Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Impian Para Penambang Batu Giok Myanmar yang Lenyap karena Longsor

Mereka sampai di lereng bukit, dan siap menggali demi mendapatkan sebongkah batu mulia yang akan memberikan kemakmuran bagi mereka.

Tetapi, hanya tiga yang kembali, dengan lainnya menjadi korban ketika tambang longsor karena hujan lebat dan mengubur setidaknya 174 orang.

Salah satu dari penambang yang selamat adalah Sai Ko (22), di mana dia lolos dari lumpur dan mesin pengering batu karena berpegangan pada jenazah temannya.

Temannya, Zaw Lwin (29) dan adiknya, San Lwin, secara ajaib "dimuntahkan" oleh aliran lumpur, di mana mereka selamat dalam keadaan telanjang.

Namun nasib bagus tidak menimpa dua rekan mereka yang lain, Than Niang dan Thet Shin, yang tewas dalam insiden di Negara Bagian Kachin itu.

Than dikremasi pada Sabtu (4/7/2020), dengan Thet diasumsikan tewas karena jenazahnya tak ditemukan bersama sejumlah korban lain di tambang Hwekha.

"Kami mempunyai banyak impian untuk membantu keluarga kami. Tapi ini tak sepadan. Saya tak akan kembali lagi," ucap Sai Ko.

Tepi bukit tempat di mana teman-temannya terkubur itu menyimpan batu giok, batu mulia yang berlokasi di perbatasan dengan China.

Dilansir AFP Minggu (5/7/2020), industri bernilai miliaran dollar tersebut didominasi perusahaan yang ada hubungannya dengan militer Myanmar.

Bagi migran di seantero negeri, yang rela menempuh perhalanan hingga ratusan kilometer ke Hpakant, mendapat batu mahal itu sangatlah susah.

Sai mengungkapkan, mereka pernah berburu hingga 10 hari hanya mendapatkan potongan kecil bernilai antara 7 dollar AS (Rp 101.941) hingga 14 dollar AS (Rp 203.883).

"Baru jika kami mendapatkan batu yang berukuran besar, mereka (perusahaan tambang) bersedia untuk menerimanya," ucap si penambang.

Sembari membersihkan kotoran di wajah suaminya, istri Sai Ko, Pan Ei Phyu mengatakan mereka akan segera pulang ke Mandalay.

"Saya tidak ingin dia menggali batu itu sepanjang hidupnya. Saya hanya ingin keluarga kami bisa bersatu," jelas sang istri.

"Perjalanan terakhir"

Temannya, Zaw Lwin, menuturkan bahwa mereka berlima, yang menuturnya adalah tim kuat, sampai 30 menit lebih awal untuk mendapatkan tempat menggali terbaik.

Tetapi, para penggali pertama ini justru menjadi korban ketika tambang longsor. "Kami bahkan belum mulai menggali ketika dihantam air," ungkapnya.

Zaw mengaku semuanya terjadi begitu cepat. Pakaiannya robek dan tubuhnya dihantam batu. Dia bahkan sempat tenggelam dalam lautan lumpur.

Ketika kelelahan mendera, Zaw mengisahkan langsung merapalkan mantra Buddha di mana dia sudah siap menyambut akhir hidupnya.

Tetapi, keajaiban terjadi. Dia kemudian tersapu ke tepi. "Saya tidak tahu bagaimana bisa selamat. Saya kembali dari kematian," kata dia.

Zaw berujar, dia tidak akan kembali ke tambang. Melainkan bekerja di tempat pembuangan limbah perusahaan tambang di atas bukit.

Beberapa hari setelah tragedi yang merenggut lebih dari 100 korban tewas terkonfirmasi, Saw Lwin menegaskan masih ingin bebas dari kemiskinan.

"Suatu hari, jika saya mendapatkan batu yang cukup besar, saya akan menjadi Lawpan (bos para penambang). Saya ingin tinggal di rumah layak," tegasnya.

Tambang Hwekha itu kini menjadi kuburan bagi sejumlah orang yang sebagian merupakan pekerja muda, yang keluarganya jelas tak akan tahu keberadaan mereka.

Puluhan jenazah yang tidak diketahui identitasntya tersebut dikubur secara massal dalam kuburan yang digali ke lapisan tanah merah, tanda bahwa mereka jauh dari rumah.

Istri Than Niang mengatakan, dia harus memeriksa setidaknya 60 jenazah sebelum menemukan suaminya, kisah pilu dari upaya pencarian giok.

"Seluruh dunia saya menjadi hancur. Padahal kami akan segera mempunyai anak. Suatu hari, saya akan menunjukkan perjalanan terakhir ayahnya," isaknya.

https://www.kompas.com/global/read/2020/07/05/153755770/impian-para-penambang-batu-giok-myanmar-yang-lenyap-karena-longsor

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke