Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Swiss Dukung LGBT Menikah dan Punya Anak, Ini Sikap LGBT Indonesia di Sana

Ini semua bisa terlaksana setelah rakyat Swiss melaksanakan referendum per Minggu (26/9/2021). Sebanyak 64 persen menyatakan setuju, dan sisanya 36 persen menolak. Jumlah 64 persen setuju ini, untuk ukuran Swiss bermakna menang mutlak.

Kalangan LGBT Indonesia yang menetap di Swiss menyambut gembira hasil referendum ini. Denny, gay yang menetap di Zurich, menyatakan bahwa dengan kemenangan ini, hak LGBT akan makin jelas.

"Secara umum urusan birokrasi mungkin jauh lebih terjamin ke depannya. Hak sebagai LGBT bisa setara seperti heteroseksual,“ kata Denny.

Made, gay asal Bali, segendang seirama. "Setelah kemenangan ini, LGBT berhak mengadopsi anak. Sementara lesbian di perbolehkan untuk mendapatkan sperma (dari bank sperma) untuk kehamilannya,“ kata Made.

Urusan adopsi anak, Made mengaku belum memikirkannya. Namun ada kecenderungan, dia tidak akan mengambil kesempatan itu.

"Membesarkan anak itu membutuhkan hal yg sangat besar, baik waktu dan hal lainnya. Kemungkinan besar kami tidak akan adopsi anak,“ kata Made.

Denny pun demikian. Tamatan akademi perhotelan Swiss ini, tidak akan mengadopsi anak dalam kehidupan bersama pasangannya.

"Saya menghormati jika ada teman-teman LGBT yang mau mengadopsi anak, asal mereka mampu menjadi orangtua yang baik dan punya komitmen. Silakan aja. Tapi tidak semua LGBT mau mengadopsi anak, saya contohnya,“ imbuh Denny.

Penelusuran Kompas.com mencatat, sedikitnya ada 250 LGBT asal Indonesia di Swiss. Sebagian besar didominasi kalangan gay. Namun ada juga dari kalangan lesbian, bahkan transgender. Biseksual asal Indonesia, keberadaannya di Swiss belum terdeteksi.

Umumnya mereka belum begitu terbuka dalam menjalankan kehidupannya di Swiss. Namun masyarakat Indonesia di Swiss mengetahui jati diri orang Indonesia yang menjadi gay, lesbian, atau transgender.

"Kalau gay relatif terbuka. Sementara yang lesbian lebih tertutup,“ kata Made. Alasan menjaga perasaan keluarga, kata Denny, membuat mereka menutup kebaradaan jati dirinya. "Bisa juga malu, belum siap,“ tambah Denny.

Kehidupan LGBT Indonesia di Swiss cukup mapan dan aman. Meskipun secara sporadis ada kasus kekerasan terhadap LGBT di Swiss, hingga kini belum pernah terjadi di kalangan LGBT asal Indonesia di Swiss.

Mereka berprofesi sebagaimana masyarakat umumnya. Ada yang menjadi perawat, mengurus rumah tangga, pekerja hotel, hingga perancang busana.

Penerimaan kaum LGBT secara resmi dalam perundangan Swiss, khususnya pengakuan hak menikah, menempati urutan ke-19 di Eropa.

Negara Eropa yang pertama kali mengakuinya adalah Belanda (2001), diikuti Belgia, Spanyol, Norwegia hingga Austria. Italia, Kroasia, atau Yunani hingga Siprus belum mengakuinya.

https://www.kompas.com/global/read/2021/09/27/064549570/swiss-dukung-lgbt-menikah-dan-punya-anak-ini-sikap-lgbt-indonesia-di-sana

Terkini Lainnya

Israel Batal Sita Kamera Associated Press Setelah Panen Kecaman

Israel Batal Sita Kamera Associated Press Setelah Panen Kecaman

Global
Hari Ini, Irlandia dan Norwegia Akan Mengakui Negara Palestina Secara Resmi

Hari Ini, Irlandia dan Norwegia Akan Mengakui Negara Palestina Secara Resmi

Global
Pecah Rekor Lagi, Pendaki Nepal Kami Rita Sherpa Capai Puncak Everest 30 Kali

Pecah Rekor Lagi, Pendaki Nepal Kami Rita Sherpa Capai Puncak Everest 30 Kali

Global
Presiden Iran Meninggal, Puluhan Ribu Orang Hadiri Pemakaman Ebrahim Raisi

Presiden Iran Meninggal, Puluhan Ribu Orang Hadiri Pemakaman Ebrahim Raisi

Global
Rangkuman Hari Ke-818 Serangan Rusia ke Ukraina: 3.000 Napi Ukraina Ingin Gabung Militer | 14.000 Orang Mengungsi dari Kharkiv 

Rangkuman Hari Ke-818 Serangan Rusia ke Ukraina: 3.000 Napi Ukraina Ingin Gabung Militer | 14.000 Orang Mengungsi dari Kharkiv 

Global
Belum Cukup Umur, Remaja 17 Tahun di India Pilih Partai PM Modi 8 Kali di Pemilu

Belum Cukup Umur, Remaja 17 Tahun di India Pilih Partai PM Modi 8 Kali di Pemilu

Global
Menlu AS Tuding ICC Hambat Gencatan Senjata Perang Israel-Hamas

Menlu AS Tuding ICC Hambat Gencatan Senjata Perang Israel-Hamas

Global
Menteri Keamanan To Lam Resmi Terpilih Jadi Presiden Vietnam

Menteri Keamanan To Lam Resmi Terpilih Jadi Presiden Vietnam

Global
Anggota Kabinet Perang Israel Ron Dermer Sebut Tak Ada Kelaparan di Gaza, Kok Bisa? 

Anggota Kabinet Perang Israel Ron Dermer Sebut Tak Ada Kelaparan di Gaza, Kok Bisa? 

Global
Amelia Earhart, Perempuan Pertama yang Melintasi Atlantik

Amelia Earhart, Perempuan Pertama yang Melintasi Atlantik

Internasional
6 Fakta soal Helikopter Presiden Iran, Termasuk Buatan AS dan Sudah Usang

6 Fakta soal Helikopter Presiden Iran, Termasuk Buatan AS dan Sudah Usang

Global
Rusia Umumkan Mulai Latihan Peluncuran Senjata Nuklir Taktis

Rusia Umumkan Mulai Latihan Peluncuran Senjata Nuklir Taktis

Global
Penumpang yang Tewas dalam Singapore Airlines Berencana Berlibur ke Indonesia

Penumpang yang Tewas dalam Singapore Airlines Berencana Berlibur ke Indonesia

Global
[POPULER GLOBAL] Singapore Airlines Turbulensi Parah | Hasil Penyelidikan Awal Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

[POPULER GLOBAL] Singapore Airlines Turbulensi Parah | Hasil Penyelidikan Awal Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Global
Presiden Iran Meninggal, Turkiye Adakan Hari Berkabung

Presiden Iran Meninggal, Turkiye Adakan Hari Berkabung

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke