Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

'PM Modi, Mohon agar Laki-laki Didorong Berbagi Pekerjaan Rumah Tangga!'

KOMPAS.com - Urusan siapa yang mengerjakan pekerjaan rumah tangga selama karantina akibat Covid-19 di India menjadi urusan politik, tulis Geeta Pandey, wartawan BBC di Delhi.

Tak banyak rumah tangga di India yang dilengkapi perangkat elektronik seperti mesin cuci piring, mesin cuci atau penyedot debu.

Keluarga kelas menengah biasanya mempekerjakan pembantu rumah tangga untuk membantu, termasuk mengasuh anak. Namun banyak dari pekerja domestik ini tak bisa masuk kerja lantaran karantina.

Yang terjadi adalah perselisihan dan perkelahian, bahkan muncul petisi daring yang meminta Perdana Menteri Narendra Modi untuk campur tangan.

Tertulis, "Apakah di gagang sapu tertulis: 'hanya untuk dioperasikan oleh perempuan?'" dalam petisi yang diterbitkan di change.org.

Penulis petisi tersebut adalah Subarna Ghosh. Ia kewalahan dengan tugas memasak, bebersih dan mencuci sembari bekerja dari rumah.

Ia meminta kepada perdana menteri untuk "menyatakan masalah ini dalam pidatonya untuk mendorong pria India berbagi pekerjaan rumah tangga secara imbang".

"Ini pertanyaan mendasar, kenapa orang tak membicarakannya," tulisnya.

Petisi ini berhasil mendapat 70.000 tanda tangan, yang mencerminkan skala ketimpangan gender di India.

Menurut Organisasi Buruh Dunia (ILO) dalam tahun 2018, perempuan di perkotaan India menghabiskan 312 menit sehari melakukan kerja domestik yang tak dibayar. Sementara itu pria menghabiskan 29 menit.

Di pedesaan, perempuan menghabiskan 291 menit, sementara pria 32 menit.

Suami 'bukan tipe yang membantu pekerjaan rumah tangga'

Subarna Ghosh yang tinggal di Mumbai menghadapi masalah serupa. Menurutnya, petisi itu dibuat berdasarkan "pengalaman saya dan perempuan di sekitar saya," katanya.

Beban pekerjaan rumah tangga selalu di perempuan. "Saya masak, bebersih, membereskan tempat tidur, mencuci, melipat pakaian, semuanya!"

Suaminya yang bekerja sebagai bankir "bukan tipe laki-laki yang membantu pekerjaan rumah tangga," katanya.

Anaknya yang remaja terkadang membantu.

Subarna Ghosh, yang menjalankan kegiatan amal di bidang keadilan reproduksi, mengatakan bahwa ia diharapkan untuk mengurangi kerja di masa karantina.

"Pekerjaan saya berantakan, setidaknya di bulan April, bulan pertama karantina. Saya selalu capai setiap hari. Dinamika keluarga berubah. Saya mengeluh terus."

Tiga hari pertama bulan Mei, Subarna Ghosh tak mencuci piring dan tak melipat pakaian.

"Piring kotor bertumpuk, dan tumpukan pakaian makin hari makin tinggi," katanya.

Suami dan anak-anaknya sadar bahwa Subarna marah, dan mereka mulai membantu.

"Suamiku mulai membantu. Ia mengerti saya sangat terpengaruh oleh hal ini," katanya.

"Namun pria India juga korban dan budaya dan masyarakat ini. Mereka tak terlatih mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Mereka butuh membantu".

Suami mau bantu tetapi tak demikian jika orang tua berkunjung

Karena di India, sebagaimana di masyarakat patriarkal lain, perempuan diasuh untuk menjadi pengurus rumah tangga.

Mengerjakan pekerjaan rumah tangga dianggap normal bagi mereka. Jika perempuan bekerja, maka dianggap otomatis ia akan mendapat 'tugas ganda'.

"Ketika kecil, saya selalu bertugas membantu ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga," tulis, Pallavi Sareen, seorang perempuan India.

"Abangku bahkan tak pernah menyiapkan makan siangnya sendiri," katanya.

Mereka yang menjawab bahwa keluarga mereka netral gender, biasanya pernah tinggal di luar negeri atau menikahi pria yang pernah tinggal di Barat. Tidak dengan mereka yang tak pernah ke luar negeri.

"Pekerjaan rumah tangga dianggap pekerjaan perempuan," tulis Upasana Bhat.

"Bahkan ketika pria menawarkan untuk membantu, berapa banyak yang melakukannya terutama ketika mereka tinggal dengan mertua. Itu akan dianggap progresif. Saya kenal pria yang mau membantu, tapi tak bisa melakukannya ketika orang tua mereka berkunjung."

Menurut laporan Oxfam, perempuan dan anak-anak perempuan di India mengerjakan total tiga miliar jam dalam sehari pekerjaan rumah tangga tanpa mendapat bayaran. Jika jam ini dihitung secara moneter, maka akan menambah triliunan rupee kepada produk domestik bruto (GDP) India.

Kenyataannya, pekerjaan rumah tangga tak dihitung. Itu dianggap pekerjaan perempuan yang didasari oleh cinta.

Subarna Ghosh berpikir berbeda. Ia melihat ibu dan bibinya mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga. "Saya tak ingin seperti itu."

Ketika menikah, persoalan ini tersembunyi di balik ketersediaan asisten rumah tangga.

"Pekerja domestik membantu menjaga kedamaian di rumah kami," katanya. "Pekerjaan rumah tangga dibereskan dan semua tampak damai".

Namun karantina membuat keluarganya berhadapan dengan pekerjaan domestik dan ketimpangan yang disembunyikan di bawah karpet.

Maka itu ia menulis petisi kepada Perdana Menteri Modi.

Perempuan yang tinggal di sekitar Subarna Ghosh menghadapi rasa frustrasi yang sama, tetapi beranggapan suami mereka tak mungkin membantu.

Malahan banyak yang memuji suami mereka yang santai, "Suamiku sangat baik, tak pernah mengeluh apapun yang kumasak untuk mereka," begitu kata Subarna mengutip tetangganya.

Masalah ini sulit dikonfrontasi karena sumbernya dekat dengan orang yang dicintai, kata Subarna Ghosh lagi.

"Ketika yang melakukan adalah ayah, abang atau suamimu, bagaimana caranya menggugat mereka? Namun hal pribadi juga politis, maka kita perlu membicarakannya. Namun di saat yang sama, saya juga harus berperan sebagai istri yang baik."

Ketika ia berkata akan membuat petisi itu, suaminya 'sangat mendukung'.

"Teman-teman suamiku meledek. Kenapa Anda tak bantu saja istrimu, lihat sekarang dia bikin petisi untuk Modi," kata Subarna.

"Ia menjawab, karena pria lebih mendengarkan Modi daripada istri-istri mereka," katanya.

https://www.kompas.com/global/read/2020/07/23/145653970/pm-modi-mohon-agar-laki-laki-didorong-berbagi-pekerjaan-rumah-tangga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke