Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sah, Rusia Larang Kelompok-kelompok Alexei Navalny dan Dicap sebagai Ekstremis

MOSKWA, KOMPAS.com – Pengadilan Rusia menyatakan, kelompok-kelompok yang terkait dengan tokoh oposisi Alexei Navalny sebagai ekstremis lalu melarangnya.

Langkah tersebut bakal melarang sekutu Navalny dari pemilu dan selanjutnya akan memperkeruh hubungan AS-Rusia.

Padahal, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Joe Biden akan mengadakan pembicaraan di Jenewa pekan depan.

Melansir Reuters, nasib Navalny dan tindakan keras terhadap gerakannya bakal akan menjadi agenda dalam pertemuan tersebut.

Washington telah berulang kali meminta Moskwa membebaskan Navalny. Sementara Kremlin mengatakan, masalah ini murni urusan domestik dan bukan urusan Biden.

Rusia juga menggambarkan Navalny sebagai pembuat masalah yang didukung AS, sesuatu yang disangkal Navalny.

Putusan Rabu tersebut merupakan babak terakhir dalam tindakan keras terhadap lawan domestik paling sengit Putin.

Putusan tersebut menghantam jaringan politik yang dibangun Navalny selama bertahun-tahun untuk mencoba menantang cengkeraman Putin di tanah Rusia.

Putin telah berkuasa sebagai presiden atau perdana menteri sejak 1999. Sementara Navalny hingga saat ini masih dipenjara sejak Januari.

Navalny juga telah mengajukan tantangan kepada Putin melalui aksi protes jalanan dan investigasi korupsi yang dia harap akan membawa perubahan kepemimpinan.

Kasus hukum terhadap jaringan Navalny diajukan oleh kantor kejaksaan tinggi Moskwa.

Kantor tersebut menuduh Navalny dan sekutunya mencoba mengobarkan revolusi dengan berusaha mengacaukan situasi sosial-politik di Rusia dengan aktivitas mereka.

Seorang juru bicara kantor kejaksaan tinggi Moskwa mengatakan kepada wartawan pada Rabu bahwa dia senang dengan putusan tersebut.

Setelah sidang selama 12,5 jam di balik pintu tertutup, pengacara Navalny mengatakan bahwa mereka akan mengajukan banding.

Pengacara tersebut menambahkan, bukti yang diajukan oleh jaksa tidak memuaskan.

Serangan hukum itu mencerminkan apa yang dilakukan pemerintah Rusia di masa lalu terhadap kelompok sayap kanan, sejumlah organisasi Islam, dan Saksi Yehuwa.

Kelompok-kelompok tersebut juga dinyatakan sebagai kelompok ekstremis oleh pengadilan dan dilarang.

Navalny dan sekutunya membantah tuduhan jaksa.

Mereka menyebut tuduhan itu sebagai upaya untuk menghancurkan oposisi politik terhadap partai Rusia Bersatu yang berkuasa menjelang pemilu parlemen pada September.

Dalam sebuah pesan yang diunggah di akun Instagram Navalny, dia disebut-sebut mendesak para pendukungnya untuk tidak berkecil hati.

"Kita tidak akan kemana-mana," bunyi pesan itu.

"Kita akan mencerna ini, memilah-milah, mengubah, dan berkembang. Kita akan beradaptasi. Kita tidak akan mundur dari tujuan dan ide kita. Ini adalah negara kita dan kita tidak memiliki yang lain,” sambung pesan tersebut.

Putusan tersebut secara resmi mengakhiri aktivitas jaringan kelompok yang dibentuk oleh Navalny.

Secara khusus, putusan tersebut menargetkan Yayasan Anti-Korupsi Navalny yang telah menghasilkan investigasi tingkat tinggi terhadap dugaan korupsi pejabat-pejabat Rusia.

Selain itu, putusan juga menargetkan markas besar kampanye regional Navalny yang telah dimobilisasi di masa lalu untuk mengorganisir protes anti-Kremlin.

Pihak berwenang sekarang memiliki kekuatan formal untuk memenjarakan para aktivis dan membekukan rekening bank mereka jika mereka melanjutkan kegiatan mereka.

Kasus itu telah mendorong sekutu Navalny untuk menangguhkan kelompok itu bahkan sebelum putusan itu dikeluarkan.

Menjelang putusan, Putin pekan lalu menandatangani undang-undang yang melarang anggota organisasi ekstremis mencalonkan diri.

Dikombinasikan dengan putusan pengadilan, undang-undang baru itu mengakhiri harapan beberapa sekutu Navalny untuk mencalonkan diri sebagai anggota parlemen.

https://www.kompas.com/global/read/2021/06/10/063939570/sah-rusia-larang-kelompok-kelompok-alexei-navalny-dan-dicap-sebagai

Terkini Lainnya

Kebakaran di Apartemen Hanoi, 14 Orang Tewas

Kebakaran di Apartemen Hanoi, 14 Orang Tewas

Global
Putri Remajanya Marah, Ayah Ini Berlutut Minta Maaf Tak Mampu Belikan iPhone

Putri Remajanya Marah, Ayah Ini Berlutut Minta Maaf Tak Mampu Belikan iPhone

Global
Rangkuman Hari Ke-820 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Izinkan Penyitaan Aset AS | Polandia dan Yunani Serukan UE Ciptakan Perisai Pertahanan Udara

Rangkuman Hari Ke-820 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Izinkan Penyitaan Aset AS | Polandia dan Yunani Serukan UE Ciptakan Perisai Pertahanan Udara

Global
Saat Ratusan Ribu Orang Antar Presiden Iran Ebrahim Raisi ke Tempat Peristirahatan Terakhirnya...

Saat Ratusan Ribu Orang Antar Presiden Iran Ebrahim Raisi ke Tempat Peristirahatan Terakhirnya...

Global
Arab Saudi Setop Keluarkan Izin Umrah untuk Berlaku Sebulan

Arab Saudi Setop Keluarkan Izin Umrah untuk Berlaku Sebulan

Global
Kerusuhan dan Kekerasan Terjadi di Kaledonia Baru, Apa yang Terjadi?

Kerusuhan dan Kekerasan Terjadi di Kaledonia Baru, Apa yang Terjadi?

Global
[POPULER GLOBAL] 20 Penumpang Singapore Airlines di ICU | Israel Kian Dikucilkan

[POPULER GLOBAL] 20 Penumpang Singapore Airlines di ICU | Israel Kian Dikucilkan

Global
 Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Global
Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Global
Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Global
Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Global
Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Global
Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Global
Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Global
Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke