Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bagaimana Nasib “Tembok Trump” di Era Biden?

SAN DIEGO, KOMPAS.com - Beberapa hari sebelum Joe Biden menjadi Presiden AS, kru konstruksi bekerja dengan cepat untuk menyelesaikan “tembok Donald Trump” di taman lintas batas ikonik yang menghadap ke Samudra Pasifik.

Namun, Biden memerintahkan "pengentian sementara" semua konstruksi dinding dalam waktu seminggu. Hal ini merupakan salah satu dari 17 perintah eksekutif dikeluarkan pada hari pertamanya menjabat, termasuk enam yang berhubungan dengan imigrasi.

Melansir AP pada Jumat (22/1/2021), perintah itu menyisakan miliaran dollar pekerjaan yang belum selesai, tetapi masih terikat kontrak.

Pemerintahan Trump bekerja dengan tergesa-gesa tahun lalu untuk membangun lebih dari 450 mil (720 kilometer). Trump mengklaim pencapaian ini dicapai hanya delapan hari sebelum meninggalkan jabatannya.

Pada 15 Januari, pemerintah menghabiskan 6,1 miliar dollar (Rp 85,5 triliun) dari 10,8 miliar dollar (Rp 151,4 triliun) untuk pengerjaan kontrak yang telah ditandatangani, menurut seorang asisten Senat Demokrat yang mengetahui kontrak yang berbicara tanpa menyebut nama karena detailnya belum dipublikasikan.

Jumlah penuh di bawah kontrak tersebut akan memperpanjang tembok Trump menjadi 664 mil (1.069 kilometer).

Dalam kampanyenya, Biden berjanji untuk tidak sedikit pun menambah pembangunan.

Dia memberi waktu dua bulan kepada pemerintahannya untuk menentukan, berapa biaya pembatalan kontrak dan apakah uang itu dapat dibelanjakan di tempat lain.

Seorang asisten Senat mengatakan biaya akan dinegosiasikan dengan kontraktor. Kemudian, pemerintah berencana menghabiskan berapa pun sisanya untuk kebutuhan di perbatasan, seperti jalan, lampu, sensor, dan teknologi lainnya.

Secara publik, pemerintahan Trump mengatakan mengamankan 15 miliar dollar AS (Rp 210,3 triliun) untuk tembok tersebut.

Sementara narasumber itu mengatakan kepada AP pada Rabu (20/1/2021), jumlah sebenarnya adalah 16,45 miliar dollar (Rp 230,6 triliun). Sebesar 5,8 miliar dollar (Rp 81,3 triliun) di antaranya telah diambil alih oleh Kongres dan sisanya dialihkan dari Departemen Pertahanan dan Keuangan.

Pemerintahan Trump memberi tahu asisten Senat pada 14 Januari bahwa pihaknya akan melanjutkan kontrak sebesar 863 juta dollar (Rp 12 triliun), tetapi permintaan itu ditolak.

Korps Insinyur Angkatan Darat, yang telah memberikan kontrak pembangunan tembok dengan uang Departemen Pertahanan, mengatakan pada Kamis (21/1/2021), sudah memberitahu kru di lapangan untuk tidak memasang penghalang tambahan.

Pembatasan aktivitas akan dilakukan selama beberapa hari ke depan. Hal ini diperlukan untuk mempersiapkan setiap situs dengan aman dengan adanya penangguhan pekerjaan.

John Kurc, seorang aktivis yang memposting video ledakan dinamit oleh kru konstruksi dinding, mengatakan dia melihat satu muatan dinamit dipasang pada Rabu sore di Guadalupe Canyon di Arizona paling timur. Pengerjaan masih dilakukan bahkan saat pelantikan Biden dilaksanakan di Washington DC.

Sementara di Rio Grande Valley Texas, area tersibuk penyeberangan ilegal, dan dekat Nogales, Arizona, peralatan konstruksi terlihat menganggur pada Kamis (21/1/2021).

“Tetapi di San Diego, para pekerja masih mengganti pagar baja dengan tiang-tiang yang kokoh dan berjarak rapat dengan pelat baja datar setinggi 30 kaki (9 meter),” kata Dan Watman dari Friends of Friendship Park, sebuah kelompok yang mempromosikan akses publik ke taman di perbatasan yang menghadap ke Samudra Pasifik.

Menurutnya, kontraktor mulai pekan lalu. Dia diberitahu tentang proyek tersebut dalam panggilan konferensi dengan agen Patroli Perbatasan pada Desember, tetapi tidak mendapat penjelasan terkait pengerjaan tersebut. Agensi tersebut merujuk pertanyaan ke Gedung Putih, yang tidak memiliki komentar segera.

Trump sebelumnya berulang kali mengklaim tembok perbatasan akan "hampir tidak bisa ditembus" dan dibayar oleh Meksiko. Namun, pernyataan itu perlu dipertanyakan kebenarannya.

Meskipun tembok ini jauh lebih tangguh daripada penghalang yang diganti, tidak jarang penyelundup membimbing orang melewati atau melewatinya. Beberapa bagian dapat digergaji dengan perkakas listrik yang dijual di toko perbaikan rumah.

Terlepas dari klaim berani Trump, pejabat Patroli Perbatasan mengatakan tembok itu tidak pernah dimaksudkan untuk menghentikan semua orang, melainkan untuk memperlambat gerak maju mereka.

Mahkamah Agung dijadwalkan mendengarkan argumen pemerintah bulan depan tentang apakah pemerintah secara ilegal mengalihkan miliaran dollar dari Departemen Pertahanan, untuk membangun tembok setelah Kongres menolak uang yang diminta Trump, yang memicu penutupan pemerintah selama 35 hari pada tahun 2017.

Tidak jelas apakah Biden akan mengadopsi argumen pemerintah Trump di hadapan Mahkamah Agung. Penjelasan singkat pemerintah jatuh tempo 11 Februari.

Presiden Meksiko Andrés Manuel López Obrador menyambut baik keputusan Biden untuk menghentikan pembangunan tembok pembatas.

Tetapi, untuk membela Trump, dia berargumen pembangunan penghalang perbatasan sudah dilakukan Presiden AS sejak 1990-an. Dia menunjukkan grafik untuk membuktikan maksudnya.

https://www.kompas.com/global/read/2021/01/23/202753170/bagaimana-nasib-tembok-trump-di-era-biden

Terkini Lainnya

Ukraina Kembali Serang Perbatasan dan Wilayahnya yang Diduduki Rusia

Ukraina Kembali Serang Perbatasan dan Wilayahnya yang Diduduki Rusia

Global
Singapore Airlines Turbulensi, Ini Nomor Hotline bagi Keluarga Penumpang

Singapore Airlines Turbulensi, Ini Nomor Hotline bagi Keluarga Penumpang

Global
Rusia Pulangkan 6 Anak Pengungsi ke Ukraina Usai Dimediasi Qatar

Rusia Pulangkan 6 Anak Pengungsi ke Ukraina Usai Dimediasi Qatar

Global
Fisikawan Rusia yang Kembangkan Rudal Hipersonik Dihukum 14 Tahun

Fisikawan Rusia yang Kembangkan Rudal Hipersonik Dihukum 14 Tahun

Global
Misteri Area 51: Konspirasi dan Fakta di Balik Pangkalan Militer Tersembunyi AS

Misteri Area 51: Konspirasi dan Fakta di Balik Pangkalan Militer Tersembunyi AS

Global
Kepala Politik Hamas Ucap Duka Mendalam pada Pemimpin Tertinggi Iran

Kepala Politik Hamas Ucap Duka Mendalam pada Pemimpin Tertinggi Iran

Global
Panas Ekstrem 47,4 Derajat Celcius, India Liburkan Sekolah Lebih Awal

Panas Ekstrem 47,4 Derajat Celcius, India Liburkan Sekolah Lebih Awal

Global
Israel Batal Sita Kamera Associated Press Setelah Panen Kecaman

Israel Batal Sita Kamera Associated Press Setelah Panen Kecaman

Global
Hari Ini, Irlandia dan Norwegia Akan Mengakui Negara Palestina Secara Resmi

Hari Ini, Irlandia dan Norwegia Akan Mengakui Negara Palestina Secara Resmi

Global
Pecah Rekor Lagi, Pendaki Nepal Kami Rita Sherpa Capai Puncak Everest 30 Kali

Pecah Rekor Lagi, Pendaki Nepal Kami Rita Sherpa Capai Puncak Everest 30 Kali

Global
Presiden Iran Meninggal, Puluhan Ribu Orang Hadiri Pemakaman Ebrahim Raisi

Presiden Iran Meninggal, Puluhan Ribu Orang Hadiri Pemakaman Ebrahim Raisi

Global
Rangkuman Hari Ke-818 Serangan Rusia ke Ukraina: 3.000 Napi Ukraina Ingin Gabung Militer | 14.000 Orang Mengungsi dari Kharkiv 

Rangkuman Hari Ke-818 Serangan Rusia ke Ukraina: 3.000 Napi Ukraina Ingin Gabung Militer | 14.000 Orang Mengungsi dari Kharkiv 

Global
Belum Cukup Umur, Remaja 17 Tahun di India Pilih Partai PM Modi 8 Kali di Pemilu

Belum Cukup Umur, Remaja 17 Tahun di India Pilih Partai PM Modi 8 Kali di Pemilu

Global
Menlu AS Tuding ICC Hambat Gencatan Senjata Perang Israel-Hamas

Menlu AS Tuding ICC Hambat Gencatan Senjata Perang Israel-Hamas

Global
Menteri Keamanan To Lam Resmi Terpilih Jadi Presiden Vietnam

Menteri Keamanan To Lam Resmi Terpilih Jadi Presiden Vietnam

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke