Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Virus Corona di India Ubah Jalanan Penuh Tumpukan Kayu Pembakaran Mayat

KOMPAS.com - Korban virus corona di India sudah sangat tinggi, membuat pemesanan kremasi kayu hampir selalu habis setiap hari dan jalanan atau lahan kosong berubah menjadi krematorium sementara, ketika jenazah harus segera di kebumikan.

Suraj Rawat (25 tahun) dari Ghaziabad, salah satu orang yang mengantri di krematorium untuk mengkremasi bibinya yang jadi korban Covid-19.

Namun, ia tak sabar mengantri 16 jam untuk kremasi listrik, ketika dia diberitahu waktu antreannya.

"Ada begitu banyak orang , ada kerumunan seperti itu. Apa yang bisa kami lakukan?" tanyanya sendiri dengan heran, seperti yang dilansir dari The Straits Times pada Minggu (25/4/2021).

Alhasil, ia memilih untuk mengkremasi bibinya menggunakan kayu di tempat terbuka sebagai lahan krematorium sementara yang diperuntukan untuk korban Covid-19. Itu satu-satunya pilihan lain yang ia punya.

Saat kremasi bibinya berlangsung, waktu menunjukkan sudah pukul 09.00 malam waktu setempat, Kamis (22/4/2021). Sekitar 4 jam, setelah mereka tiba di sana.

Keluarga yang memilih untuk mengkremasi menggunakan kayu harus menunggu beberapa jam juga.

Tumpukan kayu yang tengah dipakai harus benar-benar habis terbakar terlebih dahulu, bekasnya harus dibersihkan oleh petugas yang bertanggung jawab menyiapkan pembakaran mayat korban Covid-19 selanjutnya.

Pemesanan untuk kremasi kayu untuk Kamis itu telah habis sekitar jam 06.00 sore waktu setempat, dan keluarga yang mencari diarahkan ke tempat kremasi lain di kota.

"Siapa bilang ada tempat di sini? Datang ke sini dan periksa sendiri," seorang anggota petugas krematorium yang gelisah berdebat di telepon dengan seseorang yang bersikeras memesan kremasi kayu.

Hampir di semua krematorium India terus berkerja tanpa henti karena mayat korban Covid-19 terus berdatangan, hingga tungku listrik di krematorium di Ghaziabad mogok pekan lalu dan harus segera diperbaiki.

Kejadian serupa terjadi juga di bagian lain di India, saat berita kematian karena Covid-19 memenuhi kolom surat kabar dan mayat menumpuk di krematorium.

Cerobong tungku listrik di krematorium Ahmedabad di Gujarat retak, karena panas yang berlebihan, pada pekan lalu, dan harus dibongkar untuk diperbaiki.

Di tempat krematorium di Ghaziabad, seorang petugas mengatakan fasilitas itu telah menerima sekitar 20 mayat korban Covid-19 pada pukul 06.00 sore waktu setempat pada Kamis, dengan lebih banyak lagi yang masuk.

"Mari kita bekerja," ucapnya tiba-tiba menghentikan pembicaraan, mengingat masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan.

Dia melanjutkan mengawasi beberapa pekerja yang menimbang jumlah kayu yang tepat untuk setiap kremasi kayu bakar.

Tidak hanya keluarga korban virus corona di India yang harus lelah menunggu, pengemudi ambulans pembawa jenazah pun merasakan antrean panjang krematorium.

Irshad, nama panggilannya, telah membawa 2 jenazah korban Covid-19 dari Rumah Sakit Distrik MMG di Ghaziabad sekitar pukul 11.00 pagi waktu setempat pada Kamis (22/4/2021).

Lebih dari 8 jam kemudian, salah satu jenazah bawaan Irshad baru dikremasi. Sisanya, tergeletak di luar ambulans.

"Saya belum pernah melihat yang seperti ini, tidak pernah melihat mayat dibakar di luar seperti ini," kata pengemudi ambulans berusia 25 tahun, yang telah melakukan profesi itu selama 7 tahun.

"Sebelumnya (sebelum pandemi Covid-19), saya harus menunggu hanya 15-20 menit," katanya kepada The Straits Times.

Namun pada Kamis itu, dia muncul di krematorium pada pukul 11.00 siang waktu setempat dan baru bisa pulang tengah malam, setelah kedua jenazah yang dia dibawa dikremasi.

Penampakan mayat-mayat yang memenuhi krematorium India terjadi saat jumlah kematian resmi virus corona di India, mencapai mencapai 189.544 pada Sabtu (24/4/2021).

https://www.kompas.com/global/read/2021/04/25/133949170/virus-corona-di-india-ubah-jalanan-penuh-tumpukan-kayu-pembakaran-mayat

Terkini Lainnya

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

Global
PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

Global
Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Global
13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

Global
Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Global
Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Global
Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Global
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Global
2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

Global
AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

Global
Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Global
Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Global
China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke