Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sejarah Jamu di Indonesia, dari Beras Kencur sampai Kunyit Asam

Bagaimana sejarah jamu, minuman Nusantara yang punya banyak manfaat ini?

“Jejak pengobatan warisan leluhur ini dapat ditelusuri hingga masa prasejarah. Manusia purba sudah memanfaatkan tetumbuhan sebagai obat,” jelas Wira Hardiyansyah Food Heritage Educator Traveling Chef kepada Kompas.com, Jumat, 26/2/2021.

Wira menjelaskan bukti mengenai adanya jamu ada dalam masa prasejarah berupa alat batu pipisan untuk menghaluskan biji-bijian dan tanaman yang tersimpan di Museum Nasional, Jakarta.

Pemanfaatan tanaman sebagai obat kemudian ditemukan dalam naskah-naskah kuno abad kesembilan tepatnya setelah budaya tulis makin kuat.

Sejak abad ke-17, pemanfaatan jamu mulai ditulis dan menjadi tradisi turun-temurun.

Ia menjelaskan jika pada Serat Primbon Jampi Jawi ditulis sekitar abad ke-18 pada masa Hamengkubuwono II di dalamnya tertulis berbagai macam herbal.

Pasa serat tersebut dijabarkan mengenai bagian tumbuhan yang berasal dari daun, rimpang, akar, dan kulit kayu dari berbagai jenis tanaman diolah secara tradisional.

Tanaman tersebut dimanfaatkan untuk mempertahankan kecantikan dan kebugaran.

“Di dalam manuskrip Serat Primbon Jampi Jawi disebutkan beberapa jenis yang berkhasiat, di antaranya rimpang jahe, kencur, kunyit, kunci, lempuyang, sunthi, temulawak, bengle, dan dringo,” jelasnya.

Wira juga menjelaskan jika Mpu Monaguna, penulis abad ke-13 dalam karyanya, Kakawin Sumanasantaka, menggambarkan kehidupan di pedalaman.

Salah satunya tempat tinggal para pertapa. Dijelaskan bahwa para biarawan membajak sawah dan memiliki kebun-kebun sayur yang terpelihara.

Sementara para rahib perempuan memasuki hutan untuk mengumpulkan tanaman untuk dijadikan obat seperti ganthi, kencur, kunyit, peppermint, dan bunga kenanga.

https://www.kompas.com/food/read/2021/03/02/212700275/sejarah-jamu-di-indonesia-dari-beras-kencur-sampai-kunyit-asam

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke