Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sengketa Bendungan GERD di Sungai Nil, Ethiopia Yakin Tak Rugikan Siapa Pun

Bangunan yang membendung sebagian Sungai Nil ini disengketakan oleh 3 negara sekaligus, yakni Ethiopia, Mesir, dan Sudan.

Duta Besa Ethiopia untuk Indonesia Admasu Tsegaye Agidew memaparkan penjelasannya terkait polemik ini, saat dihubungi Kompas.com via konferensi video pada Jumat (3/7/2020).

Admasu menerangkan, Ethiopia yang berpopulasi 110 juta jiwa, lebih dari setengahnya belum menikmati aliran listrik.

"Selama ini mereka memakai kayu bakar sebagai pengganti listrik," terang Dubes Admasu kepada Kompas.com.

Kemudian dalam slide presentasinya Kedubes Ethiopia di Jakarta menuliskan, penggunaan bahan bakar biomassa untuk memasak dan pemanas menciptakan masalah kesehatan dan lingkungan.

Admasu lalu membandingkan situasinya dengan Mesir. Negara tetangga Ethiopia itu semua wilayahnya sudah dialiri listrik.

Berdasarkan kesepakatan pada 1929 dan 1959 yang diteken antara Britania Raya sebagai kekuatan kolonial dan negara-negara di lembah Sungai Nil, Mesir berhak mendapatkan 55,5 miliar cm kubik air dari salah satu sungai terpanjang di dunia tersebut.

Sementara itu Sudan mendapat bagian 18,5 miliar cm kubik, sedangkan Ethiopia tidak kebagian satu cm kubik pun.

"Keadaan yang tidak adil ini tidak dapat dilanjutkan," tulis Kedubes Ethiopia.

Ethiopia, Kenya, Uganda, Rwanda, dan Tanzania adalah 5 negara pertama yang meneken perjanjian itu, lalu disusul Burundi pada 2011.

Sungai Nil sendiri mengaliri 11 negara di Afrika, yakni Mesir, Ethiopia, Sudan, Uganda, Kenya, Tanzania, Burundi, Rwanda, Republik Demokratik Kongo, Eritrea, dan Sudan Selatan.

Bendungan GERD sudah dibangun sejak 2011, dan Dubes Admasu mengklaim bangunan pengendali air ini aman digunakan.

Dubes Admasu menerangkan, Bendungan GERD dapat menghasilkan 6.450 megawatt dan menampung 74 juta cm kubik air.

Nantinya, Bendungan GERD akan menjadi PLTA terbesar di Afrika dan salah satu yang terbesar di dunia.

"GERD tidak mengonsumsi banyak air, (sehingga) tidak membahayakan negara-negara hilir, tidak ada deforestasi," terang Dubes Admasu.

Lebih lanjut ia menerangkan, manfaat lain dari GERD adalah meningkatkan irigasi, memperbanyak cadangan air, bahkan juga turut meningkatkan daya listrik di Sudan dan Mesir.

"Bendungan ini tidak hanya membangkitkan listrik untuk Ethiopia tapi juga seluruh wilayah," imbuhnya.

Khusus soal cadangan air, Ethiopia dinilai bakal sangat terbantu dengan adanya Bendungan GERD.

Sebagai negara yang terkurung di tengah daratan, Ethiopia tidak punya akses ke air laut.

Saat musim hujan negara yang beribu kota di Addis Ababa itu dapat menampung 456,6 miliar centimeter kubik air, tetapi kehilangan 443,3 miliar cm kubik mengalir ke Sungai Nil atau menguap.

Pengisian waduk dari Bendungan GERD rencananya dilakukan bulan ini.

https://www.kompas.com/global/read/2020/07/03/163329470/sengketa-bendungan-gerd-di-sungai-nil-ethiopia-yakin-tak-rugikan-siapa

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke