Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Bentrok Tentara India Vs China Pakai Batu, Bukan Senjata?

Meski tanpa senjata, bentrokan tentara tetap memakan korban, paling sedikitnya 20 orang dilaporkan tewas.

Tentara dari kedua belah pihak yang menjaga perbatasan pernah terlibat dalam konflik perbatasan sebelumnya, namun korban yang tewas minggu lalu merupakan korban fatal pertama sejak tahun 1967.

Kedua negara China dan India sebenarnya sama-sama memiliki senjata nuklir dan sudah lama keduanya terlibat sengketa soal dimana tepatnya garis perbatasan kedua negara di pegunungan Himalaya.

Apa yang sebenarnya terjadi?

Ladakh, lokasi konflik terjadi berada di kawasan Kashmir, daerah yang menjadi rebutan sejak pemisahan kawasan India di tahun 1947 oleh Inggris dalam peristiwa yang dikenal sebagai "Partition".

Ada tiga negara penguasa wilayah ini dan semuanya diketahui memiliki senjata nuklir: India, China dan Pakistan.

India dan Pakistan sudah berulang kali terlibat konflik berkenaan dengan Kashmir.

Namun terakhir China dan India terlibat konflik di wilayah ini adalah sekitar 60 tahun lalu, yang diakhiri dengan gencatan senjata di tahun 1962.

Tidak ada batas jelas yang disepakati oleh kedua negara di sepanjang pegunungan Himalaya tersebut, hanya ada kesepakatan tidak mengikat mengenai perbatasan sepanjang 3.380 km yang dikenal dengan nama Garis Kontrol Aktual (LAC).

Pembicaraan kedua negara selama 30 tahun gagal mencapai kesepakatan mengenai garis perbatasan, malah timbul rasa saling curiga yang kadang menyebabkan bentrokan.

Associate Profesor Jian Zhang, pakar kebijakan China di UNSW Canberra mengatakan kepada ABC bahwa konflik tersebut "sudah mencapai tahap serius".

Mengapa menggunakan batu, bukannya senjata?

Pada 1996, India dan China menandatangani perjanjian damai LAC, yang menyebutkan "kedua belah pihak tidak akan menggunakan kekuatan miiliter" dalam konflik perbatasan.

Sesuai dengan kesepakatan, para pakar mengatakan tentara dari kedua negara kemudian menggunakan senjata lain termasuk tangan, batu, kayu yang dipasang paku atau kawat berduri.

Dalam bentrokan yang terjadi hari Selasa, militer India mengatakan 20 tentaranya tewas dan 17 mengalami luka berat.

"Mereka menyerang dengan batangan besi, perwira komandan mengalami cedera serius dan jatuh, dan ketika terjadi, lebih banyak tentara tiba di lokasi kejadian dan diserang dengan batu," kata sumber pemerintah India kepada Reuters.

Dr Zhang mengatakan penggunaan senjata non-militer menggambarkan keinginan kedua pihak guna "menghindari kemungkinan situasi di sana berkembang menjadi konflik militer"'.

Walau pejabat China tidak menjelaskan apakah ada korban di pihak mereka, editor tabloid milik pemerintah The Global Times lewat Twitter-nya mengatakan tentara mereka juga tewas dalam bentrokan tersebut.

Mengapa mereka terlibat bentrokan?

Pada dasarnya, kawasan di sepanjang LAC masih dianggap sebagai bagian dari masing-masing negara India dan China.

Tidak ada tanda perbatasan yang jelas dan dengan adanya sungai, danau dan pengununggan membuat garis perbatasan bisa berubah.

Pakar mengenai China, Srikanth Kondapalli, profesor di Jawaharlal Nehru University di New Delhi mengatakan kepada ABC jika China dan India masing-masing memiliki pendapatnya sendiri mengenai garis perbatasan.

"Karena memang garis LAC yang tidak jelas, maka masalah timbul mengenai perlintasan perbatasan," katanya.

Profesor Kondapalli menerangkan, dengan jumlah pelanggaran yang terus meningkat menunjukkan kedua pihak ingin menguasai sebanyak mungkin wilayah.

"Semua ingin menguasai dan situasi ini belum terselesaikan dan itulah yang terjadi sekarang," kata dia.

Apa yang menyebabkan bentrokan terbaru?

Guna memperkuat kehadiran militer dalam beberapa tahun terakhir, kedua belah pihak mulai membangun infrastruktur di daerah perbatasan.

China dan India terlibat dalam ketegangan militer di tahun 2017, ketika India menuduh China membangun jalan di kawasan yang disengketakan.

Namun kali ini keadaannya terbalik.

India menyelesaikan pembangunan jalan ke sebuah landasan udara di Galwan Oktober lalu dan keputusan New Delhi membangun infrastruktur di kawasan itu membuat Beijing marah.

Pembangunan jalan tersebut dalam pandangan Beijing bisa memperkuat kemampuan militer India bila terjadi konflik.

Awal Mei, ratusan tentara saling berhadapan di tiga lokasi dengan kedua belah pihak saling menuduh melakukan pelanggaran.

"Menurut sumber India, bentrokan dimulai dalam pertemuan yang dihadiri oleh tentara kedua belah pihak yang bertemu untuk mencari upaya mengurangi ketegangan," kata Meera Ashar, direktur Institut Penelitian Asia Selatan di Australian National University kepada ABC.

"Dalam pernyataan yang dikeluarkan pejabat China, mereka menuduh bentrokan terjadi karena militer India melewat garis perbatasan LAC."

"Kedua pernyataan ini ada benarnya. Tentara India melewati garis perbatasan guna menghadiri pembicaraan yang berakhir tidak sesuai perkiraan," jelas Ashar.

Bagaimana keadaan medan konflik saat ini?

Militer India mengatakan tentara mereka berada di kawasan pegunungan tinggi dengan suhu di bawah nol derajat Celcius.

"Konflik terjadi di Lembah Galwan," kata Dr Zhang.

"Kawasan ini tidak cocok untuk dihuni manusia dalam jangka panjang, namun karena adanya pembangunan ekonomi dari kedua pihak dalam beberapa tahun terakhir, berbagai fasilitas mulai dibangun.

"Jadi bisa dikatakan kedua belah pihak sekarang memiliki kapasitas yang lebih besar dan berniat membangun berbagai infrastruktur lagi di sana."

Dr Zhang mengatakan kedua negara China dan India harus mencapai pemahaman yang sama, selain menghentikan semua kegiatan yang bisa dilihat sebagai usaha mengubah keadaan sekarang di daerah perbatasan, termasuk pembangunan infrastruktur.

"Karena kawasan perbatasan di garis LAC tidak jelas, kemungkinan lain untuk dipertimbangkan adalah membuat daerah penyangga, sekitar 10 kilometer dari masing-masing garis perbatasan dan personel militer tidak bisa terlibat," katanya.

https://www.kompas.com/global/read/2020/06/18/201419870/mengapa-bentrok-tentara-india-vs-china-pakai-batu-bukan-senjata

Terkini Lainnya

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

Global
PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

Global
Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Global
13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

Global
Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Global
Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Global
Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Global
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Global
2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

Global
AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

Global
Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Global
Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Global
China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke