Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jaringan Masyarakat Sipil Internasional Mengutuk Pengesahan Omnibus Law UU Cipta Kerja

KOMPAS.com - Masyarakat sipil internasional menyatakan solidaritas dengan disahkannya Omnibus Law oleh parlemen Indonesia, yang kemudian disusul aksi protes besar-besaran oleh masyarakat sipil Indonesia, serikat buruh, pelajar, dan aktivis.

Para aktivis mengkritik bahwa UU ini memotong standar peraturan untuk perlindungan lingkungan serta mengganggu jalannya perlindungan tenaga kerja dan pekerjaan.

Jaringan masyarakat sipil internasional seperti Asia Europe Peoples Forum, Institut Transnasional, 11.11.11 (Asia), Fokus di Dunia Selatan, Monitoring Sustainability of Globalization (MSN), dan Member of Malaysian Parliament-Charle Santiago, ikut prihatin dengan pengesahan UU Cipta Kerja

Lembaga-lembaga tersebut bersama ratusan organisasi dan individu mengeluarkan pernyataan solidaritas, yang mengutuk “segala bentuk pembungkaman suara rakyat, terutama ketika pasukan keamanan digunakan untuk mengekang protes rakyat, dan protes damai dibubarkan oleh polisi bersenjata."

"Ini tidak bisa diterima di dunia yang menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan sejati," kata Jaringan masyarakat sipil internasional dalam keterangan resmi yang diterima redaksi Kompas.com pada Selasa (13/10/2020).

Tercatat sekitar 5.918 orang dalam aksi penentangan tersebut ditangkap polisi tanpa alasan yang jelas. Penangkapan juga dilakukan dengan kekerasan dan tidak berdasarkan hukum acara pidana yang berlaku di Indonesia.

Perilaku rahasia para pembuat kebijakan Indonesia merupakan penyimpangan dari akuntabilitas dan penyimpangan dari prinsip-prinsip demokrasi yang telah dijanjikan Indonesia kepada rakyatnya.

Minimnya transparansi dari akhir teks UU mengakibatkan banyak disinformasi mengenai isi undang-undang yang pada akhirnya menimbulkan ketidakpastian hukum.

Jaringan masyarakat sipil internasional juga dalam pernyataannya juga menyoroti dampak pandemi Covid-19.

“Pandemi Covid-19 saat ini tidak dapat digunakan sebagai kedok untuk mengelabui masyarakat untuk mengambil keputusan yang berdampak luar biasa bagi kelangsungan hidup bangsa Indonesia”.

Organisasi dan aktivis masyarakat sipil internasional mendukung perjuangan demokrasi dan membela tuntutan rakyat Indonesia, untuk menuntut kelestarian lingkungan dan perlindungan maksimal dalam memajukan ketenagakerjaan dan hak asasi manusia.

Jaringan tersebut juga prihatin dengan kebijakan ekonomi global saat ini yang merupakan hasil dari carte blanche atau kekuatan diskresioner yang tidak terbatas untuk bertindak.

Model kebijakan yang didasarkan pada kebijakan ekstraktif yang merusak dengan mengabaikan strategi ekologi, eksploitatif, dan monopolistik yang rumit, yang menekankan pada keuntungan sebagai lawan ekuitas, tanpa ada perlindungan hak asasi manusia.

“Kami membutuhkan kebijakan baru dan mengembangkan model pembangunan ekonomi alternatif baru”, tegas jaringan masyarakat sipil internasional.

https://www.kompas.com/global/read/2020/10/14/132202970/jaringan-masyarakat-sipil-internasional-mengutuk-pengesahan-omnibus-law

Terkini Lainnya

Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Global
Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Global
Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Global
Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Global
Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Global
Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Global
Warga Kuba Terpikat Jadi Tentara Rusia karena Gaji Besar dan Paspor

Warga Kuba Terpikat Jadi Tentara Rusia karena Gaji Besar dan Paspor

Internasional
Warga Rafah Menari dan Bersorak Mendengar Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza...

Warga Rafah Menari dan Bersorak Mendengar Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza...

Global
Rangkuman Hari Ke-803 Serangan Rusia ke Ukraina: Atlet Ukraina Tewas | Tentara Latihan Senjata Nuklir

Rangkuman Hari Ke-803 Serangan Rusia ke Ukraina: Atlet Ukraina Tewas | Tentara Latihan Senjata Nuklir

Global
5 Orang Tewas di Rafah dalam Serangan Udara Israel Semalam

5 Orang Tewas di Rafah dalam Serangan Udara Israel Semalam

Global
Juara Angkat Besi Eropa Ini Tewas dalam Perang Membela Ukraina

Juara Angkat Besi Eropa Ini Tewas dalam Perang Membela Ukraina

Global
Israel Bersumpah Lanjutkan Serangan di Rafah, sebab Gencatan Senjata Tak Pasti

Israel Bersumpah Lanjutkan Serangan di Rafah, sebab Gencatan Senjata Tak Pasti

Global
Taiwan Kembangkan Sistem Satelit Serupa Starlink Milik Elon Musk

Taiwan Kembangkan Sistem Satelit Serupa Starlink Milik Elon Musk

Internasional
[POPULER GLOBAL] Warga Gaza Diperintahkan Mengungsi | Kucing Terjebak Masuk Kardus Paket

[POPULER GLOBAL] Warga Gaza Diperintahkan Mengungsi | Kucing Terjebak Masuk Kardus Paket

Global
Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza, Jeda Perang 7 Bulan

Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza, Jeda Perang 7 Bulan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke