Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Restoran Padang Otentik di Belanda Ini Sedia Kikil hingga Jengkol

Waroeng Padang Lapek yang terletak di Schoolstraat, Den Haag, Belanda ini menyediakan berbagai makanan khas Minang otentik, bahkan rasanya lebih enak—jika tidak sama enaknya—dengan masakan Padang di Indonesia.

Ketika rombongan BUMN, DPR, dan wartawan dari Indonesia berkunjung ke restoran ini pada Sabtu (3/9/2022), kami disuguhi nasi padang dengan berbagai lauk, persis seperti di warung Padang pada umumnya.

Namun yang paling mengejutkan, rasa makanannya pedas, lebih pedas dari franchise Padang ternama di kota-kota besar. 

Rasa pedas inilah yang ternyata melatarbelakangi Suprapti, sang pemilik, membuka warung Padang.

"Saya tinggal di Belanda sudah 21 tahun. Kenapa buka restoan? Karena makanan Padang itu gak ada di Eropa. Jadi saya pecinta makanan pedas dan susah mau makan. Kebetulan saya bisa masak dan punya ide buka warug makan," kata Suprapti ditemui di restorannya.

Tak cuma Suprapti, ternyata hampir semua perantau Indonesia di Negara Kincir Angin juga sulit mencari makanan otentik.

"Karena rata-rata semua restoran (Indonesia) itu afgepast (disesuaikan) rasanya dengan Belanda," ujar Suprapti.

Dari awalnya menjual nasi Padang saat ada hajat, Suprapti akhirnya berhasil membuka sebuah restoran. 

Kata Suprapti, pelanggannya tak cuma para perantau, namun juga orang Belanda dan Eropa yang ingin mencoba masakan Indonesia otentik. Apalagi selama beberapa tahun terakhir, rendang didapuk sebagai salah satu makanan terenak dunia versi CNN.

"Jadi kita sekaligus kita memperkenalkan ke orang Eropa dan bangsa lain, ini lho Padang." ujar Suprapti.

Sulit cari jengkol

Satu-satunya hal yang mungkin membedakan Waroeng Padang Lapek dengan restoran Padang di Indonesia adalah penyajiannya.

Jika di Indonesia kita mengambil lauk sesuai pesanan, di Belanda, lebih umum makan dengan gaya rijsttafel.

Rijsttafel atau yang artinya 'meja nasi' adalah konsep makan a la Belanda seperti prasmanan. Makanan pembuka, penutup, dan lauk pauk dihadirkan satu per satu dan dibayar per paket atau jumlah orang.

Nasi Padang Hidang di Waroeng Lapek misalnya, bisa dipesan untuk minimal empat orang dengan harga per orang 20 euro.

Di dalamnya ada nasi putih, rendang, gulai kikil, dendeng, gulai nangka, daun singkong, sambal hijau, tauco padang, paru baladi, telor balado, cumi cabai hijau, perkedel, dan jengkol.

Ya, restoran ini juga sedia jengkol. Sayangnya, jengkol menjadi bahan baku yang paling sulit didapatkan.

Suprapti harus mengimpor bahan-bahan ini dari Indonesia.

"Karena Belanda ada aturannya, satu orang pengusaha hanya boleh bawa misalnya 50 kilo atau 100 kilo. Dan itu kan bau. Pusing saya kalau sudah kehabisan jengkol," kata Suprapti.

Selain mengimpor jengkol, ia juga masih harus mengimpor cumi, nangka kalengan, dan santan.

Akibatnya, harga makanan Padang di sini tentu jauh berbeda dengan makanan Padang di Indonesia karena biaya bahan bakunya juga tinggi. Satu kilogram rendang misalnya, dihargai 55 euro atau Rp 820.000 per kilogramnya.

Ketika, BNI membuka cabang di Amsterdam, Uni Suprapti menjadi salah satu pengusaha UMKM yang ditawarkan pinjaman usaha. Ia ditawari suku bunga rendah dan akhirnya mantap untuk melakukan ekspansi.

"Lama-lama saya tengok bunganya rendah untuk usaha menengah ini, ya sudah saya bersedia meneima tawarannya," kata Suprapti.

Berkat pinjaman dari BNI, Suprapti membuka toko oleh-oleh khas Padang di lokasi restoran lamanya. Adapun restoran Waroeng Padang Lapek dipindahkan persis di depannya dengan luas dua kali lipat dari sebelumnya.

"Karena biasanya kalau di Sumatera, restoran dengan oleh-olehnya itu depan-depanan. Jadi saya punya ide belajar dari Medan," ujar Suprapti.

Dalam kesempatan terpisah, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar menyampaikan dukungan BNI ini merupakan bentuk kinerja BNI dalam mendorong ekonomi diaspora Indonesia. 

Terlebih, Warung Makan Padang Lapek Jo juga memiliki potensi yang sangat tinggi seiring dengan tingginya peminat Makanan Padang di Den Haag. 

Dia berharap, dengan pembiayaan ini akan membantu Warung Makan Padang Lapek Jo dalam hal modal kerja sekaligus melakukan ekspansi bisnis untuk menarik lebih banyak pengunjung.

"Tentunya kami sangat berharap penyaluran diaspora loan ini dapat mendorong citra restoran Padang sebagai sarana untuk memperkenalkan budaya Indonesia ke kancah dunia," kata Royke, dalam siaran persnya, Selasa (6/9/2022).

Royke melanjutkan, program BNI Xpora kembali berhasil mendorong produsen kerupuk untuk melakukan ekspor produknya ke luar negeri, khususnya sebagai makanan pelengkap di restoran Lapek Jo. 

"Tentunya ini adalah tren yang sangat baik. Kami akan lebih banyak menyalurkan Diaspora Loan untuk mendukung pengembangan usaha diasapora serta mengoptimalkan layanan Business Matching dari BNI Xpora agar semakin banyak produk UMKM Indonesia merambah pasar global,” kata Royke.

https://www.kompas.com/food/read/2022/09/08/044922375/restoran-padang-otentik-di-belanda-ini-sedia-kikil-hingga-jengkol

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke