Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Uni Eropa Terpecah soal Klasifikasi Nuklir sebagai Energi Ramah Lingkungan

BERLIN, KOMPAS.com - Jerman, Luksemburg, Portugal, Denmark dan Austria menentang klasifikasi energi nuklir sebagai sumber daya ramah iklim pada Kamis (11/11/2021).

Pernyataan tersebut disampaikan di sela-sela KTT COP26, saat Komisi Eropa tengah membahas potensi energi apa saja yang masuk dalam kegiatan ekonomi yang berkelanjutan secara lingkungan.

Beberapa negara Uni Eropa lainnya yang dipimpin oleh Perancis, berusaha memasukkan energi nuklir modern ke dalam daftar energi ramah lingkungan. Perancis telah menyuarakan rencana menggunakan energi nuklir untuk menutup pabrik bahan bakar fosil yang merupakan penyumbang emisi gas rumah kaca.

Bantahan dari negara lain

"Dekade ini akan sangat penting untuk bersama-sama menuju netralitas iklim dan sistem ekonomi yang menghormati batas planet kita," kata Jerman, Luksemburg, Portugal, Denmark, dan Austria dalam sebuah pernyataan.

Oleh karena itu, sangat penting untuk memiliki kesepakatan klasifikasi yang mempertimbangkan keberlanjutan bentuk energi sepanjang siklus hidupnya, tambah koalisi lima negara itu, mengacu pada limbah radioaktif yang dihasilkan oleh penggunaan tenaga nuklir.

Mereka juga memperingatkan bahwa klasifikasi tersebut dapat berisiko mengalihkan dana Uni Eropa dari energi terbarukan seperti tenaga angin dan surya.

"Energi nuklir tidak bisa menjadi solusi dalam krisis iklim," kata Menteri Lingkungan Jerman Svenja Schulze.

"Itu terlalu berisiko, terlalu lambat, dan terlalu mahal untuk dekade ini dalam perang melawan perubahan iklim," tambahnya.

Menteri Lingkungan Austria Leonore Gewessler juga mendukung sikap Jerman dengan mengatakan, "Hanya karena sesuatu tidak begitu buruk tidak berarti itu baik."

Bagaimana dengan negara pendukung energi nuklir?

Perancis, Polandia, Hongaria, dan Republik Ceko meminta Komisi Eropa untuk mengklasifikasikan pembangkit listrik tenaga nuklir dan fasilitas penyimpanan limbah nuklir sebagai energi ramah lingkungan.

Mereka juga menginginkan kesepakatan klasifikasi untuk memasukkan pembangkit listrik berbahan bakar gas alam.

Sebelumnya, pada Selasa (9/11/2021), Perancis mengumumkan akan mulai membangun reaktor nuklir baru pertamanya dalam beberapa dekade untuk memenuhi janjinya mengurangi emisi karbon.

"Jika kita ingin membayar energi kita dengan harga yang wajar dan tidak bergantung pada negara asing, kita harus terus menghemat energi dan berinvestasi dalam produksi energi bebas karbon di tanah kita," kata Presiden Perancis Emmanuel Macron.

Klasifikasi nuklir sebagai energi berkelanjutan

Komisi Eropa tengah menyusun sistem klasifikasi berupa daftar kegiatan ekonomi yang berkelanjutan secara lingkungan.

Komisi mengatakan daftar itu harus menciptakan keamanan bagi investor, melindungi investor swasta dari pencucian hijau, membantu perusahaan menjadi lebih ramah iklim, mengurangi fragmentasi pasar, dan membantu mengalihkan investasi di tempat yang paling dibutuhkan.

Jika Brussels mengklasifikasikan tenaga nuklir sebagai "energi berkelanjutan" dalam teks hukum, poin itu akan dihitung sebagai rekomendasi langsung ke pasar keuangan untuk berinvestasi di pembangkit nuklir.

Pada April 2020, Badan Ilmiah Komisi Eropa dan Pusat Penelitian Gabungan merilis laporan yang menemukan bahwa tenaga nuklir adalah sumber energi rendah karbon yang aman yang sebanding dengan angin dan tenaga air dalam hal kontribusinya terhadap perubahan iklim.

Namun, banyak pencinta lingkungan menentang tenaga nuklir dengan alasan risiko kehancuran nuklir dan kesulitan membuang limbah nuklir dengan benar.

https://www.kompas.com/global/read/2021/11/14/131500870/uni-eropa-terpecah-soal-klasifikasi-nuklir-sebagai-energi-ramah

Terkini Lainnya

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke