Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Puluhan Polisi Myanmar Kabur ke India Menentang Perintah Tembaki Masyarakat Sipil

Penjaga perbatasan India mengatakan sekitar 30 petugas dan keluarga mereka telah menyeberang ke negara Asia Selatan itu dalam beberapa hari terakhir. Sebagian besar mencari perlindungan di negara bagian Mizoram.

Penduduk setempat mengatakan orang-orang itu mengaku sebagai petugas polisi yang telah meninggalkan posnya, setelah menolak melaksanakan perintah untuk menembak warga sipil di negara bagian Chin barat.

Daily Mail melaporkan pada Jumat (5/3/2021), India menyatakan mulai menutup perbatasan dengan Myanmar dan meningkatkan patroli untuk menghentikan lebih banyak pengungsi yang menyeberang.

Pejabat India sedang menetapkan identitas orang-orang yang menyeberang, dan menentukan apakah mereka dapat menetap sebagai pengungsi.

Pembelotan itu terjadi di tengah pekan paling berdarah di Myanmar, sejak para pemimpin militer merebut kekuasaan bulan lalu. Sedikitnya 40 aktivis ditembak mati dan puluhan lainnya luka-luka minggu ini.

Menyerang warga sipil

Video mengungkapkan momen menakutkan ketika seorang tentara mengarahkan tembakan kepada penduduk dalam apartemen mereka.

Warga itu mendokumentasikan aksi kekerasan militer Myanmar secara sembunyi-sembunyi dari tempat tinggalnya.

Video singkat itu menunjukkan seorang tentara berseragam berjalan ke arah apartemen mereka, mengangkat senjata dan melepaskan tembakan. Aksi tersebut menghancurkan jendela dan memaksa perekam video merunduk untuk menghindari tembakan.

Foto-foto juga mengungkapkan bagaimana orang lainnya, bernama Ko Zaw Myo (berusia 20-an tahun), meninggal pada Jumat (5/3/2021). Dia setelah ditembak di tenggorokan saat melakukan unjuk rasa di kota Mandalay.

Total korban tewas sejak kudeta 1 Februari sekarang mencapai lebih dari 50, menurut Daily Mail.

Video dari Mandalay juga menunjukkan seorang petugas polisi yang dikawal oleh tentara membawa tubuh pengunjuk rasa yang tampak lemas dari jalan pada Jumat (5/3/2021), namun rekaman tersebut belum diverifikasi secara independen.

Sementara itu petugas di kota terbesar Yangon melepaskan tembakan dengan peluru karet dan gas air mata. Mereka berusaha membubarkan ribuan aktivis yang diikuti sekitar 100 dokter berjas putih, pada Jumat (5/3/2021).

Partai-partai yang didukung militer telah terpukul pada pemilihan November 2020 lalu. Partai pimpinan Aung San Suu Kyi menerima sekitar 80 persen suara. Para Jenderal Myanmar mengklaim hasil itu sebagai penipuan, tanpa memberikan bukti.

Mereka telah mengumumkan kondisi darurat selama setahun. Militer juga berjanji akan mengadakan pemilihan umum baru dan pemenangnya dihormati.

Namun kebanyakan masyarakat Myanmar yang pernah hidup selama lima dekade di bawah pemerintahan junta menyangsikan janji itu akan ditepati.

Protes hampir setiap hari terjadi di negara itu. Sejak kudeta, puluhan ribu orang bersatu menuntut kembalinya demokrasi, meskipun kekerasan meningkat.

Setelah kebuntuan yang tegang selama berminggu-minggu, polisi mulai melancarkan kekerasan yang memicu pertumpahan darah pada Rabu (3/3/2021).

Petugas di kota-kota di seluruh negara itu melepaskan tembakan ke arah demonstran sebagian besar tanpa peringatan, sedikitnya 38 orang tewas.

Eskalasi ancaman hari itu menandai salah satu hari paling mematikan sejak kudeta. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran bahwa kekerasan akan semakin meningkat.

Aparat kepolisian terpecah

Pada Kamis (4/3/2021), jet tempur militer terbang rendah di kota Mandalay. Peluncurannya dilakukan untuk mengintimidasi para demonstran. Tapi taktik itu ternyata tidak berhasil.

Dihadapkan dengan perintah untuk menembaki rekan senegaranya, tampaknya beberapa petugas memutuskan untuk meninggalkan pos mereka sebagai gantinya.

Di distrik Serchhip India, pejabat Kumar Abhishek mengatakan delapan orang, termasuk seorang wanita dan seorang anak, telah melintasi perbatasan dan sedang dirawat.

"Kami mengantisipasi bahwa beberapa lagi mungkin akan datang," katanya.

Pihak berwenang sedang membuat persiapan untuk menampung antara 30-40 orang, katanya.

Seorang pejabat keamanan federal India menyatakan, polisi yang menyeberang mengaku tidak ingin melaksanakan perintah dari militer untuk memadamkan protes.

"Mereka (pembelot) menuduh ada pelanggaran hak asasi manusia. Mereka diminta untuk menembak warga sipil," kata pejabat itu, yang juga tidak mau disebutkan namanya.

Pergerakan pencari suaka, terutama polisi, membuat India dalam kebingungan. Pasalnya New Delhi juga punya hubungan dekat dengan militer Myanmar, yang dikenal sebagai Tatmadaw.

Selama dua tahun terakhir, Tatmadaw telah meningkatkan operasi atas permintaan India. Pasukan gabungan ini mengusir pemberontak di sepanjang perbatasan timur laut. India juga memberi Myanmar kapal selam pertamanya tahun lalu.

"Ini situasi yang agak sulit bagi India karena keseimbangan diplomatik sangat penting," kata pejabat itu.

Kekerasan itu terjadi ketika junta mendapatkan sanksi batu dari PBB di New York dan Amerika Serikat, yang menargetkan konglomerat militer setelah kematian puluhan pengunjuk rasa sipil.

https://www.kompas.com/global/read/2021/03/06/172833670/puluhan-polisi-myanmar-kabur-ke-india-menentang-perintah-tembaki

Terkini Lainnya

Intel AS Sebut Putin Tidak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Intel AS Sebut Putin Tidak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Global
Sosok Subhash Kapoor, Terduga Pencuri Artefak Majapahit di New York

Sosok Subhash Kapoor, Terduga Pencuri Artefak Majapahit di New York

Global
Respons Cepat Emirates Airlines Tangani Kekhawatiran Penumpang Anak Tuai Pujian

Respons Cepat Emirates Airlines Tangani Kekhawatiran Penumpang Anak Tuai Pujian

Global
Anak Mahathir Bantah Diselidiki terkait Korupsi di Malaysia

Anak Mahathir Bantah Diselidiki terkait Korupsi di Malaysia

Global
Dramatis, Pilot Melamar Pramugari dalam Penerbangan Polandia

Dramatis, Pilot Melamar Pramugari dalam Penerbangan Polandia

Global
Menhan Rusia Ingin Negara Sekutunya di Asia Tingkatkan Latihan Militer

Menhan Rusia Ingin Negara Sekutunya di Asia Tingkatkan Latihan Militer

Global
Korea Utara Tuduh AS Politisasi Masalah HAM

Korea Utara Tuduh AS Politisasi Masalah HAM

Global
Rangkuman Hari Ke-794 Serangan Rusia ke Ukraina: Warga Latvia Diminta Siapkan Tempat Berlindung | IOC Bicara Rusia dan Israel

Rangkuman Hari Ke-794 Serangan Rusia ke Ukraina: Warga Latvia Diminta Siapkan Tempat Berlindung | IOC Bicara Rusia dan Israel

Global
 Hubungan Sesama Jenis di Irak Dapat Dihukum 15 Tahun Penjara

Hubungan Sesama Jenis di Irak Dapat Dihukum 15 Tahun Penjara

Global
Video Detik-detik Sopir Mobil Gagalkan Penjabretan di Pinggir Jalan, Pepet Motor Pelaku

Video Detik-detik Sopir Mobil Gagalkan Penjabretan di Pinggir Jalan, Pepet Motor Pelaku

Global
Afrika Selatan Peringati 30 Tahun Apartheid, Kemiskinan Masih Jadi Isu Utama

Afrika Selatan Peringati 30 Tahun Apartheid, Kemiskinan Masih Jadi Isu Utama

Global
Polisi Bubarkan Perkemahan dan Tangkap 192 Demonstran Pro-Palestina di 3 Kampus AS

Polisi Bubarkan Perkemahan dan Tangkap 192 Demonstran Pro-Palestina di 3 Kampus AS

Global
[UNIK GLOBAL] Perempuan 60 Tahun Menang Miss Buenos Aires | Diagnosis Penyakit 'Otak Cinta'

[UNIK GLOBAL] Perempuan 60 Tahun Menang Miss Buenos Aires | Diagnosis Penyakit "Otak Cinta"

Global
Hamas Rilis Video 2 Sandera yang Desak Pemerintah Israel Capai Kesepakatan

Hamas Rilis Video 2 Sandera yang Desak Pemerintah Israel Capai Kesepakatan

Global
Hezbollah Tembakkan Peluru Kendali ke Israel

Hezbollah Tembakkan Peluru Kendali ke Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke