Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pasien Nol Virus Corona di China Diduga Sudah Ada sejak 17 November 2019

Jika kabar yang berasal dari dokumen pemerintah yang bocor itu benar, "Negeri Panda" sudah mengalaminya beberapa pekan sebelum mengumumkan secara resmi pada Desember 2019.

Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh South China Morning Post, pasien nol Covid-19 adalah seorang pria berusia 55 tahun di Provinsi Hubei.

Dalam data yang diklaim bocor itu, selama satu bulan sejak pasien nol ditemukan, otoritas kesehatan setempat menemukan lima kasus virus corona lain.

Selain itu, studi yang dilakukan ilmuwan lokal menemukan kata seperti "coronavirus", "kesulitan bernapas", hingga "SARS" muncul di WeChat sebelum Beijing mengonfirmasi kasus pertama.

Merujuk kepada data yang dibuka oleh Beijing ke publik, "Negeri Panda" baru mengumumkan penyakit mematikan itu pada 8 Desember 2019.

Kasus itu kemudian dilaporkan ke Badan Kesehatan Dunia (WHO). Saat itu, terdapat kekhawatiran penyakit itu bakal menular antar manusia.

Namun otoritas kesehatan China tidak mengakui adanya transmisi di antara manusia, hingga mereka baru mengakuinya pada 21 Januari 2020.

Sejak kasusnya lebih banyak diketahui di Wuhan, ilmuwan berusaha melacak asal Covid-19 melalui berbagai kasus yang tidak terdokumentasikan.

Seorang sumber dari komunitas dokter setempat mengungkapkan, mereka baru menyadari berhadapan dengan penyakit baru pada akhir Desember.

Saat itu seperti dilansir The Independent, tim medis Wuhan menghabiskan akhir tahun merawat puluhan pasien yang diduga mengalami pneumonia aneh.

Saat itu, para pasien mengalami gejala yang beragam. Mulai dari demam tinggi, batuk, hingga mengalami kesulitan bernapas.

Saat itu berdasarkan laporan SCMP, salah satu dari lima kasus pneumonia aneh yang ditemukan pada November 2019 adalah pria 55 tahun di Hubei, bertanggal 17 November 2019.

Merujuk kepada dokumen itu, pada 15 Desember sudah terdapat 27 infeksi. Lalu lima hari kemudian kasusnya meningkat menjadi 60.

Pada 27 Desember, ketika mereka sudah mendapati 180 kasus, Zhang Jixian, dokter dari Rumah Sakit Pengobatan Integrasi China dan Barat di Hubei memberi tahu otoritas kesehatan.

Dia menyampaikan bahwa yang mereka hadapi adalah virus corona baru, di mana dalam wawancara dengan Xinhua di April, dia menjabarkan seperti flu atau pneumonia umum.

Kabar itu kemudian sampai ke telinga Shi Zhengli, pakar di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Wuhan yang hendak pergi menghadiri konferensi kesehatan.

Saat itu, direkturnya meneleponnya dan mengatakan bahwa dia harus segera kembali ke laboratorium karena ada dua rumah sakit yang bergelut dengan penyakit baru.

Dalam beberapa hari kemudian, Shi dan timnya berhasil menguraikan dan mengenali urutan gen dari Covid-19. Namun, mereka segera "dibungkam".

Jurnalis Gao Yu yang sempat berbicara dengan Shi menceritakan sepeti dikutip Daily Mail, temuan Shi dan timnya segera disita.

"Kami mengetahui bahwa institut yang dikomandoinya bisa mendapatkan urutan gen virus pada 2 Januari. Namun mereka ditutup mulutnya," kata Gao.

Saat itu, Shi Zhengli mengatakan bahwa gen itu 96 persen identik dengan yang ditemukan di kelelawar horseshoe di Provinsi Yunnan.

Jonathan Mayer, profesor emeritus di departemen epidemiologi Universitas Washington dikutip The Guardian via Daily Mirror berkata, dia yakin virus itu sudah ada sejak awal November 2019.

Namun menurutnya, virus itu baru diketahui pada awal 2020 bukan karena China berusaha menutupinya. Tapi karena virus itu mirip dengan penyakit lainnya.

"Sejujurnya, tanda maupun gejala Covid-19 itu non-spesifik. Tanpa tes yang terkonfirmasi, bisa saja dianggap penyakit lainnya," kata Mayer.

Berdasarkan data yang terpampang di situs Worldometers, virus corona ini sudah menginfeksi 55 juta, dengan 1,3 juta korban meninggal di seluruh dunia.

https://www.kompas.com/global/read/2020/11/18/152324170/pasien-nol-virus-corona-di-china-diduga-sudah-ada-sejak-17-november-2019

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke