Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cerita Warkop Legendaris di Aceh, Eksis sejak 1974

BANDA ACEH, KOMPAS.com - Banyak hal yang tidak berubah dari warung Kopi Solong sejak berdiri pada 1974.

Jika sempat mampir ke warung kopi legendaris di Ulee Kareng, Banda Aceh ini, lihat saja tampilan interior dan perabotnya yang masih tampak asli. Bahkan, logo warung kopi juga tidak berubah sejak dulu.

"(Logo) memang dipertahankan karena sudah brand-nya. Solong itu ada gambar kopi tiga biji," ujar Nawawi, generasi kedua pemilik Kopi Solong kepada tim Merapah Trans-Sumatra 2022 Kompas.com, sembari menunjuk ke arah logo warung kopinya yang tercetak besar pada dinding.

Nawawi masih ingat betul ketika dirinya saat duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) mulai belajar berjualan kopi dari ayahnya, Muhammad Saman atau Abu Solong, yang mendirikan tempat tersebut.

Pada sekitar tahun 1981 ia mulai mengelola warung kopi yang dulu bernama Kopi Jasa Ayah itu. Rutinitas berlanjut hingga sekitar tahun 1990-an, kepemilikan diserahkan kepadanya.

"Sudah generasi kedua. Diserahkan ke saya, sampai sekarang. Sudah milik saya," tuturnya.

Cikal bakal Kota Seribu Warung Kopi

Aceh sudah sejak dulu terkenal dengan kopinya. Namun, saat itu popularitas Aceh dan kopinya masih sebatas lokal.

"Paling (pengunjung) ada orang Medan, Jakarta sedikit-sedikit. Masih lokal, lah," kata Nawawi.

Kemudian, peristiwa tsunami melanda Aceh pada Desember 2004. Banyak orang berdatangan dari berbagai belahan dunia untuk membantu.

Ulee Kareng menjadi salah satu titik temu sehingga warung-warung kopi di Aceh kian ramai, lalu berangsur semakin berkembang dan dikenal luas.

Sekitar dua tahun setelah peristiwa tsunami, lanjut Nawawi, popularitas warung kopi di Aceh membuat Serambi Mekkah dikenal sebagai Kota Seribu Warung Kopi.

"Terus berkembang, terus berkembang, jadilah Seribu Kedai Kopi di Aceh. Sebelumnya cuma dua-tiga (warung kopi), lah," tuturnya.

Bertahan karena kualitas rasa

Meski warung kopi baru di Aceh terus bermunculan, namun Kopi Solong tetap ada di hati para pencinta kopi.

Kualitas rasa menjadi salah satu kuncinya. Bagi saya yang rutin minum kopi, misalnya, tidak merasa heran jika para konsumen kembali dan kembali lagi ke warung kopi ini.

Sebab, menu kopi hitam yang disajikan punya aroma yang harum serta terasa begitu pekat, namun tanpa ampas. Menghabiskan segelas kopi hitam Kopi Solong benar-benar bikin mata melek dan pikiran segar lagi.

Kita bisa menyantapnya sambil makan kudapan seperti kacang rebus atau pisang goreng.

Saya juga mencoba segelas kopi sanger arabika dan robusta andalan Kopi Solong. Seperti yang diketahui, kopi khas Aceh tersebut disajikan bersama susu kental manis dan sedikit gula.

Meski demikian, perpaduan rasa pahit kopi dan manisnya kental manis serta gula terasa seimbang, bahkan tidak terlalu manis bagi peminum kopi.

Cara seduh tradisional ternyata menjadi kunci pekatnya kopi yang disajikan dan membuatnya hampir tidak memiliki ampas.

Sebelum disajikan, barista menuangkan gelas stainless besar berisi kopi ke dalam saringan besar dan kemudian diangkat setinggi-tingginya hingga mengucur memenuhi gelas. Lalu, segelas kopi siap disajikan.

"Kalau saring biasa kan kopinya enggak ditarik. Kalau ditarik, kopinya jatuh (ke gelas). Itulah yang membuat enak," ucap Nawawi.

Meski mempertahankan banyak hal dari warung kopinya, namun Kopi Solong tetap mengikuti perkembangan dari waktu ke waktu.

Misalnya, warung kopi yang menjual sekitar 1.500 gelas kopi per hari ini menambah menu kopi dingin untuk menjangkau pelanggan usia muda.

"Kebanyakan (anak muda) yang latte. Es," ucapnya.

Apalagi, warung kopi ini juga memiliki bale di halaman belakang yang ukurannya cukup besar dan cocok untuk pelanggan yang hendak berdiam lama.

Harga secangkir kopinya begitu terjangkau, dibanderol mulai Rp 6.000 hingga Rp 20.000.

"Mahasiswa-mahasiswa di sini memecahkan data, bimbingan dosen janjiannya di sini. Sekitar enam-delapan orang bimbingan di sini. Ada juga pertemuan mahasiswa," ucapnya.

Popularitas Kopi Solong terus tersebar dari mulut ke mulut, termasuk kerap didatangi tokoh-tokoh terkenal atau selebritas.

Sebut saja politisi Jusuf Kalla dan Surya Paloh, komedian Tukul dan Dorce, hingga aktris Tamara Bleszinsky pernah singgah di warung kopi tersebut.

Meski begitu, Nawawi tidak pernah secara khusus mempopulerkan warung kopinya. Ia juga bersikap biasa saja ketika ada tokoh-tokoh penting mampir untuk ngopi. Dirinya hanya akan berfoto bersama jika memang diajak untuk berfoto.

"Jadi konsumen saya semuanya di sini sama saja. Kadang ada bintang film datang ke kedai, orang-orang enggak tahu. Pas sudah keluar, "eh itu tadi Tamara (Blezinsky) yang naik mobil," katanya mencontohkan.

Meski pengunjung terus berdatangan dari hari ke hari, namun Nawawi belum berencana membuka cabang Kopi Solong lainnya. Apalagi, menurutnya anak-anaknya memiliki kesibukan karir masing-masing.

"Jangan (tambah cabang), lah," jawabnya singkat.

https://www.kompas.com/food/read/2022/12/10/083100175/cerita-warkop-legendaris-di-aceh-eksis-sejak-1974

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke