Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Dua Mumi Anak Singa Gua Zaman Es Ditemukan dalam Kondisi Sangat Baik, Masih Berbulu

MOSKWA, KOMPAS.com - Mumi dua anak singa gua ditemukan di Rusia, dan diyakini merupakan spesimen mumi singa gua dalam kondisi terbaik yang pernah ditemukan di dunia.

Boris, mumi jantan, ditemukan pada 2017 ketika Boris Berezhnev, seorang penduduk lokal dan kolektor gading mamut berlisensi, sedang mencari gading mamut di sepanjang Sungai Semyuelyakh di Siberia.

Temuan mumi anak singa gua itu diperkirakan berusia sekitar 43.448 tahun.

Setahun kemudian pada 2018, seekor anak betina ditemukan sekitar 15 meter jauhnya. Para peneliti menamainya Sparta, dan dia berusia sekitar 27.962 tahun.

Kedua mumi anak singa gua itu ditemukan sedalam 10 sampai 12 meter dan seukuran kucing rumah dewasa. “Anak-anak” itu diyakini baru berusia satu atau dua bulan ketika mereka dimumikan.

Para peneliti mengidentifikasi kedua anak mumi itu sebagai singa gua dalam sebuah makalah penelitian yang diterbitkan 4 Agustus.

Singa gua hidup di seluruh Eropa dan Asia sampai kepunahan mereka sekitar 10.000 tahun yang lalu. Kedua spesimen ini sangat penting karena kondisinya yang terpelihara dengan baik.

"Menemukan spesimen beku utuh seperti ini adalah penting," kata profesor Love Dalen, anggota tim peneliti Pusat Palaeogenetika Universitas Stockholm, kepada CBS News.

"Ini memungkinkan kita menemukan hal-hal baru tentang spesies yang punah, seperti warna bulunya ... hewan beku ini sering memiliki pelestarian DNA yang sangat baik, memungkinkan kita menyelidiki genom hewan yang punah.”

Menurut Dalen, anak singa bernama Sparta sangat unik karena kemungkinan merupakan spesimen Zaman Es terbaik yang pernah ditemukan.

Karena mereka dibekukan dalam es, warna bulu mereka yang terlihat pada foto yang diambil setelah penemuan mereka mungkin sama dengan saat mereka masih hidup.

Singa gua mirip dengan singa Afrika modern, tetapi mereka "kemungkinan menyimpang dari singa modern sekitar 1,85 juta tahun yang lalu," kata Dalen.

"Mereka (singa gua zaman es) 20 persen lebih besar dari singa modern, dan jantan mungkin tidak memiliki surai. Singa gua kemungkinan beradaptasi dengan lingkungan yang dingin, dan merupakan predator teratas di ekosistem stepa hewan raksasa (zaman es)."

"Lukisan gua hanya menunjukkan singa tanpa surai. Jadi satu hipotesis berdasarkan seni gua adalah bahwa laki-laki tidak memiliki surai, sesuatu yang mungkin bisa kita uji menggunakan metode genetik di masa depan," terang Dalen melansir CBS News pada Minggu (8/8/2021).

Para peneliti mengatakan "sangat sulit" untuk menentukan apa yang membuat dua anak singa ini mati, sementara jelas bahwa mereka tidak dibunuh oleh pemangsa.

Juga tidak ada bukti bahwa burung pemakan bangkai memiliki akses ke jasad anak singa gua itu setelah mereka mati, karena tidak ada bekas gigitan di mumi itu.

Hal itu menunjukkan bahwa mereka mungkin telah terkubur di bawah es segera setelah kematian mereka.

Salah satu kemungkinan yang dilontarkan peneliti adalah tanah longsor mengubur sarang mereka. Kedua anak singa itu mengalami kerusakan tengkorak dan dislokasi tulang rusuk, yang mendukung teori ini.

Dua anak singa lainnya sebelumnya telah ditemukan di lembah sungai yang sama, membuat para peneliti percaya bahwa daerah itu adalah tempat berkembang biak favorit bagi singa gua.

https://www.kompas.com/global/read/2021/08/09/104559470/dua-mumi-anak-singa-gua-zaman-es-ditemukan-dalam-kondisi-sangat-baik

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke