Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Masakan Tradisional Indonesia Terancam Punah, Mengapa?

KOMPAS.com - Makanan pada dasarnya bukan hanya sebagai kebutuhan pokok hidup manusia, lebih dari itu, makanan memiliki peran mencerminkan identitas dan budaya.

Maka dari itu, jika seseorang hendak mengenal budaya suatu daerah, mereka dapat merasakan makanan tradisional yang ada di daerah tersebut.

Namun sayangnya, saat ini resep makanan tradisional di berbagai daerah di Indonesia terancam punah.

Fakta ini ditemui oleh tim Pusaka Rasa Nusantara saat melakukan penelitian mendalam seputar resep masakan tradisional ke berbagai daerah di pelosok Indonesia. Mengapa bisa terjadi?

  • Rangkaian Festival Merayakan Gastronomi Indonesia, Ini Jadwalnya
  • Festival Merayakan Gastronomi Indonesia Digelar Mulai 2-11 Februari 2024

Minimnya regenerasi pemasak makanan tradisional

Ketua Tim Pusaka Rasa Nusantara, Mei Batubara menjelaskan, salah satu alasan masakan tradisional Indonenesia mulai terancam punah yaitu karena minimnya regenerasi yang dapat masak makanan tradisional.

"Saat berkunjung langsung ke daerah, kebanyakan yang  bisa membuat masakan tradisional di daerah tersebut adalah kalangan lanjut usia," kata Mei saat ditemui di Taman Ismail Marzuki dalam acara pembukaan festival Merayakan Gastronomi Indonesia, Jumat (2/2/2024).

Mei melanjutkan, minimnya literasi kalangan lanjut usia untuk meneruskan resep tradisional, ditambah kurangnya minat anak muda akan makanan tradisional membuat makanan tradisional jadi kian langka bahkan punah. 

Sumber daya alam semakin terbatas

Kata Mei, alam dan resep masakan tradisional Indonesia punya korelasi yang sangat erat. 

"Masyarakat di daerah, seperti di Papua, mereka melihat alam sebagai pasar, jadi mereka menjaga hutan karena sumber pangan," kata Mei.

Sementara bagi masyarakat yang merasa tidak dekat dengan alam, lanjutnya, cenderung merasa tidak perlu menjaga alam. Alhasil setiap tindakan yang dikerjakan kerap tidak mempertimbangkan dampaknya terhadap alam.

"Masyarakat di daerah menceritakan bahwa dulu mereka bisa mendapatkan banyak ikan dengan mudah di sungai, tetapi sekarang sudah tidak begitu," ujarnya.

Hal serupa ia temui ketika menelusuri resep rendang yang menggunakan 120 daun di Sumatera Barat. Saat ini, kata Mei, daun yang digunakan hanya tinggal 55 jenis.

Alasannya, lanjut Mei, masyarakat di sana kesulitan untuk menemukan daun-daun yan dibutuhkan di pasaran. Sementara itu, hutan tempat tumbuhnya daun tersebut lokasinya cukup jauh.


Solusi mengembalikan resep makanan tradisional

Guna menghindari masakan tradisional kian punah terkikis zaman, Mei menilai tradisi atau budaya di suatu daerah punya peran penting demi kelestarian resep masakan tradisional.

Setiap daerah tentu punya tradisi makan bersama, seperti Megibung di Bali, Bancakan di Banten, Bajamba di Sumatera Barat, dan Saprahan di Pontianak.

Makanan yang disajikan pada setiap tradisi tersebut tentu dimasak menggukan cara tradisional. Apabila tradisi tersebut terus dilestarikan, maka  masakan tradisional akan tetap ada karena mengalami regenerasi.

  • 6 Aspek dalam Gastronomi Indonesia, dari Sejarah sampai Etika Makan
  • Gastronomi Salatiga, Sandiaga Bertekad Jadikan Sambal Tumpang Mendunia

Cara lain yang bisa dilakukan yaitu mengistirahatkan alam  sejenak supaya bisa kembali tumbuh dan menghasilkan bahan pangan.

"Di Papua, khususnya di Raja Ampat ada tradisi bernama Sasi. Tradisi ini melarang  untuk mengambil hasil alam di lokasi yang sudah ditentukan, ini waktunya bisa sampai tahunan," kata Mei.

Hukum yang diberlakukan pada pelaksanaan Sasi, kata Mei, yaitu hukum adat. Sehingga apabila ada pelanggaran, maka harus dihukum berdasarkan aturan adat yang berlaku.

"Setelah bumi diistirahatkan karena terlalu dieksploitasi, hasil alam yang didapat oleh masyarakat menjadi berlimpah," tutup Mei.

https://www.kompas.com/food/read/2024/02/05/111744575/masakan-tradisional-indonesia-terancam-punah-mengapa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke