Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Survei: Kata Generasi Milenial dan Gen Z Soal Holocaust

NEW YORK CITY, KOMPAS.com - Hampir 20 persen milenial dan Gen Z di New York percaya bahwa orang-orang Yahudi penyebab terjadinya Holocaust, menurut survei baru yang dirilis pada Rabu (16/9/2020).

Temuan ini berasal dari survei 50 negara bagian tentang pengetahuan Holocaust di kalangan milenial Amerika dan Gen Z, yang ditanyakan oleh Conference on Jewish Material Claims Against Germany.

Data dikumpulkan dari 1.000 wawancara secara nasional dan 200 wawancara di setiap negara bagian dengan orang dewasa berusia 18 hingga 39 tahun yang dipilih secara acak.

Melansir New York Post pada Rabu (16/9/2020), 58 persen responden di New York tidak dapat menyebutkan satu pun kamp dan ghetto selama Perang Dunia II, meski pun ada lebih dari 40.000 di sana.

Selain itu, 60 persen responden di New York tidak tahu bahwa 6 juta orang Yahudi terbunuh selama Holocaust.

“Hasilnya mengejutkan dan menyedihkan. Mereka menggarisbawahi mengapa kami harus bertindak sekarang, sementara para penyintas Holocaust masih bersama kita untuk menyuarakan cerita mereka,” kata Gideon Taylor, presiden Conference on Jewish Material Claims Against Germany.

Sebanyak 34 persen responden di New York percaya bahwa Holocaust terjadi, tetapi jumlah orang Yahudi yang meninggal terlalu dibesar-besarkan atau percaya bahwa Holocaust adalah mitos dan tidak terjadi atau tidak yakin.

Sebanyak 28 persen responden di New York yakin bahwa pandangan neo-Nazi dapat diterima.

Sementara, 62 persen tidak pernah mengunjungi museum Holocaust di Amerika Serikat.

Setidaknya 65 persen responden di New York percaya bahwa pendidikan Holocaust harus diwajibkan di sekolah, dan 79 persen mengatakan penting untuk terus mengajarkan tentang Holocaust, agar hal itu tidak terjadi lagi.

“Kita perlu memahami mengapa kita tidak melakukan yang lebih baik dalam mendidik generasi muda tentang Holocaust dan pelajaran di masa lalu," ujar Taylor.

Kemudian, ia mencetuskan, "Ini (mendidik generasi muda) perlu menjadi seruan untuk kita semua, dan sebagai peta jalan, di mana pejabat pemerintah perlu bertindak.”

Menurut yang dilansir dari History, kata holocaust secara historis digunakan untuk menggambarkan persembahan korban yang dibakar di atas altar.

“Holocaust,” berasal dari kata Yunani “holos” artinya utuh, dan “kaustos” artinya dibakar.

Sejak 1945, kata tersebut telah memiliki arti baru dan mengerikan, yang didukung negara secara ideologis dan sistematis, serta pembunuhan massal jutaan orang.

Jutaan orang yang dibunuh meliputi, Yahudi Eropa, lalu jutaan lainnya, termasuk Gipsi, penyandang cacat intelektual, pembangkang homoseksual.

Holocaust berlangsung pada zaman rezim Nazi Jerman antara 1933 dan 1945.

Bagi pemimpin anti-Semit Nazi Adolf Hitler, orang Yahudi adalah ras yang lebih rendah, ancaman asing bagi kemurnian ras dan komunitas Jerman.

Setelah bertahun-tahun pemerintahan Nazi di Jerman, di mana orang-orang Yahudi secara konsisten dianiaya, "solusi terakhir" Hitler, sekarang dikenal sebagai Holocaust.

Holocaust menjadi hasil genosida di bawah kedok Perang Dunia II, dengan pusat pembantaian massal dibangun di kamp konsentrasi di Polandia yang diduduki, saat itu.

Sekitar 6 juta orang Yahudi dan sekitar 5 juta dari lainnya, yang menjadi sasaran pembantaian dengan alasan ras, politik, ideologis dan perilaku, tewas dalam Holocaust.

Lebih dari satu juta orang yang tewas adalah anak-anak.

https://www.kompas.com/global/read/2020/09/18/180820370/survei-kata-generasi-milenial-dan-gen-z-soal-holocaust

Terkini Lainnya

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

Global
PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

Global
Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Global
13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

Global
Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Global
Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Global
Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Global
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Global
2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

Global
AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

Global
Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Global
Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Global
China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke