Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jajak Pendapat AS: Mayoritas Warga AS Tidak Ingin Trump Menjabat Lagi


WASHINGTON, KOMPAS.com - Mayoritas orang Amerika Serikat (AS) menilai Presiden Donald Trump setidaknya menanggung sebagian tanggung jawab atas serangan minggu lalu di Capitol Hill, dan tidak ingin Trump mencalonkan diri lagi.

Jajak pendapat baru dari Washington Post / ABC News juga menunjukkan adanya krisis pada warisan kepemimpinan Trump di hari-hari terakhirnya masa jabatannya. Banyak warga AS tidak menyetujui tindakannya saat dia bersiap keluar dari Gedung Putih.

Melansir Daily Mail pada Jumat (15/1/2021), tujuh dari 10 orang mengatakan Trump memiliki andil atas kerusuhan MAGA di Gedung Capitol, yang menewaskan lima orang dan meninggalkan jejak kehancuran di seluruh gedung.

Partai Demokrat mendakwa pencopotan Trump dari jabatannya untuk kedua kalinya minggu ini. Kali ini, dia dituduh melanggar sumpah jabatannya dengan menghasut massa.

Sebanyak 56 persen dari Kongres ingin mencegah Trump mencalonkan diri lagi. Jika Trump dinyatakan bersalah oleh Senat, dia tidak akan diizinkan untuk mencari masa jabatan lain di kantor federal.

Jajak pendapat mengungkapkan orang AS sepakat pada satu area, yaitu mereka yakin bahwa serangan Rabu lalu di Gedung Capitol adalah salah.

Sembilan dari 10 orang Amerika menentang serangan itu. Sementara hanya delapan persen yang mendukungnya.

Sementara itu, 54 persen mengatakan Trump harus dituntut secara pidana atas perannya dalam menghasut kerusuhan. Trump, di depan massa pendukungnya sebelum pemberontakan, mendesak para mendorong mereka mengarah ke Gedung Capitol.

Jajak pendapat menemukan 66 persen masyarakat setuju bahwa Trump tidak bertanggung jawab atas pernyataannya sejak pemilihan presiden 2020 berjalan. Yaitu dengan secara salah mengklaim bahwa dia menang dan jabatan presiden dicuri darinya.

Sementara terkait kinerja selama empat tahun pemerintahan Trump, sebanyak 38 responden menunjukkan kepuasan. Sedangkan sebanyak 60 persen tidak menyetujui kinerjanya.

Trump yang harus meninggalkan Gedung Putih pada Rabu (20/1/2021), masih menghadapi pemakzulan kedua kalinya. Ini baru pertama kali terjadi dalam sejarah AS.

Senat akan mempertimbangkan dakwaan pemakzulan terhadap presiden ketika para senator kembali ke Washington DC pada 19 Januari. Sidang diperkirakan akan menghabiskan hari-hari awal kepresidenan Joe Biden.

Untuk mendakwa Trump, mayoritas dua pertiga diperlukan untuk menghukumnya. Artinya setidaknya harus ada 17 Senat Republikan yang memutuskan dia bersalah.

Trump, sementara itu, akan mengadakan acara perpisahan yang belum pernah terjadi sebelumnya di Pangkalan Bersama Andrews pada pagi hari pelantikan Biden. Lalu akan meninggalkan kota sebelum penggantinya mengambil sumpah jabatan.

Perpisahan Trump akan berlangsung di pangkalan di luar Washington tempat Air Force One bermarkas. Tidak ada presiden baru-baru ini yang mengadakan upacara pelepasan sendiri di JBA.

Para pejabat sedang mempertimbangkan acara rumit yang akan terasa seperti kunjungan kenegaraan, dengan karpet merah, penjaga, pita militer dan penghormatan 21 senjata semua sedang dibahas, menurut laporan Associated Press.

Dia kemudian berencana untuk terbang ke kediaman Mar-a-Lago sebelum Biden mengambil sumpah jabatan pada siang hari. Saat itu, Biden akan menjadi presiden ke-46 bangsa.

Melihat rencana waktu yang dibuat tampaknya Trump dan ibu negara Melania Trump tidak mungkin akan menjamu Joe dan Jill Biden untuk minum kopi. Acara itu biasanya adalah tradisi yang dilakukan pasangan pemimpin pemerintahan sebelumnya kepada penggantinya di pagi hari pelantikan.

Keluarga Biden akan tinggal di seberang jalan dari Gedung Putih di Blair House, kediaman tamu resmi.

Beberapa penasihat Gedung Putih telah mendesak Trump untuk menjamu Biden untuk pertemuan Gedung Putih menjelang Hari Pelantikan. Tetapi belum ada tanda-tanda Trump bersedia melakukan itu, seorang pejabat pemerintah mengatakan kepada Reuters.

Tetapi dia berencana untuk mengeluarkan lebih banyak “pengampunan” sebelum pergi. Dia sedang mempertimbangkan opsi pengampunan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Pergi saat dia masih menjabat sebagai presiden juga akan mengizinkan Trump menggunakan isyarat panggilan “Air Force One” untuk penerbangannya ke Palm Beach, Florida.

Jika Trump meninggalkan Washington setelah Biden mengambil sumpah, dia harus meminta Biden untuk mengizinkannya menggunakan pesawat yang dibuat khusus dengan cat biru dan putihnya yang khas.

Semua presiden yang keluar harus membuat permintaan seperti itu, dan biasanya dikabulkan.

Namun, pesawat itu tidak akan memiliki tanda panggil Air Force One karena itu hanya dapat digunakan ketika presiden saat ini berada di dalamnya.

Biasanya, seorang presiden yang akan mengakhiri masa jabatannya menghadiri pelantikan penggantinya. Lalu baru berangkat dari Gedung Capitol dengan helikopter militer untuk terbang ke JBA, di mana dia naik pesawat pemerintah ke tujuan akhirnya.

Misalnya, ketika Barack Obama meninggalkan DC setelah dia meninggalkan jabatannya. Pesawat tersebut menggunakan tanda panggilan “Special Mission 44”, nomor yang merujuk pada kepresidenan Obama.

Jika pola yang sama diikuti, penerbangan Trump akan menjadi “Misi Khusus 45.” Tetapi jika Trump berangkat sebelum pelantikan Biden, pesawat itu akan menggunakan Air Force One.

Trump mengumumkan pekan lalu bahwa dia tidak akan menghadiri pelantikan penggantinya pada 20 Januari.

Biden menanggapinya bahwa itu adalah “Salah satu dari sedikit hal yang dia dan saya sepakati. Untung dia tidak muncul.”

Wakil Presiden Mike Pence akan menghadiri acara tersebut.

https://www.kompas.com/global/read/2021/01/16/195430570/jajak-pendapat-as-mayoritas-warga-as-tidak-ingin-trump-menjabat-lagi

Terkini Lainnya

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Global
Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Global
Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Global
Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Global
Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Global
Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Global
Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke