Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

AS Desak Perusahaan Segera Putus Bisnis dengan Xinjiang atau Kena Masalah Hukum

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Amerika Serikat (AS) memperingatkan peningkatan risiko bagi perusahaan yang melakukan bisnis di Xinjiang, dan mengatakan mereka dapat dikenakan tuntutan berdasarkan hukum AS.

Washington menuduh China melakukan “genosida” dan “kejahatan terhadap kemanusiaan” terhadap Uighur dan etnis minoritas Muslim lainnya di wilayah tersebut.

Dalam laporan anjuran bisnis terbaru yang dikeluarkan pada Selasa (13/7/2021), AS mengatakan ada "bukti yang berkembang" terkait kerja paksa, serta pelanggaran hak asasi manusia (HAM) lainnya dan laporan pengawasan yang "mengkhawatirkan".

“Mengingat tingkat keparahan dan tingkat pelanggaran ini, bisnis dan individu yang tidak keluar dari rantai pasokan, usaha, dan/atau investasi yang terkait dengan Xinjiang dapat berisiko tinggi melanggar hukum AS,” kata Kementerian Luar Negeri AS dalam pernyataan bersama dengan Kementerian Keuangan, Kementerian Perdagangan, Kementerian Keamanan Dalam Negeri.

Untuk pertama kalinya, Kementerian Tenaga Kerja dan Kantor Perwakilan Dagang AS juga menandatangani anjuran peraturan tersebut.

PBB memperkirakan setidaknya satu juta orang telah ditahan dalam beberapa tahun terakhir di jaringan kamp pendidikan ulang di wilayah barat China.

Menurut Beijing, lokasi itu adalah pusat pelatihan keterampilan kejuruan yang diperlukan untuk memerangi "ekstremisme".

Melansir Al Jazeera pada Rabu (14/7/2021), para peneliti telah mendokumentasikan pelanggaran lain termasuk sterilisasi paksa, pembongkaran masjid, pembersihan pemakaman Muslim dan pemisahan keluarga.

Amnesty International bulan lalu menuduh China menciptakan "neraka distopia" di Xinjiang.

Dalam anjuran peraturan baru yang dikeluarkan Washington, disebutkan bahwa mereka yang ingin melakukan bisnis di Xinjiang harus waspada terhadap potensi risiko sehubungan dengan pengembangan alat pengawasan terhadap sumber barang dan tenaga kerja dari Xinjiang yang menyediakan produk bagi AS.

Pengawasan itu termasuk pada perangkat lunak atau produk yang membantu dalam pembangunan atau pengoperasian pusat-pusat kamp atau pabrik-pabrik di dekat Xinjiang atau di tempat lain sepanjang rantai pasokan China.

“AS akan terus mempromosikan pertanggungjawaban atas kekejaman China dan pelanggaran lainnya melalui upaya seluruh pemerintah, dan dalam koordinasi yang erat dengan sektor swasta dan sekutu serta mitra kami,” kata Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken.

Pemberitahuan itu mencatat kurangnya transparansi, dan mendesak perusahaan untuk melakukan peningkatan uji kelayakan.

Peringatan itu menyatakan ada risiko penuntutan bagi mereka yang ditemukan, bahkan secara tidak langsung, mendukung sistem pengawasan pemerintah China di wilayah tersebut, atau memberikan dukungan keuangan kepada bisnis terkait dengan pelanggaran HAM.

Setiap perusahaan yang memiliki investasi dan operasi bisnis yang dapat terpengaruh harus mempertimbangkan "divestasi yang bertanggung jawab", tambahnya.

AS telah memasukkan daftar hitam beberapa perusahaan China atas operasi mereka di Xinjiang, serta menjatuhkan sanksi pada pejabat kunci atas dugaan pelanggaran hak.

Setidaknya 10 perusahaan China diperkirakan akan ditambahkan ke daftar hitam minggu ini.

https://www.kompas.com/global/read/2021/07/14/193702370/as-desak-perusahaan-segera-putus-bisnis-dengan-xinjiang-atau-kena-masalah

Terkini Lainnya

Israel Bersumpah Lanjutkan Serangan di Rafah, sebab Gencatan Senjata Tak Pasti

Israel Bersumpah Lanjutkan Serangan di Rafah, sebab Gencatan Senjata Tak Pasti

Global
Taiwan Kembangkan Sistem Satelit Serupa Starlink Milik Elon Musk

Taiwan Kembangkan Sistem Satelit Serupa Starlink Milik Elon Musk

Internasional
[POPULER GLOBAL] Warga Gaza Diperintahkan Mengungsi | Kucing Terjebak Masuk Kardus Paket

[POPULER GLOBAL] Warga Gaza Diperintahkan Mengungsi | Kucing Terjebak Masuk Kardus Paket

Global
Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza, Jeda Perang 7 Bulan

Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza, Jeda Perang 7 Bulan

Global
Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Global
Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Global
Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Global
Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke