Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Putra Mahkota Arab Saudi Bersumpah untuk Lawan Ekstremis "Tanpa Ampun"

RIYADH, KOMPAS.com - Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman pada Kamis (12/11/2020) berjanji akan melawan ekstremis dengan "tanpa ampun", setelah terjadi pemboman terhadap pertemuan diplomat Barat.

Aksi pemboman itu diklaim ISIS sebagai dalangnya.

Ledakan bom itu menghantam peringatan Perang Dunia I di sebuah pemakaman non-Muslim di Jeddah pada Rabu, yang hanya berselang dua pekan setelah seorang penjaga di konsulat Perancis di kota Laut Merah terluka oleh seorang warga Saudi yang memegang pisau.

Itu terjadi saat Arab Saudi mempersiapkan KTT para pemimpin G20 pada akhir bulan ini, yang pertama diselenggarakan oleh sebuah negara Arab.

Serangan itu, ditandai sebagai kemarahan Muslim atas kartun satir Nabi Muhammad di Perancis.

"Kami akan terus menghadapi setiap...perilaku dan ide ekstremis," kata Pangeran Mohammed dalam pidatonya di Dewan Syura, badan penasihat pemerintah tertinggi, seperti yang dilansir dari AFP pada Kamis (12/11/2020).

"Kami akan terus menyerang dengan 'tangan besi' semua orang yang ingin merusak keamanan dan stabilitas kami," lanjutnya, menurut transkrip pidatonya yang diterbitkan oleh Kantor Pers Saudi.

Pangeran Mohammed, penguasa de facto kerajaan, memperingatkan mereka yang ingin melakukan tindakan ekstremis dengan "hukuman yang menyakitkan dan berat".

Serangan pada Rabu di Jeddah menyebabkan sedikitnya dua orang terluka, termasuk seorang polisi Yunani dan seorang pejabat Saudi.

Seorang warga negara Inggris juga diduga mengalami luka-luka.

Para diplomat dari Perancis, Yunani, Italia, Inggris, dan Amerika Serikat menghadiri upacara peringatan Hari Gencatan Senjata di Jeddah, kata kedutaan mereka.

ISIS pada Kamis mengaku bertanggung jawab atas pemboman itu, dengan mengatakan aksi itu untuk memprotes kartun yang dicetak oleh majalah satir Perancis, Charlie Hebdo.

Sebuah pernyataan dari kelompok propaganda ISIS, Amaq, mengatakan serangan itu "terutama ditujukan pada konsulat Perancis".

Namun, ISIS tidak memberikan bukti keterlibatannya.

Dalam insiden terpisah pada Kamis, polisi Belanda menangkap seorang pria setelah beberapa tembakan ditargetkan ke kedutaan Saudi di Den Haag, yang menyebabkan kerusakan, tetapi tidak ada yang terluka.

Tidak jelas apakah insiden yang terjadi Belanda itu, apakah terkait dengan serangan di Jeddah, yang oleh pemerintah Saudi disebut sebagai tindakan "pengecut".

Kewaspadaan ekstrem

Kedutaan Perancis di Riyadh, sementara itu, telah mendesak warganya di Arab Saudi untuk melakukan "kewaspadaan ekstrem".

Peringatan itu datang setelah terjadi beberapa serangan, yaitu di konsulat Jeddah pada 29 Oktober, dan pada hari yang sama seorang pria bersenjatakan pisau membunuh 3 orang di sebuah gereja di Nice di Perancis selatan.

Presiden Perancis Emmanuel Macron dengan gigih membela hak untuk menerbitkan kartun Nabi Muhammad, tetapi dia juga mencoba meredakan kemarahan Muslim atas ucapannya.

Sikap Macron telah memicu protes di beberapa negara, di mana potret presiden Perancis dibakar dan kampanye untuk memboikot produk Perancis.

Arab Saudi, rumah bagi situs-situs paling suci Islam telah mengkritik kartun tersebut, dengan mengatakan mereka menolak "segala upaya untuk menghubungkan Islam dan terorisme".

Dalam pidatonya, Pangeran Mohammed mengatakan dia berharap "dunia akan berhenti menyerang simbol-simbol agama di bawah slogan kebebasan berekspresi" karena hal itu menciptakan "lingkungan yang subur untuk ekstremisme dan terorisme".

Arab Saudi, yang telah lama dituduh mengekspor doktrin Wahhabi Sunni yang ultra-konservatif ke seluruh dunia, juga menjadi korban serangan teror dalam negeri.

Pangeran Mohammed, yang berjanji pada 2017 untuk mengembalikan Arab Saudi ke "Islam yang terbuka dan moderat", telah berusaha untuk menarik kembali pengaruh dari lembaga keagamaan ultra-konservatif.

"Ekstremisme tidak lagi ditoleransi di kerajaan Arab Saudi," kata Pangeran Mohammed dalam pidatonya.

Pewaris takhta Saudi telah mengekang pengaruh polisi agama yang pernah berkuasa, karena ia mengizinkan konser musik campuran gender, bioskop, dan pilihan hiburan lainnya yang menarik bagi mayoritas populasi muda.

Namun secara bersamaan, pangeran telah melancarkan tindakan keras terhadap perbedaan pendapat dan kebebasan berbicara, menangkap aktivis perempuan, ulama dan jurnalis serta anggota keluarga kerajaan.

https://www.kompas.com/global/read/2020/11/13/065557770/putra-mahkota-arab-saudi-bersumpah-untuk-lawan-ekstremis-tanpa-ampun

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke