bahasa cinta favoritnya.

Bahasa cinta menunjukkan kepada pasangan--atau dalam hal ini, anggota keluarga--cara terbaik masing-masing pihak menerima cinta.

"Tiga bahasa cinta teratas saya adalah sentuhan fisik, tindakan melayani, dan waktu berkualitas."

Anak-anak dapat mengungkapkan cinta mereka kepada Tahirah dengan memeluknya. Pelukan, dalam hal ini, menunjukkan kepada Tahirah betapa mereka menghargai apa yang telah dia lakukan untuknya.

“Kelelahan mengasuh itu nyata,” tambah Tahirah. Dia sering mempraktikkan perawatan diri, memberi dirinya waktu istirahat untuk bersantai ketika dia merasa kewalahan.

Saat tidak disibukkan dengan mengasuh anak, Tahirah menghabiskan waktu senggangnya bersama suami.

Mereka berkencan sekali atau dua kali seminggu dan menghabiskan waktu berkualitas sambil mengobrol dan minum teh atau berbelanja bahan makanan. Ini adalah saat yang benar-benar dia hargai karena itu membuat hubungan mereka tetap kuat.

Sebab, Tahirah tahu betul bahwa keluarga dengan anak berkebutuhan khusus memiliki tingkat perceraian yang lebih tinggi.

Dia juga menghapal tiga bahasa cinta favorit anak-anaknya.

Misalnya, karena OCD, putra sulungnya selalu meminta kepastian. OCD, kata Tahirah, adalah "musuh di dalam pikiran anak saya" dan itu mempengaruhinya setiap hari.

Huzaifah akan bertanya, “Umi, bisakah kamu melihat anjing di seberang blok? Apakah itu pria yang memegang anjing? Umi, apakah menurutmu tembok ini bersih?”

Jadi sebagai caranya meyakinkannya, Tahirah akan terus berbicara dengannya dan menegaskan bahwa semuanya baik-baik saja.

Tahirah tidak menyesal memiliki tujuh anak berkebutuhan khusus

“Setiap kali seorang anak didiagnosis dengan sesuatu, suami dan saya suka ke perpustakaan untuk mengumpulkan lebih banyak pengetahuan tentang diagnosis yang dialami anak-anak kami.”

Dia sering berbicara dengan pekerja sosial dan psikolog untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang kebutuhan khusus anak-anaknya.

Meski terlihat bisa mengatur keluarganya dengan baik, tak bisa dimungkiri bahwa mengurus tujuh anak berkebutuhan khusus adalah pekerjaan yang berat.

Jadi mengapa dia terus memiliki banyak anak, terutama di usianya?

“Kami adalah pasangan yang sangat subur,” akunya. Tahirah sudah menjalani ligasi tuba pada tahun 2019, dan suaminya berencana untuk segera menjalani vasektomi.

Akan tetapi, dia tidak menyesal membesarkan keluarganya yang terdiri dari 11 orang dan dia sangat bangga dengan semua anak-anaknya dan menerima kondisi mereka.

"Saya tidak akan pernah malu dengan anak-anak saya tanpa terkecuali... Kami menerima dan merangkul anak-anak kami siapa pun mereka, bukan untuk siapa seharusnya," pungkas Tahirah.

https://www.kompas.com/global/read/2022/05/16/163000270/kisah-ibu-dengan-7-anak-berkebutuhan-khusus-sempat-jenuh-tapi-tak

Terkini Lainnya

Israel Kerahkan Tank ke Rafah, Ambil Alih Kontrol Perbatasan

Israel Kerahkan Tank ke Rafah, Ambil Alih Kontrol Perbatasan

Global
Serangan Rusia di Sumy Ukraina Tewaskan 1 Warga Sipil, 2 Anak Luka-luka

Serangan Rusia di Sumy Ukraina Tewaskan 1 Warga Sipil, 2 Anak Luka-luka

Global
Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Global
Kesalahan Teknis. Boeing Tunda Peluncuran Kapsul Luar Angkasanya

Kesalahan Teknis. Boeing Tunda Peluncuran Kapsul Luar Angkasanya

Global
5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

Global
AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Putin

AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Putin

Global
Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Global
Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Global
Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Internasional
Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Global
Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Global
Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Global
Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 FaseĀ 

Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 FaseĀ 

Global
Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Global
Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke