GAZA CITY, KOMPAS.com – Intelijen Israel melaporkan, kelompok milisi di Jalur Gaza telah menembakkan ribuan roket dan proyektil mortir dengan jangkauan yang sangat bervariasi.
Beberapa ahli menyebutkan, roket-roket yang diluncurkan dari Jalur Gaza selama sepekan terakhir sama dengan senjata yang diluncurkan pada 2014.
Seorang ahli roket dari Israel, Uzi Rubin, menuturkan bahwa teknologi-teknologi yang dipakai kelompok milisi dari Jalur Gaza tidak berbeda dengan yang mereka gunakan pada 2014.
“Roket yang sekarang digunakan oleh Palestina tidak berbeda dalam teknologi, tetapi berbeda ukurannya dengan yang digunakan pada 2014,” kata Rubin kepada The New York Times.
Kelompok milisi di Jalur Gaza kebanyakan meluncurkan roket jarak pendek varian Qassam dengan jangkauan sekitar 9 kilometer.
Harga setiap pucuk roket Qassam diperkirakan antara 300 dollar AS (Rp 4,2 juta) hingga 800 dollar AS (Rp 11,4 juta).
Sedangkan roket jarak menengah yang digunakan menggunakan desain dari Iran dan Rusia dengan jangkauan sekitar 40 kilometer.
Roket-roket jarak menengah ini juga diyakini diproduksi secara lokal di Jalur Gaza.
Sementara itu, roket jarak jauh kelompok milisi ini juga diduga diproduksi secara lokal dengan meniru teknologi dari Iran.
Dua varian roket jarak jauh yakni M-75 dan J-80. J-80 dinamai menurut nama komandan Hamas Ahmed al-Jabari yang tewas dalam serangan udara Israel pada 2012.
Juru bicara Hamas Abu Ubaidah mengumumkan pada Kamis (13/5/2021) bahwa kelompok itu telah menggunakan roket baru yang dinamakan Ayyash 250.
Ayyash 250 diyakini memiliki jangkauan lebih dari 240 kilometer dan digunakan untuk menyerang di dekat Tel Aviv, The Washington Post melaporkan.
Fabian Hinz, seorang analis intelijen yang berspesialisasi dalam rudal Timur Tengah, mengatakan kepada The Washington Post bahwa para milisi tampaknya telah mencoba menambahkan sistem pemandu ke roket mereka.
Namun, tidak ada bukti bahwa mereka telah berhasil memasukkan sistem pemandu ke dalam roket-roket mereka.
"Ada beberapa serangan yang mencapai target mereka dengan cukup baik. Bisa jadi itu adalah tembakan keberuntungan,” kata Hinz.
Selain memproduksi secara lokal, Hamas telah memperoleh beberapa roket secara internasional.
Roket-roket yang diperoleh dari luar negeri tersebut termasuk Fajr-3 dan Fajr-5 dari Iran serta M302 dari Suriah.
Hinz menuturkan, para milisi di Jalur Gaza juga berhasil menghasilkan proyektil dengan jangkauan hampir 160 kilometer berkat pengetahuan dari kelompok milisi Hezbollah dari Lebanon.
Kelompok milisi di Jalur Gaza juga biasa menyelundupkan roket jarak menengah dan jarak jauh melintasi perbatasan Mesir.
Tetapi rute itu hampir ditutup sejak Mesir menindak praktik tersebut ketika Presiden Abdel Fatah al-Sissi mengambil alih kekuasaan pada 2013.
Ian Williams, seorang peneliti di Center for Strategic and International Studies, mengatakan serangan roket terbaru telah mengungkapkan pengaruh Iran yang lebih besar pada program senjata Hamas.
Selain itu, yang juga menjadi sorotan adalah perbandingan biaya yang dibutuhkan.
Ketika harga setiap pucuk roket Qassam di bawah 1.000 dollar AS (Rp 14 juta), setiap pucuk misil Iron Dome diperkirakan berharga antara 50.000 dollar AS (Rp 719 juta) hingga 100.000 dollar AS (Rp 1,43 miliar).
Rubin, yang dianggap sebagai salah satu bapak pertahanan rudal Israel, mengatakan bahwa perbedaan biaya tidak cukup signifikan untuk menahan Hamas.
https://www.kompas.com/global/read/2021/05/19/163337370/menilik-roket-roket-yang-ditembakkan-dari-jalur-gaza-ke-israel