Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cerita Bisnis Merek Cokelat Indonesia, Kerja Sama dengan Petani Lokal hingga Ekspor ke Jepang

KOMPAS.com - Soal kualitas cokelat, Indonesia boleh diadu. Negeri ini nyatanya menduduki peringkat 10 besar produsen kakao terbesar di dunia selama bertahun-tahun.

Sayangnya, tidak banyak yang memproduksi cokelat lokal dari bean to bar sehingga cita rasa cokelat asli Indonesia pun kurang familiar.

Satu dari banyak pebisnis makanan, Tissa Aunilla, Co-Founder Pipiltin Cocoa, mencoba peruntungan mengolah biji kakao Indonesia menjadi sajian cokelat yang nikmat, sejak belasan tahun lalu.

"Saya suka banget bikin kue cokelat dan waktu itu dapat cokelat Swiss dari teman chef. Pas mau cokelat Swiss lagi, susah dan ternyata cokelatnya berasal dari Jember," ungkap Tissa saat ditemui Kompas.com di Pipiltin Cocoa Plaza Senayan, Kamis (29/2/2024).

Sejak itu, Tissa mulai mengubah ruang tamu di rumahnya menjadi chocolate room. Membeli meja marble dan memasang AC demi menjaga tekstur cokelat yang diolahnya.

"Hotel-hotel bintang lima pakai cokelat Perancis, padahal cokelat kita juga sama kayak mereka, persis sama, cuma ya mereknya Indonesia," ungkap Tissa.

"Sayang banget ya kalau kita enggak bisa kenalin cokelat di negara sendiri. Akhirnya, kami berani untuk create the market khusus cokelat premium Indonesia," tambahnya.

Dessert dari cokelat Indonesia

Berawal dengan kecintaannya pada kue cokelat, dibekali beberapa kursus cokelat di Jakarta, bahkan mengambil sertifikasi Master Chocolatiers di Swiss, Tissa kian mantap mengenalkan cokelat Indonesia ke dunia.

Jarak dua tahun sejak segala macam kursus cokelat ia ambil, Pipiltin Cocoa akhirnya berdiri pada 2013. Tissa pertama kali mengenalkan olahan cokelat Indonesia dalam bentuk dessert.

Waktu itu, kami kerja sama dengan chef hotel bintang lima. Bikin puluhan menu dessert yang dalam satu piring ada 18-20 komponen," kata Tissa. Cokelat pertama yang digunakannya pertama kali berasal dari Bali dan Aceh.

Berbagai respons pelanggan pun diterimanya, seperti Pipiltin yang dikira merek luar negeri karena namanya, hingga cita rasa cokelat asli Indonesia yang masih asing.

"'Kok cokelatnya aneh rasanya?' Karena sudah biasa dengan palet cokelat manis kan. Kami akhirnya mulai menjelaskan asal cokelat ini dari berbagai daerah," kata Tissa.

  • Pahit-Manis Aneka Olahan Cokelat khas Indonesia di Plaza Senayan
  • Keunggulan Cokelat Indonesia dibanding Luar Negeri, Apa Saja?
  • Resep Bolu Gulung Cokelat, Kreasi Kue untuk Santapan Akhir Pekan

Berhasil dengan pengenalan cokelatnya melalui dessert, Pipiltin Cocoa kemudian mengenalkan produk chocolate bar yang sampai saat ini menjadi andalan. 


Kakao fermentasi dari petani lokal

Cokelat yang digunakan tidak sembarangan. Tissa memilih jenis kakao fermentasi berkualitas tinggi.

Ia menjelaskan, grade kakao yang digunakannya selalu AA atau A, menunjukkan tingkat tertinggi kualitas kakao.

Kini, Pipiltin Cocoa menggunakan cokelat dari enam daerah di Indonesia, yakni Aceh, Jawa Timur, Bali, Flores, Kalimantan, hingga Papua.

"Cokelat dari setiap daerah punya rasa yang berbeda. Kalau enggak difermentasi dan grade-nya jelek, sama semua rasanya. Itu unique selling point kami," ungkap Tissa.

Pipiltin Cocoa mendapat biji kakao dari koperasi petani lokal. Biji kakao sudah difermentasi di koperasi tersebut, sebelum diolah di pabrik Pipiltin.

"Kami membelinya dalam bentuk beans mentah, dikemas dalam karung-karung begitu," ujar dia.

Meski demikian, Tissa mengatakan, ia tidak ingin melabeli Pipiltin Cocoa sebagai cokelat mahal yang sulit dibeli banyak orang.

"Cokelatnya memang harganya enggak murah, bukan mau sok premium, tetapi karena grade kakaonya tinggi," terang dia.

Produk Pipiltin Cocoa dijual mulai Rp 22.000 untuk chocolate bar dan mulai Rp 35.000 untuk dessert. 

Ekspor ke Jepang

Belum lama ini, Pipiltin Cocoa memiliki pabrik pengolahan biji kakao skala medium di kawasan Bogor, Jawa Barat.

"Tahun ke sembilan, akhirnya ada pabrik. Dulu sudah ada, tetapi pabriknya skala kecil dan sekarang mulai ada peningkatan," kata Tissa.

Celah lain pun dilihatnya. Tissa mulai menyuplai cokelat ke kedai kopi. Menurutnya, minuman cokelat paling diminati setelah kopi.

Pipiltin Cocoa juga hadir di supermarket. Berjejer bersama merek cokelat lain dari berbagai negara.

Bahkan, merek cokelat lokal ini diminati di Jepang. Ekspor cokelat Indonesia dari Pipiltin Cocoa, sudah dimulai sejak tujuh tahun silam.

Tissa mengatakan, Jepang memiliki target pasar cokelat yang cukup besar dibanding negara-negara lain. Hal itu terlihat dari antrean toko cokelat yang tak pernah sepi saat Hari Valentin dan White Day di Jepang.

"Rasa cokelat kita itu kaya banget. Itu yang bikin cokelat Indonesia bisa dijual di Jepang karena ada cerita lain," kata Tissa.

Misalnya, cerita menarik dari para petani yang dikagumi masyarakat Jepang, hingga fakta bahwa rasa cokelat Indonesia yang paling beragam daripada negara-negara lain di dunia.

"Pas mereka coba cokelat Flores, kaget karena rasanya. Cokelat Flores itu unik, ada rempahnya dan tidak semua orang suka," ucap Tissa.

  • Indonesia Turun ke Peringkat 6 Penghasil Kakao Terbesar Dunia, Mengapa?
  • Rendahnya Konsumsi Kakao Indonesia dan Upaya Meningkatkannya
  • Mengapa Indonesia Masih Impor Kakao?

Tissa menuturkan, cokelat yang paling disukai masyarakat jepang adalah cokelat asal Flores dan Jawa Timur.

Meski demikian, dirinya mengakui bahwa persaingan jualan cokelat di Jepang tidak semudah yang dibayangkan.

Sejauh ini, Pipiltin Cocoa menyuplai cokelat Indonesia ke pastry shop, kafe, dan toko-toko kecil di Jepang.

https://www.kompas.com/food/read/2024/03/05/203100775/cerita-bisnis-merek-cokelat-indonesia-kerja-sama-dengan-petani-lokal-hingga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke