Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Khawatir Konflik Rusia-Ukraina Memuncak, AS Cari Bantuan ke Qatar Amankan Gas ke Eropa

DOHA, KOMPAS.com - Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani, diperkirakan akan memberitahu Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, bahwa negaranya akan menyediakan beberapa gas cair darurat jangka pendek untuk membantu mengganti kekurangan, jika Rusia memutuskan pasokan ke Jerman.

Qatar mencari kesempatan untuk memasok Eropa dengan mentransfer kelebihan gas dalam penyimpanan di Asia timur. Ia juga berharap untuk kembali ke pasar Eropa dalam skala yang lebih besar, karena tingkat produksinya sendiri meningkat.

Tetapi, pihaknya ingin mengakhiri penyelidikan anti-trust Komisi Eropa, terkait persaingan pasar dan monopoli.

“Sepertinya mereka akan memiliki sesuatu untuk diumumkan minggu depan. Ada pembicaraan yang berlangsung selama dua minggu atau lebih. Itu akan menyakitkan bagi Qatar tetapi bisa dilakukan,” kata salah satu sumber yang mengetahui pembicaraan tersebut melansir Guardian pada Rabu (26/1/2022).

Sumber Inggris, yang terlibat dalam pembicaraan terpisah dengan Qatar, percaya Doha dapat membantu menyelamatkan Eropa meskipun Jerman, yang bergantung pada gas alam Rusia, tidak memiliki terminal impor gas cair.

Sebagian besar gas Qatar dijual di pasar Asia dengan kontrak jangka panjang. Tetapi sumber Guardian mengatakan ada beberapa fleksibilitas, meskipun jumlahnya tidak cukup untuk menggantikan penghentian penuh Rusia.

Emir akan bertemu Biden pada Senin (31/1/2022) di Washington. Diskusi akan fokus pada bagaimana Qatar dapat membantu Eropa agar tidak jatuh ke dalam kegelapan dan kedinginan, jika konflik mengenai Ukraina pecah.

Hubungan antara kedua negara dalam kondisi terbaik sepanjang masa, karena bantuan Qatar dalam pengangkutan udara Afghanistan-AS.

Janji bantuan lebih lanjut dari Doha dalam hal pasokan gas, mungkin menjadi masalah ketika Vladimir Putin memutuskan apakah invasi akan bermanfaat.

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, memuji Qatar dalam beberapa bulan terakhir. Satu-satunya ketegangan politik adalah karena tekanan yang diberikan Qatar kepada AS untuk berbuat lebih banyak untuk mengeluarkan dana kemanusiaan guna membantu kelaparan di Afghanistan.

Qatar adalah pemasok global gas alam cair (LNG) terbesar bersama Australia. Dua pertiga dari penjualannya di pasar Asia berada di bawah kesepakatan jangka panjang, kadang-kadang 20 tahun. Australia, sekutu dekat AS, telah berjanji untuk membantu.

Di sisi lain, Jerman bergantung pada gas Rusia untuk kebutuhan energinya. Setengah impor gasnya berasal dari Rusia, dibanding negara-negara UE yang rata-rata mengimpor sekitar 40 persen, menurut badan statistik UE, Eurostat.

Nikos Tsafos, spesialis energi di Pusat Kajian Strategis dan Internasional, mengatakan Eropa akan tetap mengimpor LNG dalam jumlah besar pada Januari. Tetapi proporsi yang dikirim ke Eropa dari Qatar tetap di bawah 1 juta ton per bulan. Sebaliknya Asia membeli 5 juta ton dari Qatar.

Pada 2010 Qatar secara luas mengekspor gas dalam jumlah yang sama ke Eropa dan Asia.

Kondisi itu berubah karena penolakan Qatar terhadap investigasi anti-trust Komisi Eropa yang diluncurkan pada 2018. Penyelidikan itu, menyorot soal cara Qatar menjual kontrak jangka panjang ke pasar Eropa. Qatar sedang mencari tanda-tanda penyelidikan ini akan berakhir.

Putin selalu bersikeras bahwa dia tidak akan pernah menggunakan gas sebagai senjata geopolitik. Tapi, tidak ada jaminan Rusia akan mencoba menjerumuskan Jerman ke dalam kegelapan, jika sanksi berat dari Barat diberlakukan.

Sebuah laporan dari Center for American progress – sebuah thinktank yang dekat dengan pemerintahan Biden, memperingatkan minggu ini: “Dalam pertarungan memperebutkan Ukraina, Rusia tanpa ragu akan bersiap untuk memotong pasokan gas ke Eropa di musim dingin.”

Selain itu, menurut laporan tersebut, pertempuran di Ukraina dapat mempengaruhi aliran gas ke Eropa jika jaringan pipa rusak atau pasokan terputus. Oleh karena itu Eropa harus mengambil langkah segera untuk mempersiapkan kekurangan gas musim dingin ini.”

Jerman menerima LNG melalui tiga terminal di Belgia, Belanda atau Polandia. Terminal lain yang mungkin adalah Rodvigo di Italia.

Rencana untuk membangun terminal LNG Jerman di Brunsbüttel belum membuahkan hasil, meskipun ada tekanan dari pemerintahan AS sebelumnya.

Eksekutif energi Jerman tetap optimis bahwa ketergantungan erat antara Rusia dan Jerman akan mencegah gangguan pasokan minyak, atau konfrontasi yang lebih luas.

Markus Krebber, kepala eksekutif RWE, pemasok listrik terbesar Jerman, mengatakan kepada pers Jerman bahwa blokade penuh Rusia akan membuat Jerman hanya mampu bertahan selama beberapa minggu.

Jika Putin benar-benar memotong pasokan, Rusia akan kehilangan cadangan devisa. Ini juga akan membuat masa depan jalur pipa Nord Stream 2 yang kontroversial diragukan, karena para pembelanya tidak akan lagi dapat berargumen bahwa Rusia mengesampingkan proyek tersebut dari pertimbangan geopolitik.

Krebber juga mendesak rencana jangka panjang untuk membuat pasokan gas Jerman lebih aman sehingga “supplier gas harus mengamankan kewajiban pengiriman mereka sampai batas tertentu melalui kontrak pembelian atau penyimpanan jangka panjang”.

https://www.kompas.com/global/read/2022/01/27/094500670/khawatir-konflik-rusia-ukraina-memuncak-as-cari-bantuan-ke-qatar-amankan

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke