Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Presiden Kuba: Protes Bagian dari Rencana AS untuk “Memecah” Partai Komunis

Pejabat Kuba menyalahkan Amerika Serikat (AS) atas demonstrasi yang pecah pada Minggu (11/7/2021).

Sementara Presiden AS Joe Biden meminta para pemimpin pulau itu mendengar “seruan keras untuk kebebasan” dari warganya.

“Rakyat Kuba dengan berani menegaskan hak-hak fundamental dan universal,” kata Biden dalam sebuah pernyataan.

Disponsori AS?

Díaz-Canel, yang baru-baru ini menggantikan Raul Castro sebagai tokoh utama partai Komunis Kuba, melihat protes itu sebagai bagian dari plot media sosial yang didukung AS, untuk membangkitkan ketidakpuasan publik dan menggulingkan rezim Kuba.

"Pendekatannya tidak damai kemarin," klaim politisi berusia 61 tahun itu, mengkritik perilaku yang "benar-benar tercela" dari beberapa demonstran yang dia tuduh melemparkan batu ke polisi dan menghancurkan mobil.

Díaz-Canel mengakui pengunjuk rasa lain memiliki kekhawatiran yang sah atas kekurangan makanan dan pemadaman. Tapi dia menyalahkan masalah itu pada sanksi AS.

“Adalah sah untuk merasa tidak puas,” kata sekretaris pertama partai Komunis Kuba yang berkuasa itu melansir Guardian pada Senin (12/7/2021).

Rogelio Polanco Fuentes, seorang pejabat tinggi partai yang menjalankan departemen ideologi, mengecam protes sebagai bagian dari upaya yang disponsori AS.

Menurutnya itu dilakukan untuk menciptakan “ketidakstabilan dan kekacauan” di Kuba. Sementara negara itu tengah mengalami kemerosotan ekonomi terburuk dalam beberapa dekade, dan diperburuk oleh krisis Covid-19.

Polanco Fuentes membandingkan protes Minggu (11/7/2021) dengan pemberontakan yang didukung AS namun gagal, terhadap pemimpin otoriter Venezuela, Nicolas Maduro, pada 2019.

“Kita hidup dalam babak baru perang non-konvensional … di tempat lain mereka menyebut ini Revolusi Warna … atau kudeta lunak,” kata Polanco.

#SOSCuba

Para demonstran Kuba menolak klaim-klaim tentang protes yang terjadi di Kuba pada Minggu (11/7/2021). Menurut mereka, ribuan orang turun ke jalan untuk mengecam kurangnya obat-obatan dan makanan, serta kurangnya kebebasan politik.

Pada Minggu sore, demonstrasi mencapai salah satu lokasi paling ikonik di Kuba: Malecon di tepi laut di ibu kota Havana. Di sana ribuan pengunjuk rasa terlihat meneriakkan "tanah air dan kehidupan" dan "kebebasan".

Kawasan pejalan kaki Malecon juga menjadi tempat demonstrasi signifikan terakhir di Kuba. Saat itu, ledakan perbedaan pendapat yang tiba-tiba dan berumur pendek terjadi pada 1994 yang dikenal sebagai "Pemberontakan Maleconazo".

“Apa yang terjadi benar-benar bersejarah bagi kami… Saya pikir ini adalah titik balik. Segalanya tidak akan pernah sama lagi setelah ini,” kata Carolina Barrero, seorang aktivis berusia 34 tahun yang berdemonstrasi di Havana.

“Kita berbicara tentang ribuan orang, di seluruh pulau. Di setiap kota kecil ada protes, (itu) benar-benar spontan.”

“Mereka berteriak: 'Kami tidak takut lagi!' 'Kami menginginkan kebebasan!' dan 'Abajo la dictadura!' (Turunkan kediktatoran!)'” tambah Barrero, seorang sejarawan seni yang mengatakan baru saja ditempatkan di bawah tahanan rumah, setelah ditahan membaca puisi di luar kementerian kebudayaan Kuba.

Paul Hare, mantan duta besar Inggris di Havana, mengatakan para pemimpin Kuba akan prihatin dengan letusan perbedaan pendapat yang sangat tidak biasa, dan khususnya bagaimana hal itu diatur dengan bantuan media sosial.

Berita protes menyebar dengan cepat pada Minggu, ketika selebriti dan influencer berbagi berita tentang pawai menggunakan tagar #SOSCuba.

“Apa yang selalu ditakuti oleh pemerintah Kuba adalah gerakan terkoordinasi, yang bertentangan dengan protes sporadis … Mereka melihatnya sebagai kemungkinan awal dari gerakan politik saingan yang terorganisir,” kata Hare.

“Para garis keras akan mengatakan: ‘Hati-hati – ini bisa lepas kendali’ … Mereka akan khawatir (tentang protes). Ini adalah tanda bahwa Partai Komunis Kuba tidak lagi mampu mendikte secara vertikal kebijakan apa yang seharusnya,” tambah Hare.

Represi pemeritah

Aktivis Kuba mengatakan mereka tidak terkesan dengan tanggapan awal Diaz-Canel terhadap tuntutan mereka.

Apalagi Presiden Kuba itu, pada Minggu (11/7/2021) menyerukan agar "revolusioner" turun ke jalan, menghadapi provokasi pengunjuk rasa "dengan ketegasan dan keberanian".

“Yang paling mengkhawatirkan saya adalah bagaimana mereka (pemerintah komunis Kuba) mencoba meletakkan dasar untuk gelombang represi,” kata Claudia Genlui Hidalgo, seorang pembangkang berusia 30 tahun yang melihat beberapa teman ditangkap pada Minggu.

"Ketika dia (Díaz-Canel) mengatakan 'revolusioner ke jalan', dia menghasut kekerasan."

Barrero berharap protes akan mengarah pada transisi damai dari pemerintahan satu partai. Tetapi dia juga terganggu oleh kemungkinan konflik, dan oleh deskripsi Diaz-Canel tentang protes sebagai "tentara bayaran kontra-revolusioner".

Hare memperkirakan sekarang akan ada tindakan keras politik terhadap mereka yang diidentifikasi sebagai pemimpin kelompok protes, ketika kepala keamanan partai Komunis Kuba berjuang untuk mencegah pengulangan demonstrasi.

Para pemimpin dunia bereaksi terhadap kejutan tak terduga di Kuba pada Senin (12/7/2021).

Presiden Meksiko, Andres Manuel Lopez Obrador, mengatakan dia berharap resolusi damai dapat dicapai "tanpa menggunakan kekuatan, tanpa konfrontasi dan tanpa kekerasan".

“Kuba harus memutuskan (solusi) karena Kuba adalah negara yang bebas, mandiri dan berdaulat – tidak boleh ada intervensi,” tambah Lopez Obrador.

Seorang juru bicara kementerian luar negeri Rusia juga memperingatkan terhadap "campur tangan luar", yang berusaha untuk "mendorong destabilisasi" pulau yang dikelola komunis itu.

https://www.kompas.com/global/read/2021/07/13/162107070/presiden-kuba-protes-bagian-dari-rencana-as-untuk-memecah-partai-komunis

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke