Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sejarah Jas Hujan, Awalnya Ternyata Berbahan Jerami

KOMPAS.com - Di musim hujan, Anda sering memakai jas hujan, tapi Anda mungkin tak tahu bahwa jas hujan pertama di dunia tak dibuat dengan bahan seperti saat ini.

Salah satu jas hujan paling awal dirancang di China Kuno, seperti terdokumentasikan dalam sejarah China melalui puisi yang ditulis sekitar tahun 1000 masehi.

Bentuk awal jas hujan adalah jubah yang terbuat dari jerami atau rumput.

Dilansir berbagai sumber, para petani China zaman dulu mengenakan jubah ini agar tetap bisa bekerja di ladang atau sawah saat musim hujan.

Meski bisa melindungi dari basah, jubah ini sangat berat dan kaku.

Untuk mengatasi itu, masyarakat kemudian menggunakan metode lain untuk jas hujan.

Metode yang digunakan kemudian adalah mengolesi minyak pada kain sutra ringan agar air tidak terserap pada kain.

Ada pula warga yang mengembangkan anyaman rumput atau daun yang masih segar. Cara ini membuat mantel hujan lebih ringan.

Seperti sempat diulas Kompas.com (2019), sekitar tahun 1200 masehi, orang Amazon juga tercatat menggunakan ekstrak seperti lateks dari pohon karet untuk membuat anti air primitif.

Ekstrak tersebut kemudian dioleskan pada alas kaki dan pakaian mereka sehingga menciptakan efek seperti jas hujan modern.

Saat orang Eropa menemukan Amerika Selatan sekitar tahun 1700-an, mereka mengikuti cara warga pribumi.

Sayangnya, karet menjadi lengket ketika cuaca panas dan kaku pada udara dingin.

Terobosan dalam pembuatan jas hujan diciptakan Charles Macintosh, ahli kimia Skotlandia pada tahun 1823.

Dia membuat metode baru dengan karet untuk membuat pakaian tahan air.

Karet yang digunakan untuk melapisi pakaian ala Macintosh terlebih dahulu dilarutkan dalam nafta, zat yang berasal dari "memasak" batubara.

Dengan metode itu, dia berhasil membuat karet yang lentur dan mudah digerakkan.

Sayangnya, cara yang dipakai oleh Mackintosh masih memiliki beberapa sifat karet alami. Selain itu, baunya sangat buruk dan pembuatannya cukup berbahaya.

Untuk menghindari kedua masalah di atas, Thomas Hancock kemudian menciptakan proses baru, yaitu vulkanisasi.

Caranya, karet alami dipanasakan dan dicampur dengan belerang dalam kondisi terkontrol.

Sekitar abad ke-20, terjadi ledakan penggunaan bahan-bahan sintetis seperti plastik dan nilon. Setelah Perang Dunia II, jas hujan plastik dan nilon menjadi tenar.

Bahan ini dengan cepat disukai banyak orang karena mudah didesain, harga terjangkau, lebih mudah dibuat, dan benar-benar anti-air.

https://www.kompas.com/global/read/2021/12/07/173000370/sejarah-jas-hujan-awalnya-ternyata-berbahan-jerami

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke