Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Siap Bekerja Lagi, PM Inggris Boris Johnson Langsung Hadapi Tugas Berat

PM berusia 55 tahun itu kondisinya terus membaik usai sempat terinfeksi Covid-19, dan kini terus menjalani pemulihan diri di rumah dinasnya sejak keluar dari rumah sakit pada 12 April.

Tanda-tanda Johnson segera kembali ke Downing Street terlihat setelah para pejabat mengatakan dia telah berbicara dengan Ratu Elizabeth II dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

The Daily Telegraph bekas kantor Johnson memperkirakan PM Inggris bisa kembali ke mejanya pada Senin (27/4/2020), dan mengadakan pertemuan pengarakan dengan masing-masing menteri kabinet.

Namun Sekretaris Kesehatan Matt Hancock lebih berhati-hati, meski ada kemajuan dari kondisi perdana menteri.

"Saya berbicara dengannya kemarin, dia bahagia, dan dia bersemangat dan dia sedang dalam kemajuan besar," katanya dikutip dari AFP Jumat (24/4/2020).

"Kapan tepatnya ia kembali tergantung dari dirinya dan para dokternya."

Tumbuh kritik

Menteri Luar Negeri Dominic Raab yang menggantikan tugas Johnson sejak 6 April, telah memimpin rapat kabinet tentang strategi politik memerangi Covid-19 di Inggris.

Namun walau dirinya yang bertugas, Raab sebagai "menteri pertama negara" akan membutuhkan persetujuan kabinet secara keseluruhan untuk mengambil keputusan besar, seperti melonggarkan lockdown Inggris.

Pada kenyataannya, Raab bersama menteri senior Michael Gove dan Menteri Kesehatan Matt Hancock sebagian besar berbagi kepemimpinan karena ketidakhadiran Johnson, yang diiringi dengan puncak angka kematian serta jumlah kasus corona di Inggris.

Inggris kini menjadi salah satu negara paling terdampak oleh virus corona di dunia, dengan ratusan kematian dilaporkan setiap hari.

Jumlah kematian sebenarnya bisa lebih tinggi jika korban meninggal di luar rumah sakit dihitung, terutama di panti jompo.

Ketika Johnson absen, para menteri senior mendapat kritikan tajam terkait kurangnya Alat Pelindung Diri (APD) dan kurangnya pengujian Covid-19.

"Pemerintah belum gesit seperti seharusnya," kata Chaand Nagpaul, ketua dewan Asosiasi Medis Inggris (BMA) kepada televsi Sky News sebagaimana dikutip AFP.

"Ini sangat melelahkan secara emosional dam itu menunjukkan peningkatan korban pada tenaga kesehatan."

Johnson banyak mendapat dukungan selama sakitnya, tetapi simpati dapat berkurang jika masalah pengadaan APD dan kurangnya tes virus corona belum terselesaikan.

Kebijakannya saat awal wabah Covid-19 di Inggris mendapat kritikan keras pekan lalu, akibat menunda aturan-aturan ketat seperti yang diterapkan negara-negara Eropa lainnya.

Pemimpin oposisi utama Partai Buruh Keir Starmer menuduh pemerintah "lambat melakukan lockdown, lambat melakukan pengujian, lambat menyediakan APD."

Saat kembali bertugas nanti, eks Wali Kota London itu juga diharapkan bisa menjelaskan bagaimana Inggris tetap berjalan sambil mengendalikan penyebaran Covid-19.

Resesi mendalam

Ada tuntutan yang meningkat tentang strategi keluar dari lockdown Inggris saat ini, yang pertama kali diberlakukan pada 23 Maret, dan diperpanjang pada 16 April, lalu akan ditinjau lagi pada 7 Mei.

Para menteri sejauh ini menolak secara terbuka untuk berspekulasi kapan pembatasan akan dicabut, mengatakan bahwa para ahli tidak yakin Inggris sudah berada di puncak wabah.

Namun ada seruan untuk memberi kejelasan lebih lanjut, termasuk dari dalam Partai Konservatif Johnson yang berkuasa, karena konsekuensi ekonomi dari wabah itu menjadi lebih jelas.

Bank of England pada Kamis (23/4/2020) memperingatkan bahwa Inggris menghadapi resesi terburuk dalam "beberapa abad".

Menteri Pertama Skotlandia Nicola Sturgeon mengungkapkan akan melakukan perjudian, dengan kemungkinan membuka kembali sekolah dan bisnis secara bertahap.

Menteri Pertama Irlandia Utara Arlene Foster juga menyarankan dia dapat mencabut pembatasan sebelum Inggris.

https://www.kompas.com/global/read/2020/04/25/113220270/siap-bekerja-lagi-pm-inggris-boris-johnson-langsung-hadapi-tugas-berat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke