Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sri Lanka Haruskan Semua Korban Covid-19 yang Meninggal Dikremasi, Tak Terkecuali Muslim

COLOMBO, KOMPAS.com - Pemerintah Sri Lanka pada Jumat (8/1/2021) bersikeras mengkremasi semua korban meninggal akibat virus corona, tidak terkecuali untuk Muslim. 

Pihak otoritas akan menolak permohonan dan rekomendasi internasional dari para ahli sendiri untuk mengizinkan minoritas Muslim menguburkan jenazah mereka sesuai dengan kebiasaan Islam, seperti yang dilansir dari AFP pada Jumat (8/1/2021) .

Pemerintah pertama kali melarang penguburan pada April di tengah kekhawatiran para biksu Buddha yang berpengaruh bahwa mayat yang dikubur dapat mencemari air tanah dan menyebarkan virus corona.

Sementara, menurut para ahli tidak berdasar kekhawatiran itu tidak berdasar.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa tidak ada risiko seperti yang dikhawatirkan, dengan merekomendasikan 2 opsi prosesi pemakaman, yaitu penguburan dan kremasi korban virus corona. Namun, pemerintah Sri Lanka menolak.

"Keputusan ini tidak akan diubah karena alasan sosial, agama, politik atau pribadi lainnya," kata Menteri Kesehatan Pavithra Wanniarachchi.

Pengumuman itu datang, meskipun komite ahli yang ditunjuk pemerintah mencatat dalam pekan ini bahwa meskipun kremasi dirasa paling aman, penguburan dapat diizinkan dalam kondisi yang ketat.

Secara tradisional, umat Islam menguburkan jenazah menghadap Mekah. Sedangkan, mayoritas umat Buddha di Sri Lanka, yang biasanya dikremasi, begitu pula umat Hindu, yang merupakan pendukung kuat pemerintah saat ini.

Bulan lalu, pihak berwenang memerintahkan kremasi paksa setidaknya 19 Muslim korban Covid-19, termasuk seorang bayi, setelah keluarga mereka menolak untuk mengklaim tubuh mereka dari kamar mayat rumah sakit.

Ini memicu kekecewaan dan kemarahan di antara komunitas Muslim, moderat dan luar negeri, dengan 57 anggota Organisasi Kerja Sama Islam berulang kali menyatakan keprihatinan.

Dewan Muslim Sri Lanka (SLMC) menuduh pemerintah mencoba memprovokasi pemuda Muslim untuk melakukan "sesuatu yang gegabah" dengan keputusannya tentang kremasi, klaim yang digaungkan oleh Menteri Kehakiman Ali Sabry, seorang Muslim.

Ketegangan antara Muslim dan mayoritas etnis Sinhala, yang sebagian besar beragama Buddha, berlangsung sejak pemboman Paskah pada 2019 yang mematikan dan dilakukan oleh para ekstremis lokal.

SLMC mengatakan lebih dari setengah 222 korban Covid-19 di Sri Lanka berasal dari minoritas Muslim, yang menyumbang hanya 10 persen dari 21 juta populasi.

"Kami memiliki jumlah kematian yang tidak proporsional karena Muslim tidak mencari pengobatan karena takut mereka akan dikremasi jika mereka didiagnosis terinfeksi virus corona setelah pergi ke rumah sakit," kata juru bicara SLMC Hilmy Ahamed kepada AFP.

Maladewa, tetangga Muslim Sri Lanka, mengumumkan pada bulan lalu, bahwa Sri Lanka telah meminta izin untuk mengirim jenazah Muslim ke sana untuk dimakamkan, klaim yang dibantah oleh Kolombo.

Juru bicara Maladewa, Mohamed Nasheed kemudian menyarankan agar mereka mengizinkan Muslim Sri Lanka dimakamkan di pemakaman orang Maladewa di ibu kota Sri Lanka.

Belum ada tanggapan dari Colombo atas usulan itu.

Sri Lanka telah mengalami lonjakan kasus Covid-19, dengan jumlah infeksi menjadi hampir 46.800 dari 3.300 pada Oktober dan kematian meningkat menjadi 222 dari 13.

https://www.kompas.com/global/read/2021/01/08/195026270/sri-lanka-haruskan-semua-korban-covid-19-yang-meninggal-dikremasi-tak

Terkini Lainnya

Imbas Perang di Gaza, Otoritas Palestina Berisiko Alami Keruntuhan Keuangan

Imbas Perang di Gaza, Otoritas Palestina Berisiko Alami Keruntuhan Keuangan

Global
Hari Ini, Mahkamah Internasional Bakal Putuskan Upaya Gencatan Senjata di Gaza

Hari Ini, Mahkamah Internasional Bakal Putuskan Upaya Gencatan Senjata di Gaza

Global
China Mulai Latihan Perang di Sekitar Taiwan, Uji Kemampuan Rebut Kekuasaan

China Mulai Latihan Perang di Sekitar Taiwan, Uji Kemampuan Rebut Kekuasaan

Global
Motif Penembakan PM Slovakia Akhirnya Terungkap

Motif Penembakan PM Slovakia Akhirnya Terungkap

Global
Implikasi Geopolitik Timur Tengah Pasca-Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Implikasi Geopolitik Timur Tengah Pasca-Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Global
Kebakaran di Apartemen Hanoi, 14 Orang Tewas

Kebakaran di Apartemen Hanoi, 14 Orang Tewas

Global
Putri Remajanya Marah, Ayah Ini Berlutut Minta Maaf Tak Mampu Belikan iPhone

Putri Remajanya Marah, Ayah Ini Berlutut Minta Maaf Tak Mampu Belikan iPhone

Global
Rangkuman Hari Ke-820 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Izinkan Penyitaan Aset AS | Polandia dan Yunani Serukan UE Ciptakan Perisai Pertahanan Udara

Rangkuman Hari Ke-820 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Izinkan Penyitaan Aset AS | Polandia dan Yunani Serukan UE Ciptakan Perisai Pertahanan Udara

Global
Saat Ratusan Ribu Orang Antar Presiden Iran Ebrahim Raisi ke Tempat Peristirahatan Terakhirnya...

Saat Ratusan Ribu Orang Antar Presiden Iran Ebrahim Raisi ke Tempat Peristirahatan Terakhirnya...

Global
Arab Saudi Setop Keluarkan Izin Umrah untuk Berlaku Sebulan

Arab Saudi Setop Keluarkan Izin Umrah untuk Berlaku Sebulan

Global
Kerusuhan dan Kekerasan Terjadi di Kaledonia Baru, Apa yang Terjadi?

Kerusuhan dan Kekerasan Terjadi di Kaledonia Baru, Apa yang Terjadi?

Global
[POPULER GLOBAL] 20 Penumpang Singapore Airlines di ICU | Israel Kian Dikucilkan

[POPULER GLOBAL] 20 Penumpang Singapore Airlines di ICU | Israel Kian Dikucilkan

Global
 Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Global
Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Global
Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke